Category: <span>berita</span>

Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Lansia: Ancaman yang Tak Terlihat

Oleh : Arifah B, SKM

Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung meliputi peristiwa cuaca ekstrem seperti paparan panas dan dingin, serta bencana alam yang sangat mempengaruhi kesehatan orang lanjut usia. Dampak tidak langsung mencakup pencemaran udara dan air, serta perubahan ekosistem yang mendukung penularan patogen melalui air, udara, makanan, dan vektor.

 

Bukti kuat menunjukkan bahwa efek langsung dan tidak langsung ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kronis, penyakit menular, penyakit yang ditularkan melalui air, malnutrisi, dan masalah kesehatan mental. Lansia berisiko lebih tinggi terkena dampak perubahan iklim dibandingkan populasi lainnya. Mereka rentan terperangkap di lingkungan buruk atau setelah kejadian ekstrem seperti banjir atau kekeringan, akibat kurangnya pendapatan, mobilitas, disabilitas, atau kelemahan. Orang lanjut usia juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit terkait panas dan dingin, yang diperparah oleh hidup sendirian, komorbiditas, dan pengobatan. Selain itu, mereka lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan orang muda karena perubahan fisiologis terkait penuaan, dan sangat rentan terhadap penyakit akibat virus dan bakteri.

 

Secara umum, dampak pada kesehatan lansia bervariasi dalam hal efek, waktu, dan ketahanan. Misalnya, peristiwa ekstrem seperti gelombang panas cenderung menyebabkan kejadian kardiovaskular segera, sementara gelombang dingin sering mengakibatkan penyakit pernapasan tertunda. Peristiwa banjir menyebabkan kematian akibat tenggelam, sementara kekeringan terkait dengan malnutrisi jangka panjang serta penyakit mental.

 

Dehidrasi ringan pada lansia dapat mempengaruhi kinerja mental dan ingatan, menyebabkan kelemahan, pusing, dan peningkatan risiko jatuh, sedangkan dehidrasi akut dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Oleh karena itu, berkurangnya akses air bersih selama kekeringan berdampak serius bagi lansia. Efek tidak langsung seperti peningkatan polusi udara dan penurunan kualitas udara dikaitkan dengan insiden penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkitis kronis, asma, dan emfisema, sementara itu air yang terkontaminasi menyebabkan penyakit diare seperti disentri, hepatitis, kolera, dan tifus yang sering fatal bagi lansia.

 

Kurangnya gizi akibat pola makan buruk selama kekeringan memperburuk dampak kesehatan jangka panjang. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, lansia sangat rentan terhadap ketidakamanan pangan dan kekurangan akses sumber daya untuk produksi pangan, sering mengonsumsi makanan dengan nutrisi rendah dan terkontaminasi, yang menyebabkan tingginya penyakit dan kematian. Bahkan di negara berpenghasilan tinggi, malnutrisi pada lansia masih dapat terjadi, penurunan nutrisi bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit jantung.

 

Perubahan iklim adalah tantangan serius bagi kesehatan lanjut usia, dengan dampak langsung dan tidak langsung yang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mereka. Dampak ini tidak hanya mencakup masalah kesehatan fisik seperti penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan malnutrisi, tetapi juga menyentuh aspek mental dan emosional. Lansia rentan terperangkap dalam lingkungan yang buruk atau setelah bencana alam, dengan akses yang terbatas terhadap sumber daya dan bantuan.

 

Penting untuk mengembangkan program tanggap bencana yang lebih inklusif dan memperhitungkan kebutuhan khusus populasi lanjut usia. Dengan demikian, upaya mitigasi dan adaptasi dapat lebih efektif melindungi mereka dari dampak perubahan iklim yang semakin meresahkan. Dalam membangun masa depan yang lebih berkelanjutan, perlindungan terhadap orang tua harus menjadi prioritas, karena mereka adalah bagian penting dari masyarakat yang harus diperhatikan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

 

Sumber:

Harper, Sarah. 2023. The Implications on Climate Change for the Health of Older Adults. https://link.springer.com/article/10.1007/s12062-023-09425-6

Kembali Fit Setelah Ramadan dan Lebaran

Oleh : Kristiriyandini, SKM

Selama sebulan puasa dibulan ramadhan, umat islam mengalami perubahan pola makan dan perubahan jam tidur, setelah itu dilanjutkan dengan lebaran .Saat lebaran, berbagai hidangan ringan dan berat tersedia dihampir setiap rumah. Berbagai makanan bersantan, daging-dagingan dan berbagai macam kue kering menjadi hidangan yang kadang tanpa sadar kita konsumsi secara berlebihan karena tersedia didepan mata kita. Perubahan pola makan dan pola tidur baik saat ramadan maupun lebaran, hendaklah kita sikapi dengan bijak agar tubuh kita tetap fit dan kembali menjalankan aktifitas seperti hari biasa. Lalu upaya apa saja yang bisa kita lakukan agar tubuh kita tetap kembali fit setelah ramadan dan lebaran? Berikut ini beberapa tips yang bisa kita upayakan :

 

    1. Kembalikan pola tidur agar kembali teratur

Selama berpuasa sebulan lamanya, jam tidur semakin pendek karena harus bangun sahur. Saat lebaran, perjalanan mudik dan suasana berkumpul dengan keluargapun mungkin juga mengurangi jam tidur kita, ditambah lagi lelah selama perjalanan mudik. Setelah ramadan dan lebaran, alangkah baiknya memperbaiki jadwal tidur kembali kurang lebih 8 jam sehari. Hal ini dilakukan agar badan tetap bugar dan kembali dapat beraktifitas dan bkerja seperti biasanya. Pola tidur yang teratur tersebut juga akan akan mampu menjaga imunitas tubuh, sehingga tubuh kita tidak mudah terkena penyakit.

 

    • Imbangi dengan Olahraga

Tak cukup hanya dengan pola tidur yang teratur. Perlu diimbangi juga dengan melakukan olahraga. Di Indonesia sendiri, kita direkomendasikan untuk melakukan olahraga selama 150 menit dalam seminggu atau 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. U.S. Department of Health and Human Services juga merekomendasikan untuk melakukan olahraga selama setidaknya 150 menit per minggu. Apabila kita baru memulai olahraga jangan langsung memkasakan dengan durasi yang lama dan olahraga yg berat. Olahraga dengan durasi minimal 10 hingga 15 menit bisa kita lakukan diawal kegiatan olahraga kita., kemudian durasi berolahraga bisa dibangun pelan-pelan. Perlu juga memberi jeda hari tanpa berolahraga untuk beristirahat

 

    • Perbanyak Zat Gizi dan Serat

Untuk memperbaiki konsumsi makanan menjadi lebih padat gizi setelah menjalani puasa dan lebaran, alangkah baiknya memperbanyak zat gizi dan serat. Terdapat sebuah rumusan dalam memenuhi gizi protein sesuai kebutuhan badan masing-masing, yakni rumus 0,8 sampai dengan 1,2 dikali berat badan (BB) saat ini. Misalnya, 1x 50 kg (BB) berarti membutuhkan protein sebanyak 50 gram/hari. Untuk meningkatkan sistem imun, tubuh membutuhkan zat gizi makro dan mikro. Zat makro mencakup protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan yang mikro mencakup vitamin dan mineral. Kedua jenis gizi ini berperan sebagai imun booster, sedangkan khusus zat gizi makro menjadi pendukung utama produksi sel dalam tubuh, sehingga tubuh membutuhkan protein. Jangan lupa juga untuk membatasi lemak, mengurangi kolesterol dan hindari makan gorengan. Penting untuk perbanyak serat dari sayur, buah, biji-bijian.

 

    • Terapkan Mindful Eating

Makan berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas hingga berbagai penyakit kronis seperti diabetes hingga penyakit jantung. Agar lebih waspada dengan jumlah porsi makan, terapkan mindful eating yang dapat membantu untuk mengontrol jumlah makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Apa yang dimakhsud mindful eating? Mindful eating adalah praktik makan penuh perhatian dengan menjaga kesadaran penuh saat mengonsumsi makanan maupun minuman. Hindari multitasking atau ngobrol saat makan, supaya sadar dengan porsi yang dikonsumsi dan dapat menikmati rasa makanan. Selain itu, jangan abaikan respons tubuh. Mindful eating ini memang seharusnya kita terapkan dalam keseharian kita.

 

    • Cukupi kebutuhan air minum

Air adalah salah satu sumber daya alam yang paling penting untuk makhluk hidup setelah oksigen. Setidaknya 80% tubuh manusia terdiri dari cairan. Itulah faktor utama yang menyebabkan air lebih penting dari nutrisi apapun dalam tubuh. Saat Ramadan kita kadang kurang bisa mengatur jumlah air yang seharusnya kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.  Oleh karena itu, hendaknya kita perbaiki kebiasaan ini. Air minum adalah nutrisi yang sangat penting. Tubuh memerlukan konsumsi air mineral 1 – 2,5 liter atau sama dengan 6 – 8 gelas sehari.

Namun, kebutuhan air setiap individu akan sangat beragam dan berbeda, tergantung dari kegiatan fisik, berat badan, usia, iklim, dan pola makan.

 

    • Puasa

Puasa Syawal memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan. Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof Hardiansyah menjelaskan bahwa puasa Syawal merupakan cara Allah SWT mendidik umat Islam untuk merawat disiplin dan kebaikan yang telah diraih saat ramadan. Momen puasa Syawal merupakan kesempatan menyiapkan diri untuk menjaga disiplin di bulan yang akan dating, terutama untuk merawat kondisi tubuh yang semakin bagus dibanding sebelum puasa ramadan. Selain puasa syawal, dibulan-bulan lain kita juga bisa melakukan ibadah puasa lainnya seperti puasa Senin dan Kamis, karena ternyata dari sisi medis, puasa memiliki banyak manfaat. Adapun manfaatnya yakni sebagai berikut:

 

    1. Mengontrol Gula Darah

Puasa dapat membantu mengurangi resistensi terhadap insulin serta kadar gula darah berlebih. Hal ini dapat terjadi karena insulin membantu mengontrol kadar gula darah dalam tubuh dengan cara membawa gula menuju sel tubuh dan menjadikannya sebagai sumber energi.

 

    • Mengurangi Peradangan

Puasa diketahui dapat mengurangi peradangan. Peradangan sendiri terjadi saat sistem imun sedang melawan infeksi dalam tubuh.

 

    • Meningkatkan Kesehatan Jantung

Puasa juga baik untuk kesehatan jantung. Mengubah pola makan (puasa) dan gaya hidup merupakan cara untuk mengurangi risiko penyakit jantung.

 

    • Meningkatkan Fungsi Otak

Tidak hanya menjaga kesehatan jantung, puasa juga dipercaya mempunyai manfaat yang mampu meningkatkan fungsi otak.

 

    • Membantu Menurunkan Berat Badan

Puasa dapat meningkatkan metabolisme dengan cara memperbanyak kadar neurotransmitter norepinefrin berkontribusi pada pengurangan berat badan.

 

    • Meningkatkan Hormon Pertumbuhan

Tidak hanya menurunkan berat badan, puasa juga dapat meningkatkan hormon pertumbuhan. Salah satunya yakni meningkatkan hormon pertumbuhan kekuatan otot.

 

    • Mencegah Kanker

Puasa dapat membantu sel tubuh membersihkan diri melalui proses yang disebut autofagi. Autofagi adalah proses di mana sel mencerna bagian dalam dirinya yang rusak atau yang tidak lagi diperlukan.

Nah itulah beberapa langkah untuk menjaga tubuh tetap bugar setelah Ramadan dan lebaran. Jadi langkah mana saja yang sudah mulai kamu ambil?. Kalau kamu bisa konsisten dengan langkah-langkah ini, tentu ini akan membawa dampak positif bagi badan

Sumber Pustaka:

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/26/132122620/3-tips-hidup-sehat-dan-bugar-setelah-lebaran-menurut-ahli-gizi?page=all

https://ayosehat.kemkes.go.id/8-langkah-menuju-pola-hidup-sehat

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5556586/Mindful Eating: The Art of Presence While You Eat

 

Tetap Sehat dan Bugar di Bulan Puasa

By : Nur Handayani, S.KM

Tidak Terasa, kita sudah akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Persiapan apa nih yang sahabat paru siapkan dalam menyambut bulan Ramadhan kali ini? Bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat muslim menjalankan ibadah puasa. Dalam berpuasa, umat muslim tidak makan dan minum dari terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Ini yang kemudian seringkali menjadi tantangan bagi banyak orang dalam menjaga kesehatan. Terutama dengan perubahan pola makan dan minum selama periode puasa. Penting untuk tetap memperhatikan asupan nutrisi agar tubuh tetap bugar dan sehat. Berikut adalah beberapa tips dan trik yang efektif untuk tetap sehat di bulan puasa:

Peran Sahur Sangat Penting

Sahur adalah waktu penting untuk mempersiapkan tubuh menghadapi puasa seharian, sehingga usahakan selalu makan sahur. Pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, serat, serta vitamin dan mineral. Penting untuk tidak merokok dan memperbanyak makan makanan berserat seperti buah dan sayuran. Perbanyak minum air putih 8-10 gelas mulai buka puasa sampai sahur. Hindari mengkonsumsi makanan berminyak, Makanan berminyak menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah, sehingga aliran oksigen menjadi berkurang dan mengakibatkan mengantuk pada siang hari. Selain itu, makanan ini akan meningkatkan risiko kenaikan kolesterol dalam tubuh Anda. Selain itu, penumpukkan lemak bisa membuat berat badan naik saat puasa. Lebih baik pilih makanan yang direbus, dikukus, atau dipepes yang biasanya lebih rendah lemak. 

Saat Berbuka Puasa

Saat berbuka puasa hendaklah makan secukupnya. Langsung memakan banyak makanan hanya akan membuat perut sesak, makanlah secara bertahap, mulai dari air putih, dan sedikit makanan manis. Upayakan berbuka dengan yang manis alami tanpa gula, seperti kurma. Ketika makan malam, makanlah secukupnya. Jangan karena perut kosong seharian, pola makan kita  balas dendam. Makan terlalu banyak saat malam hari menyebabkan obesitas. Hindari juga minum kopi dan soda karena membuat sulit tidur & menimbun banyak lemak.

Olahraga

Walaupun puasa, sebaiknya olahraga tetap dijalankan dengan cara berolahraga ringan. Hindari olahraga yang berjenis endurance (daya tahan fisik) dan yang berkenaan dengan kecepatan, karena bisa menguras energi. Cukup lakukan aktivitas fisik yang ringan, seperti yoga, jalan kaki, maupun stretching. Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit agar badan tetap bugar. Saat melakukan olahraga, jangan lupa perhatikan apakah tubuh mampu melanjutkannya atau tidak. Waktu olahraga yang disarankan adalah waktu mendekati waktu berbuka puasa.

Cukup Istirahat

Saat menjalankan puasa, pola tidur kita berubah. Bila kita tidak mensiasatinya, tentu badan menjadi gampang lelah. Jika harus bangun pagi untuk menyiapkan makan sahur, maka jangan tidur terlalu malam untuk keperluan yang tidak penting. Kurang tidur akan memengaruhi kinerja otak sehingga menghambat aktivitas Anda nantinya.

Kendalikan Stres

Stres seringkali melanda kita saat ada tekanan dalam hidup, tekanan dalam pekerjaan atau mungkin ada tekanan dalam sekolah. Selama berpuasa untuk mengurangi stress, kita bisa lebih mendekatkan diri dengan Tuhan melalui memperbanyak ibadah.

Cek Kesehatan secara berkala terutama pada penderita penyakit tertentu

Jangan lupa tetap kontrol tekanan darah dengan rutin bagi penderita hipertensi, kontrol gula darah secara teratur bagi penyandang Diabetes, dan kontrol secara rutin untuk penyakit tidak menular lainnya.

Dengan mengikuti tips di atas, diharapkan dapat membantu menjaga kesehatan selama bulan puasa. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya.

Referensi

5 Tips Agar Tetap Bugar saat Puasa Selama di Rumah Saja. https://hellosehat.com/

Pantang Lemas, Ini 9 Tips agar Tubuh Tetap Fit Saat Berpuasa! https://hellosehat.com/

Kementrian Kesehatan. Media Sehat Puasa.  https://kesmas.kemkes.go.id/

Kementrian Kesehatan. 2018. Tips Sehat Selama Bulan Ramadhan. https://promkes.kemkes.go.id/ tgl 4 Juni 2018

Menyambut Hari Tuberkulosis Sedunia: Tantangan dan Tips Berpuasa bagi Pasien Tuberkulosis selama Bulan Ramadan

Oleh : Shukhalita Swasti Astasari, S.KM

Tuberkulosis berada di peringkat ke-13 sebagai penyebab kematian, sementara termasuk penyakit menular kedua terbanyak setelah COVID-19. Diperkirakan ada sekitar 10,6 juta kasus tuberkulosis (TBC) di seluruh dunia pada tahun 2021. Hari Tuberkulosis Sedunia jatuh pada tanggal 24 Maret tahun ini, yang bersamaan dengan awal bulan suci Ramadan. Bagaimana para pasien TBC menghadapi tantangan berpuasa selama bulan Ramadan?

Berpuasa adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu melakukannya, namun ada kelonggaran bagi orang sakit, termasuk penderita tuberkulosis (TBC), yang dapat menggantinya di lain hari. Keputusan untuk berpuasa kembali diserahkan kepada pasien TBC, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatannya. Jika efek samping obat membuat puasa tidak memungkinkan, pasien TBC resisten obat dapat tidak berpuasa dan membayar fidyah atau menggantinya di waktu lain. Pasien TBC dapat berpuasa dengan menjaga jadwal minum obat, bahkan dengan memindahkannya ke waktu malam atau sebelum sahur.

Bagi mereka yang dapat berpuasa, hal tersebut dapat meningkatkan imunitas terhadap TBC dengan membunuh kuman penyebabnya, Mycobacterium tuberculosis. Puasa juga menyebabkan perubahan pada pola makan dan kualitas makanan, yang merupakan stressor bagi tubuh dan merangsang respon imun. Respons tubuh selama puasa meliputi perubahan endokrin, sistem saraf, dan sistem imun, yang meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi TBC. Melalui puasa, sistem imun merespons secara optimal, menghambat infeksi TBC pada bagian tubuh yang sehat. Selain itu, puasa terbukti meningkatkan metabolisme dan pertahanan tubuh secara keseluruhan.

 

Penderita TBC yang tidak dapat berpuasa karena efek samping obat yang berat, seperti pada pasien TBC resistan obat, diperbolehkan untuk tidak berpuasa terlebih dahulu. Mereka disarankan untuk membayar fidyah atau menggantinya di waktu lain. Orang dengan tuberkulosis boleh berpuasa, asalkan tetap teratur minum obat setiap hari. Jadwal minum obat yang semestinya pagi atau siang dapat dipindahkan ke malam hari.

 

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pasien TBC saat berpuasa, diantaranya :

·        Pasien harus tidur cukup minimal 7 jam per hari,

·        Lakukan olahraga rutin minimal 5 hari dalam 1 minggu (sekitar 30 menit per harinya),

·        Hindari rokok dan konsumsi alkohol. Selain alkohol diharamkan bagi umat muslim, alkohol juga dapat berinteraksi dengan obat-obat TBC.

·        Batasi pengonsumsian minuman yang mengandung soda maupun kafein, seperti kopi atau the.

·        Saat sahur, sebaiknya hindari makanan yang berminyak,

·        Perbanyak makanan berserat seperti buah dan sayur, serta minum air putih (1 gelas setelah bangun tidur dan saat sahur).

·        Kemudian saat berbuka, minum air putih (1 gelas saat: berbuka, setelah sholat maghrib, makan malam, sholat isya, sholat tarawih, dan sebelum tidur).

Namun perlu diperhatikan bahwa pengaturan minum air putih ini ditujukan bagi pasien TBC tanpa komorbid (penyakit penyerta). Jika pasien memiliki komorbid selain TBC, misalnya mengalami penyakit jantung, maka perlu ada pengaturan asupan cairan sesuai dengan petunjuk dokter. Pasien juga disarankan untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan porsi gizi seimbang, yang terdiri dari 1/3 bagian piring berisi makanan pokok, 1/3 bagian piring berisi sayuran, 1/6 bagian piring berisi buah-buahan, dan 1/6 piring berisi lauk pauk hewani dan nabati.

Kiat pengobatan pasien TB, yaitu:

·        Obat dosis tunggal: diminum secara teratur 1 jam-30 menit sebelum sahur. Obat ini dianjurkan untuk diminum sebelum sahur untuk memaksimalkan kerja obat saat perut kosong.

·        Obat dosis terbagi atau obat lepasan (terdiri dari beberapa jenis obat yang tidak bisa diminum secara bersamaan): diminum secara teratur, ada yang diminum pada saat berbuka puasa, ada yang diminum setelah makan malam, dan sisanya diminum saat setelah sahur.

Jika obat memiliki dosis 2×1,maka dapat dibagi dengan 1 (satu) dosis diminum saat sahur dan 1 (satu) dosis saat berbuka puasa. Sedangkan untuk obat dengan dosis 3×1 atau 4×1, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter guna mempertimbangkan kemungkinan mengubah dosis menjadi 1×1 atau 2×1.

 

Sumber :

·        https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/178/puasa-bagi-penderita-penyakit-tb-paru-

·        https://www.halodoc.com/artikel/puasa-sehat-tingkatkan-imun-pengidap-tbc-begini-cara-kerjanya

·        https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/berita/seminar-awam-bicara-sehat-puasa-pada-pasien-tb-aapakah-bisa-mengganggu-pengobatan

·        Syarifah, Fitri. 2023. Yang Harus Diperhatikan Pasien Tuberkulosis Jika Ingin Puasa Ramadhan. https://www.liputan6.com/

Emang Ada TB Kelenjar ? Ada Dong

Oleh : Susilawati, SKM

TBC Kelenjar itu apa ya?

 

TBC Kelenjar adalah Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau bakteri penyebab Tuberculosis. Bakteri ini menyerang kelenjar getah bening pada tubuh manusia, ditandai dengan pembesaran atau pembengkakan pada area tertentu. Biasanya menyerang kelenjar pada bagian leher dan sekitarnya. Diantara kasus TBC Kelenjar, kasus terbanyak terjadi pada kelenjar getah bening di leher.

                Kondisi ini umumnya menular saat seseorang menghirup udara yang terkontaminasi Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TBC. Dari paru-paru, kuman TBC dapat berpindah ke kelenjar getah bening terdekat, termasuk kelnjar getah bening di leher. TBC Kelenjar ini masih banyak ditemukan di Negara berkembang dengan angka penderita TBC yang masih tinggi.

                TBC kelenjar dapat menyerang orang dewasa, lansia, maupun ank-anak, terlebih mereka yang mengalami kelemahan sistem kekebalan tubuh. Salah satu tanda khas dari TBC Kelenjar ini, adalah munculnya benjolan pada bagian leher atau kepala. Biasanya benjolan ini akan membesar seiring berjalannya waktu dan tidak nyeri.

 

Apasih Gejala dan Tanda TBC Kelenjar Itu ?

·         Gejala Utama : Pembesaran kelenjar getah bening, tersering disekitar leher, ketiak, lipat paha dan sekitar rahang.

·         Demam

·         Batuk

·         Penurunan Berat Badan

·         Nafsu makan menurun

·         Mudah lelah

·         Keringat banyak terutama di malam hari

 

Gimana sih cara mengetahui seseorang terkena TBC Kelenjar?

                Diagnosis penyakit ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat penyakit oleh dokter. Jika diduga menderita TBC Kelenjar, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang berupa biopsi ( pengambilan sampel jaringan ) terhadap benjolan. Untuk membantu diagnosis, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berupa rontgen dada, CT scan pada leher, tes darah dan pemeriksaan biakan kuman TBC. Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter dapat merekomendasikan pengobatan kepada pasien.

 

Bagaimana sih cara mengobati TBC Kelenjar ?

                Pengobatan TBC Kelenjar sama dengan pengobatan TBC biasa. Lama pengobatan bervariasi antara 6-12 bulan tergantung kondisi pasien. Setelah beberapa minggu diberi obat, penyakit ini kebanyakan sudah tidak menular dan penderita merasakan kondisi tubuhnya sudah jauh lebih baik. Kendati badan sudah terasa lebih enteng, tapi setiap pasien TBC Kelenjar perlu merampungkan pengobatan sampai batas waktu yang sudah di rekomendasikan oleh dokter.

 

                Apabila pengobatan tidak tuntas, bakteri penyebab TBC bisa resisten atau kebal obat. Pasien TBC resisten obat perlu mengulangi pengobatan dari awal dengan masa pengobatan yang lebih lama dan dengan obat yang lebih keras. Tuberkulosis atau TBC Kelenjar dapat dicegah dengan menjaga sistem daya tahan tubuh tetap prima, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menjalani gaya hidup sehat, serta mengonsumsi asupan bergizi cukup dan seimbang.

Kerentanan Penularan HIV-AIDS Pada Ibu Rumah Tangga

Oleh: Nur Handayani, S.KM

HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menargetkan dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan menyerang sistem kekebalan tubuh, HIV melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV, terdapat berbagai pengobatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit dan memungkinkan penderita untuk menjalani kehidupan yang lebih normal dan sehat. Ketika HIV berkembang menjadi tahap akhir, kondisi ini dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), di mana tubuh hampir tidak memiliki kemampuan untuk melawan infeksi. Adapun penyebabnya HIV-AIDS adalah :

– Hubungan seksual tanpa pelindung dengan orang yang terinfeksi.

– Penggunaan bersama jarum suntik yang terkontaminasi.

– Dari ibu ke anak selama kehamilan, saat melahirkan, atau melalui ASI.

– Transfusi darah yang terkontaminasi.

                  Kasus HIV-AIDS di Indonesia pertama kali muncul sekitar tahun 1987. Dalam pperkembangannya, jumlahnya semakin naik. Berdasarkan laporan tahunan Kementrian Kesehatan kasus HIV-AIDS hingga September 2022, Orang dengan HIV (ODHIV) yang bertahan dalam ARV hanya 51%; dari yang tidak mengalami pengobatan, 54% mangkir dan 6% menghentikan ARV, sedangkan 40% mengalami kematian. Untuk tahun 2023 ini, masih menurut Kementrian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).

                  Tingginya kasus HIV-AIDS pada ibu rumah tangga berkaitan dengan banyak hal. Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan kerentanan ibu rumah tangga terhadap penularan HIV-AIDS, antara lain :

  • Pendidikan dan pengetahuan

Pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang HIV-AIDS. Ibu dengan pendidikan rendah cenderung kurang pengetahuan tentang HIV-AIDS. Masih pada ibu dengan pendidikan rendah, cenderung melakukan tindak pencegahan yang rendah dikarenakan kurangnya kepedulian ataupun kesadaran tentang risiko terinfeksi HIV-AIDS. Selain itu juga bisa terjadi kekeliruan pengetahuan dan pemahaman tentang HIV-AIDS.  Sedangkan ibu yang berpendidikan dapat mempengaruhi wawasan ibu tentang pendidikan seks, penyakit menular seksual, sehingga mampu melakukan pencegahan penyakit seksual.

  • Ekonomi

Pekerjaan dan pendapatan berhubungan dengan kemudahan mencari dan mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Semaikin baik pekerjaan dan pendapatan dapat mempengaruhi ibu memperoleh informasi HIV-AIDS yang benar dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor ekonomi yang sulit dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan dapat memaksa ibu untuk menjadi pekerja seks. Ini yang kemudian ibu menjadi rentan dalam penularan HIV-AIDS.

  • Sikap dan perilaku

Sikap dipengaruhi salah satunya oleh pendidikan. Semakin baik pendidikan ibu, semakin positif sikap yang terbentuk. Ibu dapat berperan dalam upaya pencegahan HIV-AIDS. Disini perlu peran promosi kesehatan yang mendorong ibu mau dan mampu dalam melakukan upaya pencegahan HIV-AIDS. Sedangkan untuk perilaku, berkaitan erat dengan pendidikan dan sikap. Semakin baik pendidikan dan sikap ibu,akan memudahkan dalam upaya mencegah perilaku berisiko terhadap HIV-AIDS.

  • Sosial

Faktor sosial salah satu contohnya penggunaan kondom. Seringkali muncul pandangan buruk mengenai pemakain kondom. Individu bisa menjadi malu untuk membicarakan hal tersebut. Penggunaan kondom juga masih sering diasumsikan hanya digunakan oleh pekerja seks. Faktor sosial yang lain adalah gender. Ada anggapan bahwa pria menjadi pihak yang kuat dan wanita menjadi pihak yang tertindas dalam hubungan suami istri. Ketika istri terinfeksi HIV, pihak istri yang cenderung disalahkan. Padahal, tidak jarang penularan HIV-AIDS berasal dari suami. Pria cenderung tidak terbuka terhadap permasalahan seksual kepada istrinya, baik yang aman maupun berisiko. Dalam kehidupan rumah tangga perlu adanya keterbukaan termasuk hubungan suami istri, sehingga akan mudah untuk menghindari perilaku berisiko.

  • Usia

Usia mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek sehingga dapat dikatakan bahwa usia ibu akan mempengaruhi tingkat pemahaman dan dengan  risiko  dan  kondisi  yang  akan dialami oleh  seorang  ibu,  baik  dari  aspek fisiologis maupun dari aspek psikologis. Aspek fisiologis, seperti struktur organ atau kondisi hormonal seorang ibu. Sementara aspek psikologis, seperti pengalaman,  lingkungan,atau banyaknya informasi yang diperoleh terkait HIV/AIDS. Saat usia ibu matang ketika menikah, ibu dapat memahami risiko penularan HIV-AIDS dengan mengakses informasi HIV-AIDS yang benar.

                  Ibu yang terinfeksi HIV tidak hanya akan berdampak terhadap diri si ibu tetapi juga terhadap anak yang dilahirkan. Ibu dapat menularkannya kepada anak yang dilahirkannya. Penularan HIV melalui jalur ibu ke anak menyumbang sebesar 20-45% dari seluruh penularan HIV. Dampaknya, 45% bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan lahir dengan HIV dan sepanjang hidupnya menyandang status HIV positif. Untuk itu dibutuhkan tes HIV saat ibu hamil, salah satunya untuk mendeteksi penularan HIV-AIDS, sehingga dapat diupayakan pencegahan. Tapi berdasarkan data kementrian kesehatan, hanya 55% ibu hamil yang di tes HIV karena sebagian besar tidak mendapatkan izin suami untuk di tes.

                  Pencegahan penularan HIV-AIDS perlu diupayakan untuk menekan angka HIV-AIDS di Indonesia. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV-AIDS, antara lain :

  • Perlunya ibu memberdayakan diri sehingga ibu mampu mengakses informasi HIV-AIDS yang benar sehingga dapat menghindari perilaku berisiko.
  • Perlunya memperkuat dasar agama untuk membentengi perilaku
  • Praktik Seks Aman. Selalu gunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mengurangi risiko penularan HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
  • Hindari Berbagi Jarum dan Alat Suntik. Jangan pernah berbagi jarum atau peralatan yang digunakan untuk menyuntikkan obat dengan orang lain. Ini adalah salah satu cara umum penularan HIV.
  • Tes dan Konseling. Lakukan tes HIV secara rutin jika Anda berisiko, dan konsultasikan dengan dokter tentang cara-cara pencegahan yang efektif.
  • Edukasi dan Kesadaran. Edukasi tentang HIV dan pentingnya pencegahan harus disebarkan luas. Ini termasuk mengedukasi tentang pentingnya penggunaan kondom, risiko berbagi jarum, dan pentingnya tes dini.
  • Penggunaan PrEP. Bagi mereka yang berisiko tinggi terkena HIV, penggunaan profilaksis pra-paparan (PrEP) bisa menjadi opsi. PrEP adalah obat yang diambil sebelum paparan HIV untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Pengobatan Ibu Hamil. Wanita hamil yang terinfeksi HIV harus menjalani pengobatan khusus untuk mengurangi risiko penularan virus ke bayi yang belum lahir.
  • Penggunaan Perlengkapan Medis yang Steril. Pastikan bahwa setiap peralatan medis yang digunakan, seperti jarum untuk tindik atau tato, adalah steril untuk menghindari risiko penularan.

         Pencegahan penularan HIV-AIDS tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab kita semua. Karena tingginya kasus HIV-AIDS akan berdampak tidak saja pada sektor kesehatan, tapi juga sektor lainnya. Pencegahan bisa dimulai dari komunitas terkecil, yaitu keluarga. Perlunya ada porsi peran ibu dan peran ayah dalam berkontribusi dalam keluarga dan perlu keterbukaan suami istri dalam segala hal termasuk hubungan suami istri. Dan penting pula keluarga mendekatkan diri dengan Tuhan untuk membentengi perilaku keluarga.

Referensi

Adjrina Dawina Putri, dkk. 2022.  Kerentanan Ibu Rumah Tangga Di Indonesiaterhadap Hiv/Aids : Literature Review. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 6, Nomor 3, Desember 2022

Kementrian Kesehatan. 2023. Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga. https://p2p.kemkes.go.id/ tanggal 20 Mei 2023

Kementrian Kesehatan. 2022. Ayo Cari Tahu Apa Itu HIV. https://yankes.kemkes.go.id/ tanggal 31 Juli 2022

Kementrian Kesehatan. HIV. https://ayosehat.kemkes.go.id/

Kementrian Kesehatan. AIDS. https://ayosehat.kemkes.go.id/

Dewi,D.M.S.K.,Wulandari,L.P.L.,and Wirawan,D.N. (2018). Determinan Sosial Kerentanan Perempuan Terhadap Penularan IMS dan HIV, Journal of Public Health Research and Community Health Development,2(1),pp.22–35.https://doi.org/10.20473/jphrecode.v2i1.16250

Octavianty,L.,Rahayu,A.,Rosadi,D.,and Rahman,F.(2015).Pengetahuan, Sikap Dan Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga‟, Jurnal Kesehatan Masyarakat,11(1),53.https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464

Mengenal Nyamuk Wolbachia: Mitra Tersembunyi dalam Pengendalian Penyakit

Oleh : Arifah Budi Nuryati, SKM

Implementasi Wolbachia pertama kali dilakukan di Yogyakarta, Indonesia, oleh World Mosquito Program (WMP). Setelah meninjau penyebaran nyamuk di Yogyakarta, Kementerian Kesehatan menyimpulkan bahwa terdapat cukup bukti untuk memperluas penerapan Wolbachia guna melindungi jutaan penduduk Indonesia dari Demam Berdarah Dengue (DBD). Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022, metode Wolbachia diimplementasikan di lima kota lainnya, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang. Metode Wolbachia, inovasi dari World Mosquito Program (WMP), telah berhasil diterapkan di 14 negara, termasuk Indonesia, sejak 2011.

Apa itu Wolbachia

Wolbachia, bakteri alami yang ditemukan pada beberapa serangga, termasuk nyamuk Aedes aegypti, dianggap aman bagi manusia dan lingkungan. Kemampuannya menghambat reproduksi virus dengue dalam tubuh nyamuk membuatnya efektif dalam mencegah penyebaran penyakit seperti dengue, zika, demam kuning, dan chikungunya.

Bagaimana Cara Kerja Wolbachia?

Wolbachia merupakan sebuah bakteri yang memiliki kemampuan untuk menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, membuka peluang baru dalam pengendalian demam berdarah. Melalui mekanisme perkawinan silang, nyamuk jantan yang mengandung Wolbachia dapat menghentikan penularan virus dengue pada nyamuk betina, dan sebaliknya, menghasilkan telur yang membawa Wolbachia. Penyebaran bakteri ini secara positif mengurangi risiko penularan penyakit. Di Indonesia, teknologi Wolbachia diterapkan dengan metode “penggantian,” di mana nyamuk jantan dan betina yang membawa Wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Pendekatan ini memastikan keturunan nyamuk setempat juga membawa Wolbachia, menciptakan efek perlindungan yang berlangsung secara berkelanjutan. Wolbachia tidak hanya menghentikan reproduksi virus dengue dalam tubuh nyamuk, tetapi juga memberikan perlindungan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya.

Dapatkah manusia terinfeksi serangga yang membawa wolbachia?

Wolbachia pada serangga tidak diketahui dapat menginfeksi manusia. Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa sukarelawan manusia yang terpapar gigitan periodik nyamuk Aedes aegypti yang membawa Wolbachia tidak menunjukkan respons kekebalan terhadap Wolbachia. Selain itu, manusia secara rutin sudah terpapar oleh nyamuk, seperti Aedes albopictus dan Culex quinquefasciatus, yang secara alami membawa Wolbachia. Meskipun demikian, tidak ada laporan mengenai manusia yang terinfeksi oleh Wolbachia pada serangga.

Apa Dampak Positif Wolbachia?

Pada tahun 2022, uji coba teknologi Wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul menunjukkan penurunan kasus demam berdarah hingga 77%, dengan pengurangan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%. Dampak positifnya terhadap pengurangan penyakit demam berdarah dan kebutuhan rawat inap memiliki implikasi signifikan pada penghematan biaya dalam upaya pengendalian dengue di negara yang mengadopsinya.

Teknologi Wolbachia akan sangat menghemat biaya pada daerah urban dengan populasi tinggi. Jika teknologi Wolbachia diterapkan di 7 kota di Indonesia, bisa mencegah 1 juta kasus dan menyelamatkan 500 nyawa penduduk setiap tahunnya. Ini sudah menghemat 2-3 kali investasi selama 10 tahun dari biaya pengobatan dan biaya produktivitas yang hilang karena dengue.

WMP bersama mitra telah sukses mengimplementasikan teknologi Wolbachia selama 10 tahun terakhir, dengan pelepasan skala besar di Indonesia, Brazil, dan Colombia. Metode ini telah terbukti memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat. Wolbachia ini juga merupakan metode yang berkesinambungan, resilient, dan cost effective, sehingga metode ini bisa dipertimbangkan menjadi salah satu infrastruktur kesehatan publik di masa depan.

Sumber:

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2023. Teknologi Wolbachia dalam Pengendalian Demam Berdarah di Indonesia. https://ayosehat.kemkes.go.id/teknologi-wolbachia-dalam-pengendalian-demam-berdarah-di-indonesia#:~:text=Cara%20Kerja%20Wolbachia%20Dalam%20Melumpuhkan%20Virus%20Dengue&text=Dengan%20mekanisme%20kawin%20silang%2C%20di,positif%20dalam%20menekan%20penularan%20penyakit.

Ekapitiningrum, Kurnia. 2022. Wolbachia, Inovasi dalam Pengendalian Dengue Global. https://ugm.ac.id/id/berita/23218-wolbachia-inovasi-dalam-pengendalian-dengue-global/

Project Wolbachia Singapore dan National Environment Agency. 2016. Risk Assessment for the Use of Male Wolbachia-Carrying Aedes aegypti for Supression of the Aedes aegypti Mosquito Population. https://www.nea.gov.sg/docs/default-source/project-wolbachia/2016-08-24-risk-assessment-for-the-use-of-wolbachia-carrying-aedes-males.pdf

Sumanah, Dewi Sri. 2023. Metode Wolbachia di Bali, Upaya Perlindungan Masyarakat dari Ancaman Demam Berdarah Dengue. https://savethechildren.or.id/artikel/metode-wolbachia-di-bali-upaya-perlindungan-masyarakat-dari-ancaman-demam-berdarah-dengue

WHO. 2020. Reducted Pathogen Transmission by Microorganism. https://www.who.int/groups/vector-control-advisory-group/summary-of-new-interventions-for-vector-control/reduced-pathogen-transmission-by-a-microorganism

MPOX ( MonkeyPox atau Cacar Monyet )

Oleh : Susilawati, S.K.M

Apa itu MPOX ?

            Mpox (sebelumnya dikenal dengan monkeypox) adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox. Pada asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia. Mpox pada hewan (monyet) ditemukan tahun 1958 di Denmark

Kasus pertama kali pada manusia ditemukan di Kongo (Democratic Republic of Congo) pada tahun 1970 dan kemudian menyebar di Afrika Tengah dan di Afrika Barat. Pada 28 November 2022. Sejak saat itu, cacar monyet (Mpox)  dilaporkan pada orang-orang di beberapa negara Afrika tengah maupun di luar Afrika terkait dengan perjalanan internasional atau hewan impor di Amerika Serikat, Israel, Singapura, dan Inggris.

Bagaimana Cara Penularan MPOX

Masa inkubasi virus (waktu dari infeksi sampai timbulnya gejala) monkeypox biasanya 6-16 hari, atau dapat berkisar dari 5-21 hari.   

Adapun cara penularan ini antara lain:

  • Kontak langsung karena cakaran dan gigitan hewan yang terinfeksi. 
  • Memakan daging hewan liar yang sudah terinfeksi. 
  • Benda yang terkontaminasi. 
  • Virus masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka, saluran pernapasan, maupun selaput lendir dari mata, hidung, atau mulut. 
  • Metode penularan dari manusia ke manusia lainnya melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi, dan kontak tidak langsung dengan bahan lesi.

Virus juga dapat menular melalui kontak seksual dengan orang yang sudah terinfeksi dan hubungan intim di tempat tidur yang terkontaminasi virus. 

 Tanda dan Gejala MPOX

Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Sementara beberapa orang memiliki gejala ringan, yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih berat dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan. Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit yang lebih parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang dengan penyakit kekebalan tubuh.

  1. Fase Prodromal  ( Gejala Awal ), diikuti dengan gejala :
  • Demam
  • Sakit kepala terkadang terasa hebat 
  • Nyeri otot
  • Sakit punggung
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati) yang dirasakan di leher, ketiak, atau selangkangan. 
  • Panas dingin
  • Kelelahan dan lemas
  • Fase Erupsi

Fase erupsi terjadi saat 1-3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah fase prodromal. Pada fase erupsi timbul ruam atau lesi pada kulit. Biasanya, ruam atau lesi ini dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap.

Kemudian, ruam atau lesi pada kulit ini akan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (maculopapular), lepuh yang berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras atau keropeng hingga akhirnya rontok. 

Gejala cacar monyet akan berlangsung selama 2−4 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.

Pengobatan MPOX

Sampai saat ini pengobatan yang spesifik untuk mpox masih terbatas pada tahap pengembangan. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif. Orang dengan mpox harus mengikuti saran dari fasilitas layanan kesehatan. Penyakit dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi mpox untuk minum air putih secara cukup, makan dengan baik, dan cukup tidur.

Orang yang mengisolasi diri harus menjaga kesehatan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap santai dan menyenangkan, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi, berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan meminta dukungan kesehatan mental dari fasyankes setempat jika diperlukan.

Orang dengan mpox harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika mereka mau tidak mau berada di ruangan dengan orang lain, dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi). Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik.

Pencegahan MPOX

Walaupun kasus mpox belum banyak terjadi di Indonesia, tetapi tidak ada salahnya untuk melakukan pencegahan. Apalagi cacar monyet pada anak-anak seringkali terjadi lebih parah karena terkait dengan daya tahan tubuh si Kecil yang tidak sekuat orang dewasa, status kesehatan anak, hingga tingkat keparahan komplikasi penyakit ini. 

Langkah-langkah Pencegahan :

  • Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus, terutama hewan buas, tikus, primata, hewan yang sakit, atau yang ditemukan mati. 
  • Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Misalnya dari tempat tidur maupun pakaian yang digunakan penderita. 
  • Batasi konsumsi dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, maupun daging yang diburu dari hewan liar (bush meat)
  • Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Lakukan kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
  • Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien.   

Apabila Sahabat Paru mengalami gejala dan tanda-tanda seperti Mpox, terlebih setelah melakukan perjalanan di wilayah terjangkit monkeypox sebaiknya segera melakukan pemeriksaan diri ke Dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.