Category: <span>berita</span>

Tetap Sehat Selama Berpuasa Agar Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Tetap Terpenuhi

Oleh : Kristi Riyandini, S.K.M

Selama bulan ramadhan, seluruh umat muslim diharuskan untuk menahan lapar dan dahaga selama lebih dari 12 jam. Jika pengaturan pola makan dan minum kita tidak tepat, tubuh tidak akan terhidrasi dengan baik dan tidak pula terpenuhi kebutuhan vitamin hariannya. Selain itu, kewajiban untuk meningkatkan volume ibadah dan bangun di pertengahan malam untuk santap sahur, membuat pola tidur tidak teratur. Kondisi demikian dapat menyebabkan terganggunya kesehatan seseorang. Sehingga dengan demikian perlu panduan atau tips menjaga kesehatan tubuh selama bulan ramadhan yang harus dipahami dan diterapkan dengan baik.

Panduan Pola Makan Saat Berpuasa

Saat Berbuka

Mulailah berbuka dengan minuman manis secukupnya sehingga cepat memberikan energi untuk tubuh dan membuat tubuh cepat menjadi segar kembali. Gula atau sirup merupakan karbohidrat sederhana yang mudah dicerna, sehingga dalam waktu sekitar 10 menit energi tubuh kita akan meningkat. Saat berbuka ini, kita bisa minum 1-2 gelas air putih agar tubuh segera terhidrasi kembali. Ingat, cukup beberapa teguk air putih dulu, setelah itu bertahap.

Setelah Berbuka

Setelah berbuka dengan minuman manis dan camilan ringan (paling baik adalah kurma atau sup buah dan snack bergizi), maka jangan langsung mengonsumsi makanan porsi (makan besar). Beri jarak agar tubuh siap mencerna makanan kembali. Ibaratnya mesin, perlu pemanasan.

Setelah Tarawih

Setelah tubuh dirasa segar kembali, baru kita mulai mengonsumsi makanan besar, yaitu nasi (atau penggantinya) beserta lauk pauk, sayur dan buah. Terapkan gizi seimbang yaitu makanan terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Jika malam masih merasa belum kenyang, dapat mengonsumsi snack dan buah secukupnya.

Saat Sahur

Pola makan sama dengan saat malam yaitu nasi (atau penggantinya) beserta lauk pauk, sayur dan buah. Terapkan gizi seimbang yaitu makanan terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Panduan Konsumsi Air Putih Saat Puasa

Manfaat minum air putih yang cukup ketika menjalankan ibadah puasa dapat menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa diwajibkan untuk menahan haus selama siang hari, Anda sebaiknya mengatur pasokan cairan di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan air mineral untuk dikonsumsi sebanyak 1 sampai 2,5 liter atau setara dengan 6-8 gelas setiap harinya. Jika tidak dapat mengatur asupan air saat berpuasa, maka akan merasakan haus ketika berpuasa. Apalagi bila ada masalah lain seperti bibir kering dan pecah-pecah, dan merasa lemas.

Konsumsi air putih yang cukup ketika puasa bukan hanya menghindarkan dari penyakit, tetapi juga membuat puasa berjalan lancar. Maka Anda sebaiknya memenuhi asupan cairan selama berpuasa dengan mengikuti ketentuan minum saat puasa yang tepat.

Saat Puasa kita bisa membagi asupan cairan menjadi delapan waktu yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, delapan waktu tersebut yakni:

  1. Setelah bangun tidur
  2. Sebelum sahur
  3. Setelah sahur menjelang imsak
  4. Ketika berbuka atau membatalkan puasa
  5. Setelah shalat maghrib
  6. Setelah makan malam
  7. Setelah shalat isya
  8. Setelah shalat tarawih

Dengan menerapkan panduan dan tips diatas, diharapkan mampu menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah puasa di bulan Suci Ramadhan. Badan sehat, puasa dan ibadah lainnya lancar.

Sumber :

  1. https://health.kompas.com/read/23C24150000468/aturan-minum-air-putih-saat-puasa-untuk-memenuhi-kebutuhan-cairan?page=all
  2. https://www.ui.ac.id/ini-pola-makan-sehat-ketika-berpuasa/

Mengidap TBC, Bukanlah Akhir dari Segalanya

Oleh : Arifah Budi Nuryani., S.K.M

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ lain dalam tubuh seperti ginjal, tulang, dan otak. Penyakit ini dapat menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, sehingga dapat menular kepada orang lain.

Meskipun TBC merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum dan mematikan di dunia, namun bukan berarti terdiagnosis TBC adalah akhir dari segalanya.  TBC dapat menyebabkan kematian, namun penyakit ini dapat diobati dengan pengobatan yang tepat. Faktanya, pengobatan TBC sangat efektif dan sebagian besar pasien TBC dapat diobati dengan sukses dan sembuh sepenuhnya  dan hidup sehat seperti biasanya setelah proses pengobatan yang tepat.

Pertama-tama, penting untuk diketahui bahwa Pengobatan TBC biasanya melibatkan kombinasi obat-obatan antibiotik yang harus diminum secara tepat dan teratur. Pengobatan TBC biasanya melibatkan konsumsi antibiotik selama minimal 6 bulan. Pada awalnya, pasien mungkin perlu minum beberapa jenis antibiotik sekaligus, tetapi setelah beberapa minggu atau bulan, dokter dapat mengurangi jumlah antibiotik yang diberikan. Setelah 6 bulan pengobatan, pasien biasanya diperiksa kembali untuk memastikan bahwa bakteri TBC telah hilang dari tubuh.

Ketika TBC didiagnosis dan diobati tepat waktu, tingkat kesembuhan yang tinggi. Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan TBC membutuhkan kedisiplinan dan kesabaran. Pasien harus mematuhi jadwal pengobatan dan minum obat secara teratur, bahkan jika mereka merasa lebih baik setelah beberapa minggu. Pengobatan yang tepat dan selesai sangat penting untuk menghindari resistensi antibiotik dan memastikan kesembuhan yang optimal.

Pada kenyataannya, penyembuhan TBC memang tidak selalu mudah dan dapat memakan waktu. Selama masa pengobatan, seseorang mungkin mengalami efek samping dari obat-obatan seperti mual, muntah, dan sakit kepala. Tetapi, ini bukan berarti pengobatan TBC tidak berhasil.

Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk melalui masa pengobatan TBC. Bantuan psikologis, dukungan keluarga, dan perhatian medis sangat penting selama masa pengobatan. Dokter atau tenaga medis yang terlibat dalam perawatan pasien TBC juga memastikan bahwa pasien memahami betul mengenai kondisinya dan menjelaskan tentang tindakan pencegahan agar tidak menulari orang lain.

Sayangnya, terkadang pengobatan TBC dapat menjadi lebih sulit karena bakteri TBC yang resisten terhadap antibiotik standar. Ini disebut TBC resisten obat atau TB-RO. Pengobatan TB-RO membutuhkan waktu lebih lama dan memerlukan penggunaan antibiotik yang lebih kuat. Namun, meskipun pengobatan TB-RO memerlukan usaha yang lebih besar, tingkat kesembuhan tetap cukup tinggi jika pasien mematuhi pengobatan yang diresepkan oleh dokter.

Selain pengobatan, pencegahan TBC juga sangat penting. Orang yang terinfeksi TBC dapat membantu mencegah penyebaran penyakit dengan menghindari kontak dekat dengan orang lain, menutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin, serta menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan.

Ketika seseorang didiagnosis dengan TBC, sangat penting untuk tidak menyerah dan terus berjuang melawan penyakit ini. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan dari dokter dan keluarga, kesembuhan dari TBC sangat mungkin terjadi.

Dalam kesimpulannya, TBC bukan akhir dari segalanya. Pengobatan yang tepat dan selesai, pencegahan, serta dukungan yang memadai dari tenaga kesehatan dan keluarga dapat membantu seseorang sembuh sepenuhnya dari penyakit ini dan hidup seperti biasanya.  Namun sekali lagi, sangat penting untuk memulai pengobatan TBC secepat mungkin dan mematuhi jadwal pengobatan secara teratur untuk memastikan kesembuhan yang sukses. Oleh karena itu, jika seseorang didiagnosis dengan TBC, jangan menyerah dan teruslah berjuang untuk kesembuhan.

Tuberkulosis dan Perubahan Iklim: Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Penyebaran Penyakit

Oleh : Shukhalita Swasti Astasari., S.KM

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang paling banyak menyerang manusia di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), TB menyebabkan sekitar 1,5 juta kematian setiap tahunnya pada tahun 2020 dan menjadi penyebab kematian terbesar ke-13 di dunia dan penyakit menular penyebab kematian terbesar kedua setelah COVID-19 (di atas HIV/AIDS). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang organ tubuh manusia, terutama paru-paru.

Meskipun telah ada program pencegahan dan pengobatan TB selama beberapa dekade, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran TB adalah perubahan iklim. Perubahan iklim dapat memengaruhi ekologi dan lingkungan tempat hidup bakteri penyebab TB, serta ketersediaan dan aksesibilitas pengobatan TB.

Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Penyebaran Tuberkulosis

  • Perubahan Iklim dan Lingkungan

Perubahan iklim dapat memengaruhi ekologi dan lingkungan tempat hidup bakteri penyebab TB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi penyebaran TB dengan mempercepat atau memperlambat siklus hidup bakteri penyebab TB. Misalnya, penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban yang lebih tinggi dapat mempercepat laju reproduksi bakteri penyebab TB. Selain itu, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ketersediaan makanan dan air, serta tingkat kepadatan penduduk, yang semuanya dapat mempengaruhi penyebaran TB.

  • Perubahan Iklim dan Ketersediaan Pengobatan TB

Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ketersediaan dan aksesibilitas pengobatan TB. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan obat-obatan dan kemampuan masyarakat untuk mengakses pengobatan TB. Misalnya, bencana alam seperti banjir atau tanah longsor dapat mengganggu akses ke pusat kesehatan atau bahkan merusak stok obat-obatan. Selain itu, perubahan iklim dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dan kerentanan sosial, yang semuanya dapat mempengaruhi akses masyarakat terhadap pengobatan TB.

  • Perubahan Iklim dan Pergerakan Populasi

Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi pergerakan populasi manusia, yang dapat mempengaruhi penyebaran TB. Perubahan iklim dapat menyebabkan bencana alam atau perubahan lingkungan yang memaksa orang untuk berpindah dari tempat tinggal mereka. Perpindahan ini dapat menyebabkan penyebaran TB di antara populasi yang bergerak, serta meningkatkan risiko penyebaran TB ke wilayah baru.

  • Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di Era Perubahan Iklim

Dalam rangka menghadapi perubahan iklim yang mempengaruhi penyebaran TB, dibutuhkan strategi penanggulangan yang tepat. Beberapa strategi yang dapat dilakukan di antaranya adalah:

  1. Meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan. Salah satu cara untuk mengurangi risiko penyebaran TB adalah dengan meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan TB. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perawatan kesehatan, serta dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan yang tepat.
  2. Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat membantu mengurangi penyebaran TB. Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan menjadi sangat penting untuk menanggulangi penyakit ini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kebersihan lingkungan, serta dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai.
  3. Meningkatkan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyebaran TB. Oleh karena itu, meningkatkan tingkat vaksinasi dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit ini. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi dan meningkatkan akses terhadap vaksin.
  4. Mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca merupakan salah satu penyebab perubahan iklim. Oleh karena itu, mengurangi emisi gas rumah kaca dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim pada penyebaran TB. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan dan mengurangi penggunaan energi fosil.
  5. Meningkatkan pemantauan dan pengawasan. Pemantauan dan pengawasan menjadi sangat penting dalam mengatasi penyebaran TB di era perubahan iklim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan sistem pemantauan dan pengawasan penyakit, serta meningkatkan koordinasi antara pihak-pihak terkait.

Dalam menghadapi perubahan iklim yang mempengaruhi penyebaran TB, strategi penanggulangan yang tepat sangatlah penting. Melalui upaya-upaya yang telah disebutkan di atas, diharapkan penyebaran TB dapat diatasi dengan lebih efektif.

Referensi:

Basu, S., & Stuckler, D. (2012). The effect of climate change on global tuberculosis control. The Lancet Infectious Diseases, 12(10), 857-865. doi: 10.1016/S1473-3099(12)70164-3

Gao, S., & Wang, X. (2016). The impact of climate change on the transmission of tuberculosis in China. Journal of Theoretical Biology, 404, 35-41. doi: 10.1016/j.jtbi.2016.06.016

Hales, S., & Baker, M. G. (2002). Epidemic tuberculosis in New Zealand: quantitative assessment of the risks associated with environmental and social factors. American Journal of Public Health, 92(5), 817-823. doi: 10.2105/AJPH.92.5.817

WHO. 2022. Fact Sheet : Tuberkulosis. https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets#V%2FAIDS). Diakses pada tanggal 07 Maret 2023.

Yayasan KNCV Indonesia – Untuk Indonesia Bebas TBC. Perubahan Iklim Dan Notifikasi Kasus TBC. https://yki4tbc.org/perubahan-iklim-dan-notifikasi-kasus-tbc/. Diakses pada tanggal 08 Maret 2023.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAGI KESEHATAN

Oleh: Susilawati.,SKM

Perubahan cuaca yang ekstrim atau bisa disebut juga dengan globalisasi ternyata memiliki pengaruh bagi kesehatan manusia. Umumnya diketahui bahwa perubahan iklim hanya akan berdampak kepada lingkungan dan alam. Ternyata kondisi cuaca yang berubah-ubah secara drastis mampu mempengaruhi kondisi manusia dari segi fisik maupun non fisik.

Tidak ada pencegahan yang bisa dilakukan terhadap perubahan iklim, yang bisa dilakukan manusia adalah kesiapsiagaan agar bisa menjaga kesehatan lebih baik saat perubahan iklim,” dengan menangani atau mengurangi dampak dari perubahan iklim, seperti makan lebih sehat dan menjaga sistem kekebalan tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit akibat perubahan iklim.

 Berikut beberapa contoh pengaruh perubahan iklim terhadap kesehatan manusia :

  1. Cuaca Panas Berlebihan Dapat Memicu Penyakit Jantung

Suhu udara yang meningkat secara signifikan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jantung. Dan apabila seseorang mengalami dehidrasi serta terpapar panas yang ekstrim maka dapat berpotensi memicu kerusakan pada otak. Hal tersebut bisa dipastikan juga mempengaruhi perilaku manusia.

  • Infeksi Saluran pernafasan akut dan Pneumonia
    Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli paru-paru. ISPA yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi pneumonia. Peningkatan suhu bumi secara global karena perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan. Kondisi ini dapat memicu bencana asap dan meningkatkan risiko penyakit ISPA sampai pneumonia.
  • Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Perubahan iklim bisa membuat suhu rendah, kelembapan udara menurun, dan lebih berangin. Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan risiko penularan TBC.

  • Perubahan iklim yang berdampak pada banjir dan kekeringan sama-sama bisa menyebabkan diare. Kebersihan lingkungan yang menurun dan minimnya ketersediaan air bersih saat banjir membuat orang lebih rentan terkena diare. Sementara itu, kekeringan bisa menyebabkan kelangkaan air bersih dan membuat konsentrasi patogen atau kuman seperti biang diare meningkat.
  • Cuaca yang Ekstrem dapat menyebabkan Daya Imun Tubuh Menurun

Selain panas yang ekstrim, cuaca dingin yang berlebihan juga bisa mengakibatkan daya imun tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Pada masa pancaroba ini bukan hanya manusia yang tidak bisa selalu keluar rumah, akan tetapi bakteri-bakteri dalam tubuh juga akan terperangkap dan menyebabkan daya imun menurun.

  • Alergi

Udara yang lebih hangat karena perubahan iklim juga bisa merangsang penyerbukan bunga. Semakin banyak penyerbukan bunga terjadi, serbuk sari yang menguar ke udara juga semakin meningkat. Kondisi ini bisa jadi penyebab alergi sering kambuh bagi orang yang sebelumnya punya riwayat serbuk sari.

  • Demam Berdarah Dengue dan Malaria

Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim bisa menyebabkan peningkatan intensitas hujan disertai angin kencang dan banjir. Kondisi ini bisa menyebabkan lingkungan jadi tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak, termasuk nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Dengan kondisi perubahan iklim ini, wabah penyakit malaria dan DBD semakin banyak.

  • Kulit Terbakar Matahari

Perubahan iklim dapat menyebabkan cuaca ekstrim yang sulit ditebak. Peningkatan suhu ekstrem disertai paparan sinar matahari berlebihan tak jarang juga meningkatkan kejadian kulit terbakar ( skin burning )

  • Kesehatan Mental

Bahaya perubahan iklim bagi kesehatan manusia yang terakhir dapat mempengaruhi kondisi mental. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko terjadinya cuaca ekstrem dan bencana alam yang terjadi di berbagai daerah di dunia. Frekuensi cuaca ekstrem dan bencana alam yang semakin sering terjadi, tentu akan menimbulkan trauma dan stres bagi korban yang terkena dampak.

            Kita dapat melakukan beberapa hal untuk mengatasi perubahan iklim dengan :

  1. Menanam Pohon
  2. Melakukan pelestarian Lingkungan
  3. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi
  4. Menerapkan Reduce, Reuse, Recycle

PESERTA LULUS SELEKSI ADMINISTRASI PEGAWAI NON ASN KONTRAK BLUD
FORMASI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAN RUMAH SAKIT PARU RESPIRA
DINAS KESEHATAN DIY TAHUN 2023

Berdasarkan Pengumuman Kepala Dinas Kesehatan DIY Nomor : 814/550 tanggal 6 Februari
2023 Tentang Lowongan Pegawai Non ASN Kontrak BLUD Formasi Rumah Sakit Jiwa Grhasia
dan Rumah Sakit Paru Respira Dinas Kesehatan DIY Tahun 2023, setelah dilakukan seleksi dan
verifikasi terhadap persyaratan administrasi pada tanggal 9 dan10 Februari 2023, dengan ini kami
sampaikan beberapa hal sebagai berikut :

DOWNLOAD PENGUMUMAN

LOWONGAN PEGAWAI NON ASN KONTRAK BLUD FORMASI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAN RUMAH SAKIT PARU RESPIRA DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2023  

Rumah Sakit Paru Respira Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta membuka kesempatan kepada Warga Negara Republik Indonesia di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memiliki integritas dan komitmen tinggi untuk mengisi lowongan Pegawai
Non ASN Kontrak dengan mekanisme BLUD pada Jabatan berikut :

DOWNLOAD PENGUMUMAN

KANKER ITU…….

Oleh: Nur Handayani, S.KM

Kita mungkin sudah sering mendengar kata “kanker”. Yang tersirat dalam benak kita tentunya adalah hal yang menakutkan yang mengganggu kesehatan kita. Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita.Sel kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis) sel kanker dapat melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga membentuk massa tumor. Penyakit kanker ada beberapa, seperti kanker paru, kanker payudara, kanker otak dan lain-lain.

Faktor yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker berbeda-beda, tergantung pada jenis kankernya. Meski demikian, tidak ada jenis kanker yang spesifik hanya dipicu oleh satu faktor. Faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi genetik pada sel-sel normal dan kegagalan tubuh untuk memperbaikinya antara lain:

  • Riwayat penyakit kanker dalam keluarga
  • Usia di atas 65 tahun, meski sebagian jenis kanker lebih banyak terjadi pada anak-anak
  • Kebiasaan merokok
  • Parapan radiasi, zat kimia (seperti asbes atau benzene), atau sinar matahari
  • Infeksi virus, seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HPV
  • Paparan hormon dalam kadar tinggi atau jangka panjang
  • Obesitas
  • Kurang banyak bergerak dan tidak rutin berolahraga
  • Penyakit yang menyebabkan peradangan jangka panjang, seperti kolitis ulseratif.
  • Daya tahan tubuh menurun, misalnya akibat menderita HIV/AIDS

Gejala kanker berbeda-beda tergantung jenis kanker dan organ yang terkena. Gejala yang biasa muncul pada penderita kanker :

Hari Kanker Sedunia diperingati pada 4 Februari 2023. Tahun ini mengambil tema “Close The Care Gap”. Tema ini bermakna untuk mengajak semua pihak terkait menutup kesenjangan dalam perawatan kanker sesuai perannya masing-masing. Hal ini mengingatkan kita  agar masyarakat menjadi sadar dan mau untuk berdaya diri mencegah terjadinya penyakit kanker. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegah dari penyakit kanker? Ada “CERDIK” yang dapat kita lakukan untuk mencegah resiko penyakit kanker :

  • Cek kesehatan secara berkala
    Konsultasikan dengan dokter mengenai perlunya tes skrining kanker berdasarkan faktor risiko yang Anda miliki.
  • Enyahkan asap rokok
    Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai jenis kanker, terutama kanker paru-paru.
  • Rajin aktivitas fisik
    Rutin berolahraga selama setidaknya 30 menit setiap harinya.
  • Diet sehat dengan kalori seimbang
    Perbanyak makan buah-buahan, sayuran, biji-bijian (misalnya gandum), dan makanan yang kaya akan protein.
  • Istirahat yang cukup
    Kurang tidur dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
  • Kelola stres
    Stres berlebihan dan berkepanjangan dapat menyebabkan munculnya kanker.

Selain dengan menerapkan CERDIK, ada tips yang lain yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit kanker :

  • Hindari paparan sinar matahari berlebih

Paparan  sinar ultraviolet dari matahari dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit. Oleh sebab itu, gunakanlah pakaian tertutup saat beraktivitas di luar ruangan.

  • Gunakan masker di tempat yang penuh polusi udara

Asap kendaraan bermotor, asap pabrik, asap pembakaran sampah, asap rokok, serta debu asbes dapat menyebabkan kanker.

  • Hentikan konsumsi minuman beralkohol

Jika Anda gemar mengonsumsi minuman beralkohol, mulailah untuk menghentikan kebiasaan tersebut, karena alkohol dapat memicu kanker

  • Lakukan vaksinasi

Ada dua jenis kanker yang dapat dicegah dengan vaksinasi, yaitu kanker hati melalui vaksin hepatitis B dan kanker serviks dengan vaksin HPV

  • Menjaga berat badan sehat (ideal)
  • Selalu aktif, mau jalan dengan teman atau mendaftar kelas yoga, tetapkan tujuan kebugaran Anda
  • Jangan lewatkan pemeriksaan berkala Anda dengan Dokter
  • Kurangi konsumsi sodium/garam
  • Beralihlah ke gandum
  • Beralihlah ke nasi merah daripada nasi putih
  • Pilih air mineral jika kehausan. Kurangi konsumsi minuman manis seperti es teh manis.
  • Hindari makanan yang diasap atau dibakar.
  • Jangan merokok dan Jangan gunakan tembakau dalam bentuk apapun, Jadikan rumah Anda bebas rokok
  • Terapkan Diet Sehat tanpa Pengawet, Pemanis, Perasa dan Pewarna
  • Menyusui mengurangi risiko kanker pada ibu

Yuk, mulai sekarang terapkan pola hidup sehat, Ingat CERDIk ya dan tetap berdoa ya supaya tetap sehat. Salam Sehat

Referensi

Kemkes RI. 2019. Apa Itu Kanker? https://p2ptm.kemkes.go.id/ tgl 5 Februari 2019

dr. Pittara. 2022. Kanker. https://www.alodokter.com/ tgl 12 April 2022

Kemkes RI. 2021. Strategi Gaya Hidup untuk Pencegahan Kanker. https://p2ptm.kemkes.go.id/ tgl 23 September 2021

Kemkes RI. 2021. Bagaimana Cara Mengurangi Risiko Kanker? https://p2ptm.kemkes.go.id/ tgl 4 Februari 2021

Mengapa Anak Perlu Asupan Protein Hewani?

(Hari Gizi nasional 25 januari 2023)

Oleh : Nur Handayani, S.KM

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang didunia. Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan terkait stunting pada anak. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting juga merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.  Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

            Angka stunting di Indonesia saat ini tercatat sebanyak 24,4% kasus (SSGI 2021), padahal Indonesia menargetkan tahun 2024 adanya penurunan angka stunting pada angka 14%. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian untuk kita semua. Karena dampak dari stunting ini bukan hal sepele. Sebut saja untuk jangka pendek, kekurangan gizi menyebabkan gangguan kecerdasan dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Kemudian, dampak jangka panjang, kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi syaraf dan sinaps yang terjadi pada anak balita pendek bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.

            Mengingat dampaknya yang berpengaruh terhadap generasi penerus negeri ini, penting untuk kita sadar dan mau mencegah hal tersebut. Menurut Kementrian Kesehatan, ada 3 hal perbaikan dalam upaya pencegahan stunting yaitu  perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Terkait pola makan, penting dalam setiap kali makan terdiri dari karbohidrat, vitamin, lemak, mineral, dan protein. Untuk asupan protein, nutrisi ini dapat berperan dalam pencegahan stunting. Dari data tingkat konsumsi protein, sebenarnya konsumsi protein per kapita sudah berada di atas standar kecukupan konsumsi protein nasional yaitu 62,21 gram namun masih cukup rendah untuk protein hewani yaitu kelompok ikan/udang/cumi/kerang 9,58 gram; daging 4,79 gram; telur dan susu 3,37 gram (SUSENAS 2022). Sedangkan berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia: konsumsi telur antara 4-6 kg/tahun; konsumsi daging kurang dari 40 g/orang, serta konsumsi susu dan produk turunannya 0-50 kg/orang/tahun.

            Hasil data tersebut di atas menunjukkan masih rendah asupan protein hewani masyarakat Indonesia. Lalu mengapa asupan protein hewani penting dalam pencegahan stunting? Protein hewani diperlukan tubuh manusia terutama untuk ibu hamil dan anak untuk pencegahan stunting. Hal ini sejalan dengan penelitian “Peranan Protein Hewani Dalam Mencegah Stunting Pada Anak Balita” dimana hasilnya menyebutkan bahwa kurangnya asupan protein hewani sebagai salah satu faktor penyebab stunting (Asfiyatus Sholikhah, Ratna Kumala Dewi, 2022). Penelitian lain  “Gambaran Konsumsi Protein Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Gizi Kurang Di Indonesia” juga menyatakan bahwa asupan protein yang berasal dari bahan makanan hewani pada anak balita stunting maupun gizi kurang lebih rendah dibandingkan anak balita dengan status gizi normal, sebaliknya asupan protein dari bahan nabati lebih tinggi. Bila dilihat dari keanekaragaman bahan makanan sumber protein, anak stunting dan gizi kurang banyak mengonsumsi sumber protein dari serealia namun kurang mengonsumsi dari bahan hewani seperti ikan, dan susu serta hasil olahannya (Fitrah Ernawati, Mutiara Prihatini, dan Aya Yuriestia, 2016).

Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, meliputi daging sapi, daging kambing, daging ayam, daging bebek, seafood, serta telur. Keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Selain itu protein hewani juga kaya akan mikronutrien seperti vitamin B12, vitamin D, DHA (docosahexaenoic acid), zat besi, dan zink. Mikronutrien tersebut memiliki peran penting bagi tubuh, yaitu:

  • Vitamin B12 berperan untuk menjaga kesehatan saraf dan otak serta pembentukan sel darah merah.
  • Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dan sistem kekebalan tubuh.
  • DHA memiliki peran kesehatan pada otak anak
  • Zat besi yang berperan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan meningkatkan sistem imun tubuh
  • Zink berperan dalam mendukung system imun tubuh, masa pemulihan, dan baik untuk pencernaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) no 28 tahun 2019 kebutuhan asupan protein harian anak disesuaikan dengan usia dari anak yaitu usia 6-11 bulan sebanyak 15 gram/hari, usia 1-3 tahun sebanyak 20 gram/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 25 gram/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 40 gram/hari.

Protein memainkan peran penting dalam tubuh. Jadi, memasukkan berbagai jenis-jenis protein berkualitas tinggi dalam makanan anak akan membantu memastikan bahwa tubuh mereka memiliki apa yang dibutuhkan untuk membangun energi, pertumbuhan, dan sistem kekebalan yang kuat. Kebutuhan protein pada anak juga tergantung pada usia dan berat badan. Sampai anak mencapai usia 14 tahun, rekomendasi protein sama untuk anak laki-laki dan perempuan. Sementara pada masa remaja akhir, anak laki-laki harus makan lebih banyak protein karena mereka memperoleh lebih banyak massa otot dan cenderung lebih berat, daripada anak perempuan. Beberapa sumber makanan yang kaya akan protein hewani  : telur utuh, dada ayam, ikan salmon, ikan teri dan daging sapi.

   Protein hewani penting untuk anak tidak hanya untuk mencegah stunting tetapi juga untuk pertumbuhan dan kesehatan anak. Penting akan adanya protein hewani tiap kali makan. Tapi perlu diingat, walaupun penting bukan berarti kita makan hanya dengan protein hewani. Kita tetap memerlukan zat gizi lainnya secara seimbang. Hal ini bis akita terapkan dengan ‘Isi piringku” dimana menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Apa yang kita makan, nutrisi apa yang terkandung pada makanan yang kita makan, akan berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari. Jadi, yuk mulai biasakan makanan yang kita makan adalah makanan dengan gizi seimbang ya.

Daftar Pustaka

Rokom. 2023. Protein Hewani Efektif Cegah Anak Alami Stunting. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/ tgl 21 Januari 2023

Fadli, dr. Rizal. 2021. Berbagai Sumber Protein Hewani yang Baik untuk Anak. https://www.halodoc.com/ tgl 24 September 2021

Humas BKPK. 2022. SSGI Tahun 2022 untuk Peroleh Angka dan Determinan Stunting. http://www.badankebijakan.kemkes.go.id/ tgl 26 Juli 2022

Emawati, Fitrah, dkk. 2016. Gambaran Konsumsi Protein Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Gizi Kurang Di Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2016 Vol. 39 (2): 95-102

Solikhah, Asfiyatus, dkk. 2022. Peranan Protein Hewani Dalam Mencegah Stunting Pada Anak Balita. https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JRST/issue/view/687

Kemenkes RI. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. https://p2ptm.kemkes.go.id/ tgl 10 April 2018

dr. Devi Nurfadila Fani, dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A. 2022. Protein Hewani sebagai Zat Gizi Penting bagi Pertumbuhan Anakhttps://rs.ui.ac.id/ tgl 26 Juli 2022