Category: <span>berita</span>
Mengapa Tubuh Penderita TBC Cenderung Kurus?
Fitri Purwaningsih, AMG
Anda masih ingat dengan nama-nama besar seperti voltaire, Sir Walter scott, Edgar Allan Poe, Frederic Chopin, Leanec, atau Anton Chekov? Dan Tahukah anda bahwa mereka tercatat meninggal karena terinfeksi penyakit tuberkulosis?
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Pada awal abad ke-19, penyakit ini menyerang benua eropa dan amerika dengan angka kematian ( mortalitas ) yang cukup tinggi yaitu 400 orang dari 100.000 penduduk. Sekarang, WHO tahun 2013 melaporkan bahwa tahun 2012 ada sekitar 8,6 juta orang mengidap TB, sekitar 75% berada di Afrika. Data juga mencatat 75% penderita TB adalah mereka yang berusia produktif secara ekonomi ( usia 15 -50 tahun ).

TB paru berkaitan dengan kasus kurang gizi. Seseorang dengan berat badan kurang dari 35kg beresiko 4 kali lebih besar tertular TB. Indek Massa Tubuh ( IMT ) kurang dari 18,5kg/m² memang cenderung mudah sakit. Dan sebaliknya, TB dapat menyebabkan seseorang menderita kurang gizi. Ada penelitian di India yang menunjukkan bahwa penderita TB 7 kali beresiko mempunyai IMT kurang dari 18,5 kg/m². Bahkan penderita TB dengan IMT kurang dari 17 kg/m² sering terkait dengan mortalitas. Jadi, gizi buruk dapat meningkatkan insiden dan mortalitas TB dan sebaliknya TB dapat memperburuk status gizi seseorang.
Pada saat seseorang terdiagnosa TB, dalam tubuhnya mengalami perubahan metabolisme untuk mengaktifasi sistem imun sebagai respon terhadap infeksi kuman. Perombakan-perombakan sel ( katabolisme ) juga meningkat. Adanya batuk kronis dalam waktu lama, bahkan bisa sampai batuk darah, demam, sesak nafas, depresi dan kelelahan. Diperparah juga dengan produksi dahak yang mengganggu jalan nafas dan penurunan berat badan. Namun, nafsu makan justri turun bahkan hilang akibat menurunnya konsentrasi leptin dalam darah.
Perubahan metabolik yang juga terjadi adalah anabolic block. Anabolik blok adalah kondisi dimana asam amino tidak dapat dibangun menjadi susunan protein yang lebih komplek. Seperti yang kita tahu, protein mempunyai fungsi yang sangat penting. Seperlima dari tubuh kita adalah protein. Protein sangat berperan dalam kerja hormon, enzim, matrik sel dan sebagainya. Keberadaan protein yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi yang lain adalah fungsinya sebagai pembangun dan pengatur sel-sel dan jaringan tubuh.

Jika tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan energi dari asupan makanan maka ia akan mengambil dari cadangan yang berupa lemak. Dan jika simpanan lemak tidak cukup maka kekurangan energi akan dipenuhi dari perombakan protein yang berada dalam jaringan sel dan otot tubuh, termasuk otot pada jantung dan saluran nafas. Jadi penderita TB cenderung berbadan kurus sebagai dampak dari hiperkatabolisme dan peningkatan metabolisme tubuh lainnya. Anoreksia atau kehilangan nafsu makan bukan semata-mata sebagai faktor psikologis, tetapi perubahan kondisi fisik akan mempengaruhi kemampuan makan penderita TB.
Kombinasi antara pengobatan TB dan terapi nutrisi sangat diperlukan. Obat TB dikenal dengan OAT atau Obat Anti Tuberkulosis, sementara terapi nutrisi ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan makan dan derajat gizi buruk penderitanya. Insiden TB akan menurun dengan meningkatnya IMT.
Pemberian makan yang berlebihan ( Overfeeding ) pada penderita kurang gizi justru dapat memperburuk hipermetabolisme, meningkatkan stres oksidatif dan meningkatkan komplikasi dan kematian. Ketika pasien mulai makan, pola metabolisme berubah lagi dari lemak ke karbohidrat. Produksi insulin meningkat, dan perubahan fisiologi lainnya yang bisa mengakibatkan morbiditas dan mortalitas meningkat. Gangguan cairan, defisiensi vitamin, aritmia jantung, gagal nafas dan jantung kongestif sering dilaporkan selama proses refeeding ini.
Terapi gizi yang tepat dapat memperbaiki respon imun dan mengembalikan fungsi organ-organ vital. Berat badan akan berangsur-angsur normal seiring menghilangnya peradangan akibat infeksi pada fase penyembuhan.
Terapi gizi juga disesuaikan dengan keluhan penderita, apakah ada mual, anoreksia, sedang menderita penyakit lain yang mengharuskannya menjalani diet atau terapi lain seperti hipertensi, terapi insulin, kemoterapi dan sebagainya. Berapa banyak makanan yang sanggup dihabiskan dalam paling tidak 5 hari terakhir. Apakah ada pengurangan berat badan tanpa sebab yang disengaja dalam 3-5 bulan terakhir. Berapa IMTnya. Penderita TB dengan IMT kurang dari 14 kg/m² beresiko sangat tinggi untuk mengalami refeeding syndrom.
Secara umum kebutuhan kalori untuk penderita TB sekitar 35-40 kkal/BBI/hari. Dengan komposisi karbohidrat 45-65%, lemak 25-35% dan Protein 15-30%. Mikronutrien yang harus diperhatikan adalah Retinol, Vitamin C, vitamin E, zat besi, zink, selenium dan antioksidan. Kebutuhan cairan sekitar 25-35 ml/kg/hari.
Cara pemberian makannya juga perlu disesuaikan. Dimulai dari makanan bertekstur encer kemudian pelan-pelan konsentrasi ditingkatkan seiring hilangnya anoreksia dan meningkatnya kemampuan makan.
Penderita TB dengan nafsu makan yang baik dan tingkat asupan sekitar 75-100% dari kebutuhan perhari dapat makan seperti biasa atau boleh jika menginginkan makanan lunak.
Apabila asupan baru sekitar 50-75% sebaiknya diberi formula enteral tambahan seperti susu dalam dietnya, untuk menambah asupan kalori tetapi tidak menyebabkan kelelahan makan. Pilih makanan yang padat gizi seperti arem-arem, bubur kacang ijo, jus buah dan sebagainya. Makanlah dalam porsi kecil tetapi sering. Tidak perlu terlalu memaksa harus makan padat dalam jumlah besar, paling tidak terpenuhi 50% kebutuhan perhari terpenuhi kemudian berangsur-angsur ditingkatkan sekitar 200-300 kkal setiap 3-4 hari sampai tercapai target yang ditetapkan.
Apabila penderita hanya mampu makan kurang dari 50% kebutuhannya dalam waktu lebih dari 10 hari, sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk memperbaiki asupannya. Tim terapi gizi akan memberi penanganan yang tepat, apakan melalui terapi nasogastrik ( NGT ) atau nutrisi parenteral.
“Mencegah lebih baik daripada mengobati”
DAFTAR PUSTAKA
- KEPMENKES RI NOMOR HK.01.07/MENKES/393/2019
TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA
MALNUTRISI PADA DEWASA, 2019
- SHEBA DENISICA NASUTION, MALNUTRISI DAN ANEMIA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS, 2015
- PRINSIP DASAR ILMU GIZI, SUNITA ALMATSIER, 2004
FISIOTERAPI PADA PARU PARU
Oleh: Prayitno,Ftr
Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu/ kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehiduan dnegan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.( PMK no 65 tahun 2015). Fisioterapis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan secara sah legal dapat memberikan layanan tindakan fisioterapi ( promotif, preventif, kuratif dan rehailitatif) sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pasien
Fisioterapi pada paru atau biasa disebut dengan fisioterapi dada merupakan salah satu penanganan fisioterapi yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan saluran pernapasan. Fisioterapi pada paru tidak hanya diberikan dalam rangka membersihkan saluran pernapasan karena adanya dahak/ mukus, namun juga bagaimana mengembalikan fungsi paru agar dapat bekerja secara optimal dalam memenuhi kebutuhan tubuh, orang yang mengalami sakit paru merasakan mudah lelah dan mudah ngos-ngosan/ menggeh – menggeh, dengan mendapatkan tindakan dari seorang fisioterapis maka fungsi dari paru dapat dijaga dan dimaksimalkan.
Dalam memberikan layanan fisioterapis akan selalu melakukan pemeriksaan terlebih dahulu guna menentukan tujuan dari terapi yang akan dilakukan dan menentukan metode/modalitas/ peralatan yang digunakan. Pada kondisi penyakit paru problematik/ pemasalahan yang sering dihadapi oleh fisioterapi diantaranya adalah pasien kesulitan saat mengeluarkan dahak, dada terasa penuh, nafas menjadi tidak teratur ( perubahan pola napas), rasa kaku dan tegang pada otot didada, dan juga pasien merasa mudah lelah dan sesak saat beraktivitas.
Berikut beberapa latihan/tindakan yang digunakan dalam rangka mengatasi permasalahan yang sering dihadapi pasien paru. Pada kesempatan ini kami uraikan mengenai tehnik terapi untuk mengeluarkan dahak.
- Postural drainage
Postural drainage merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk mengalirkan sputum/ dahak yang berada di dalam paru agar mengalir ke saluran pernapasan yang besar sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Tindakan ini dilakukan selama minimal 20 menit untuk satu bagian lobus paru dan dilakukan pemeriksaan suara paru terlebih dahulu untuk menentukan posisi yang tepat. Dilakukan sehari sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari.
- Tapotemen/perkusi
Teknik ini berupa tepukan yang ritmis dan terah ke bagian paru, tujuannya adalah untuk menggetarkan paru sehingga bila ada dahak yang lengket pada dinding saluran napas dapat terlepas dan mengalir kesaluran napas yang lebih besar. Tapotemen biasanya dilakukan bersamaan degan pemberian postural drainage. Tidak semua kondisi paru boleh diberikan tapotemen / perkusi ada hal hal perlu diperhatikan dalam pemberian tindakan ini diantaranya adanya suara mengi/ wheezing karena dapat menyebabkan keluhan sesak semakin bertambah jika tidak dilakukan secara tepat, batuk darah karena dapat menambah perdarahan. Ritme yang teratur dan frekuensi yang tepat menjadi hal yang harus dilakukan tidak sekedar kerasnya tepukan yang diberikan ke dada baik dari depan maupun dari belakang. Bila melakukan perkusi sebaiknya jumlah tepukan mencapai 25 kali dalam 10 detik agar hasil lebih maksimal, selama 3-5 menit untuk tiap bagian dari paru paru.
- Vibrasi
Vibrasi dengan menggetarkan sangkar dada, diberikan setelah pemberian postural drainage dan aplikasi tapotemen, vibrasi digunakan untuk meningkatkan dan mempercepat aliran sekret di dalam paru. Vibrasi dilakukan pada saat pasien ekspirasi, dimana sebelumnya pasien diminta tarik napas dalam kemudian saat ekspirasi diberikan vibrasi sampai akhir ekspirasi. Dengan frekuensi 4-5 kali getaran.
- Latihan Batuk efektif
Latihan batuk efektif digunakan untuk mengeluarkan dahak yang sudah terkumpul ke saluran pernapasan yang besar, setelah dilakukan prosedur postural drainase, tapotemen dan vibrasi. Batuk efektif adalah tehnik batuk yang diharapkan dapat mengeluarkan dahak, tidak seperti batuk pada umumnya batuk efektif terbukti lebih bisa dan banyak mengeluarkan dahak. Bagaimanakah cara melakukanannya, pertama ambil posisi duduk tegak atau berdiri, kemudian tarik napas dalam sebanyak 3 kali kemudian bernapas dengan pernapasan biasanya kemudian tarik napas dan batukkan sebanyak 2 kali secara berturut turut tanpa ada jeda (dalam satu kali tarik napas kemudian dibatukkan sebanyak 2 kali berturut turut tanpa jeda) . Batuk dilakukan 2 kali berturut turut bertujuan untuk melepaskan perlengketan sputum/dahak pada saluran pernapasan dan batuk yang kedua ntuk mengeluarkan mukus dari paru paru. Saat keluar dahak jangan lupa tutuplah mulut dengan sapu tangan / tisu kemudian buang ke tempat sampah dan cuci tangan untuk meminimalkan penularan.
Beberapa teknik tersebut diatas bisa dilakukan secara teratur selama produksi mukus/ dahak masih banyak, namun menjadi kurang efektif jika yang terjadi batuk kering.
Selamat mencoba dan melakukan teknik tersebut.
Untuk lebih jelasnya bisa menghubungi Unit Fisioterapi di RSP Respira.
Masih ada permasalahan lain yang akan kita bahas namun akan kami lanjutkan pada eposide selanjutnya diantaranya mengenai bagaimana melalukan latihan pernapasan yang benar dan latihan untuk mengembalikan kemampuan paru yang mengalami penurunan akibat sait paru paru.
Daftar Pustaka
- Barbara A. Webber, Jenifer A, Pryor,Physiotherapy technique, Physiotherapy for respiratory and cardiac problem, secong edition, churchill livingstone, singapore 1998.
- Badget, D.;Casselbeny, C.: Chest Physiotheraphy in A Practical guide to Pediatric Intensive Care 2nd Edition 1984.
- Slamet sumarno, Teknik fasilitasi dan strategi kontrol respirasi, Temu ilmiah fisioterapi XIX, Yogyakarta 2004
- Worjodiarjo, M.: peran fisioterapi dalam penanganan penyakit obstruksi pada anak. Dalam kumpulan naskah Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi
Leaflet TBC Dapat Dicegah Penularannya
Pelayanan RS Paru Respira Selama Lebaran


Segenap Manajemen dan Karyawan Karyawati RS Paru Respira mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1440H,MOHON MAAF LAHIR BATIN
Segenap Manajemen dan Karyawan Karyawati RS Paru Respira mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1440H,MOHON MAAF LAHIR BATIN

Komik KangRespi Edisi Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Sayangi Parumu, Buang Rokokmu
Oleh Kristi Riyandini, SKM

Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Tidak ada kadar paparan minimal dalam asap rokok/tembakau yang “aman”. Berdasarkan WHO, tembakau merupakan penyebab terbesar kematian pada penyakit yang dapat dicegah. WHO memperkirakan bahwa penggunaan tembakau saat ini bertanggung jawab atas kematian sekitar enam juta orang di seluruh dunia setiap tahun dengan banyak dari kematian ini terjadi sebelum waktunya. Total ini termasuk sekitar 600.000 orang yang juga diperkirakan meninggal akibat efek perokok pasif. Meskipun sering dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, cacat dan kematian akibat penyakit kronis yang tidak menular, merokok tembakau juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit menular. Berdasarkan laporan WHO, China dan India memiliki angkat perokok tertinggi di dunia, masing-masing dengan 307 juta dan 106 juta perokok, dari total 1,1 miliar perokok di kalangan orang dewasa, diikuti oleh Indonesia dengan 74 juta.
Indonesia menghadapi permasalahan yang serius terkait rokok tembakau. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, 62,9% laki-laki usia 15 tahun keatas mengkonsumsi tembakau hisap dan kunyah, sementara konsumsi pada wanita sebanyak 4,8%, atau totalnya konsumsi rokok penduduk usia 15 tahun keatas sebanyak 33,8%. Prevalensi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun di Indonesia diperkirakan mencapai 9,1%, hasil ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013 yang berada pada angka 7,2 %. Hasil Riskesdas ini berarti menunjukkan bahwa perokok Indonesia usia muda mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ketahun. Hasil Riskesdas juga menunjukkan dua pertiga laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok. Indonesia menyumbang separuh dari jumlah perokok dewasa di kawasan Asia.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang diprakarsai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperingati setiap tahun di seluruh dunia setiap tanggal 31 Mei. Tahun ini HTTS mengusung tema “Tobacco and Lung Health“, menyoroti isu dampak rokok pada kesehatan paru-paru. Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif tembakau terhadap kesehatan paru-paru orang dari kanker hingga penyakit pernapasan kronis serta fungsi mendasar paru-paru untuk kesehatan dan kesejahteraan semua orang. Asap rokok memberikan dampak pada kesehatan paru-paru seperti serangan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan kanker. Penyakit yang berhubungan dengan jantung, strok dan penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan juga dapat diakibatkan dari pengunaan rokok.

Kebiasaan merokok adalah penyebab utama tingginya kasus kanker paru di Indonesia. Sebelum berubah menjadi kanker, biasanya rokok akan merusak fungsi paru secara perlahan. Kerusakan paru paling awal yang dapat dialami para perokok aktif adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PPOK adalah penyakit kerusakan paru yang terjadi akibat penyumbatan di dalamnya, sehingga tidak dapat berfungsi normal kembali. Faktor resiko utama seseorang terkena PPOK adalah paparan asap rokok, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif. Perokok pasif juga memiliki resiko yang sama, asap rokok sama jahatnya dengan kandungan yang ada di dalamnya. Proses terjadinya hampir sama dengan para perokok aktif, jadi asap mengandung zat beracun yang bisa terhirup masuk ke dalam paru. Semakin sering dan lama orang menghirup asap rokok, maka akan kian banyak juga zat beracun yang masuk ke dalam tubuhnya. Lama-kelamaan, kerusakan terjadi dan akhirnya penyakit paru obstruktif kronis pun muncul.
Jika melihat dampak yang ditimbulkan dari rokok terhadap tubuh kita, rasanya sayang sekali apabila seseorang masih meneruskan kebiasaan merokoknya. Berhenti merokok dan lepas dari kecanduan nikotin memang sulit, tetapi sulit bukan berarti berarti kita tidak bisa. Kebiasaan merokok ini tidak memiliki efek positif satupun, sehingga mari kita jadikan momen hati tanpa tembakau sedunia ini menjadi momen yang akan diperingati setiap hari, jadikan setiap harimu menjadi hari tanpa rokok, sayangi parumu, sayangi orang-orang disekitarmu dengan tidak merokok.
