“siYAnG RATRI” Pendaftran Tanpa Antri
“siYAnG RATRI” Pendaftaran Tanpa Antri sebuah inovasi buat sahabat paru yang mau daftar ke RS Paru RESPIRA tanpa harus antri, cek brosur dibawah buat tau caranya!
“siYAnG RATRI” Pendaftaran Tanpa Antri sebuah inovasi buat sahabat paru yang mau daftar ke RS Paru RESPIRA tanpa harus antri, cek brosur dibawah buat tau caranya!
Bergabung bersama kami dalam SEMINAR KEPERAWATAN “UPDATE TATALAKASANA TB – HIV”
Pembicara:
Lomba Mewarnai Dalam Rangka Hari Anak Nasional dan Pembukaan Poliklinik Anak RS Paru RESPIRA, tingkat taman kanak-kanak , Sabtu 21 Juli 2018 #Peserta Terbatas
Setiap tahun pada tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day/ Hari TB Sedunia. Hal ini dilakukan ntuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh TB dan untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri epidemi global TB.
Untuk tahun 2018, Tema Hari TB Dunia adalah “Wanted: Leaders for a TB-free world” (WHO)
Sedangkan untuk tema nasional kita adalah Peduli TBC, Indonesia Sehat (Kemenkes RI)
Apa itu TB?
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. TB bisa sembuh jika diobati dengan pengobatan tuntas, namun penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir.
Tren Dekade Terakhir di Dunia dan Indonesia
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Pada tahun 2016, 10,4 juta orang jatuh sakit TB, dan 1,7 juta meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,4 juta di antaranya adalah orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tujuh negara yang menyumbang 64% dari total orang dengan penyakit TB adalah India pada urutan pertama, diikuti oleh Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada tahun 2016, diperkirakan 1 juta anak-anak sakit TB dan 250.000 anak-anak meninggal karena TB (termasuk anak-anak dengan TB HIV). TB adalah pembunuh utama orang dengan HIV-positif. Pada tahun 2016, 40% kematian akibat HIV disebabkan oleh TB.
TB resisten obat (TB-MDR) tetap merupakan krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO memperkirakan ada 600.000 kasus baru dengan ketahanan terhadap rifampisin (resisten terhadap rimfampisin) – obat lini pertama yang paling efektif, dimana 490.000 merupakan kasus TB-MDR. Secara global, kejadian TB turun sekitar 2% per tahun. Pencapaian ini perlu ditingkatkan agar terjadi penurunan tahunan 4-5% sesuai target strategi TB pada tahun 2020 ( milestones the end strategy 2020) .
Diperkirakan 53 juta nyawa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB antara tahun 2000 dan 2016. Mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 merupakan salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
(Sumber :WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)
(Sumber: WHO The End TB Strategy)
Situasi TB Indonesia
Terkait TB, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TB di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.Di Indonesia total kasus TB (semua bentuk) yang ditemukan dan terlaporkan pada tahun 2016 adalah 360.565 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki lebih banyak dibanding pada perempuan. Tingkat keberhasilan pengobatan pada kasus baru dan kekambuhan adalah 85 persen untuk pasien yang terdaftar pada tahun 2015.
Pasien TB MDR yang memulai pengobatan adalah 1879 dan pasien TB-XDR yang memulai pengobatan adalah 52.
(Sumber: WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)
Gajala TB
Gejala Utama
Gejala Tambahan
Patogenesis dan Penularan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Myobacterium tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang dan otak.
Bakteri ini berbentuk batang dan tahan terhadap asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Didalam tubuh, kuman ini dapat tidur selama beberapa tahun.
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium , oleh karena itu pemeriksaan bakteriologis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
2.Cara Penularan TB
Siapa yang beresiko tinggi terkena TB?
Semua orang beresiko terkena TB baik anak-anak, orang tua, laki-laki maupun perempuan tetapi kelompok beresiko tinggi tertular TB, yaitu:
Diagnosis TB
Pasien yang dicurigai menderita penyakit TB akan dianjurkan untuk memeriksakan dahaknya, yaitu:
Apabila dalam dahak ditemukan kuman Mycobacterium tuberculosis, maka orang tersebut positif menderita TB dan harus melakukan pengobatan rutin.
Cara mengeluarkan dahak dengan latihan batuk efektif:
Rontgen dada dapat digunakan sebagai penunjang dalam mendiagnosa penyakit TB.
Pengobatan TB
Walaupun TB mudah menular dan dapat menyebabkan kematian namun penyakit TB dapat disembuhkan dengan cara:
Bila pasien TB berobat sampai sembuh berarti telah memutus rantai penularan.
Bagaimana bila penderita TB tidak teratur minum obat?
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap:
Pada tahap ini, pasien TB akan minum obat setiap hari. Bila pengobatan pada tahap ini berhasil, pasien yang pada awalnya menularkan TB kepada orang lain maka sudah tidak menular lagi. Walaupun sudah tidak menular dan badan sudah terasa segar dan sehat tetapi pengobatan tidak boleh berhenti dan dilanjutkan dengan tahap lanjutan.
Pada tahap lanjutan pasien TB dewasa akan minum tiap hari atau obat 3x seminggu. Tahap ini untuk membunuh kuman yang tidur (dormant/persisten) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Cara minum obat yang benar
TB MDR
TB MDR adalah TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti ethambutol, streptomisin dan pirazinamid.
Penularan kuman TB MDR adalah sama seperti penularan kuman TB yang tidak resisten obat pada umumnya. Orang yang tertular (terinfeksi) kuman TB resistent obat dapat berkembang menjadi “sakit TB” dan akan mengalami sakit TB MDR dikarenakan yang ada dalam tubuh pasien tersebut adalah kuman TB MDR. Pasien TB MDR dapat menularkan kuman TB yang resisten obat kepada masyarakat disekitarnya.
Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi karena pemberian obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat, demikian pula adanya kendala suplai obat yang tidak selalu tersedia.
TB Resisten Obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:
Pengobatan TB MDR lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif, Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB resisten obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TB MDR dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini kedua jauh lebih mahal ( 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB biasa) dan penangannya lebih sulit. Selain paduan pengobatannyayang rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.
(Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/)
(Sumber:Info Datin 2016, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI)
Bila anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, datanglah ke fasilitas kesehatan terdekat. Begitu pula bila anda menemui orang terdekat atau orang disekitar anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, ajaklah mereka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Jangan takut berobat karena TB bisa disembuhkan jika pengobatan dilakukan sesuai petunjuk dan tuntas. Obat TB gratis diberikan oleh pemerintah.
Mari menjadi pemimpin untuk Indonesia yang bebas TB dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. -kristi
PEMBERITAHUAN
TERHITUNG MULAI TANGGAL 08 JANUARI 2018 AKAN DIBUKA POLI ANAK dr. DESSY SHINTA MURTY Sp.A
E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI
Oleh Aisyah, SKM
Gaya hidup ‘‘menghisap’’ semakin variatif. Nggak cuma rokok, tren menghisap mulai banyak dilakukan dengan shisha dan vape atau vapor atau rokok elektronik. Akhir-akhir ini muncul tren rokok elektrik di Indonesia.
Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e- cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).
Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya.
Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia. Badan kesehatan dunia WHO, merilis bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh perilaku ini membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta dari korban tersebut adalah perokok aktif, mantan perokok dan pengguna “smokeless tobacco” (jenis tembakau hisap tanpa proses pembakaran). Ironisnya, lebih dari 600 ribu korban merupakan perokok pasif atau orang yang berada di sekitar perokok dan turut menghirup asap/uap rokok secara tidak langsung.
Sejarah Rokok Elektronik
Konon, sejak 1963 rokok elektronik sudah ada dan ditemukan pertama kali oleh Herbert A Gilbert. Namun sosok yang pertama kali memproduksinya secara modern adalah Hon Lik, warga berkebangsaan Tiongkok tahun 2003 sehingga ia lebih dikenal sebagai sosok yang mengawali kehadiran rokok elektronik, selanjutnya dipatenkan tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007 dengan berbagai merek. Seperangkat rokok elektronik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru dengan menggunakan tenaga listrik. WHO mengistilahkannya sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap yang kemudian dihirup oleh pengguna.
Struktur dasarnya terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam (atomizer) dan katrid berisi cairan zat kimia. Struktur ini terus mengalami modifikasi dan modernisasi mengikuti perkembangan teknologi, hingga saat ini telah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3 menggunakan sistem tangki dan semakin user friendly , bahkan ada yang modelnya tidak nampak seperti rokok dan terintegrasi dengan perangkat handphone. Di peredaran, rokok elektronik identik dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor, electrosmoke, green cig, smartcigarette , dll. Cairan isi dalam katrid diistilahkan e-juice, e-liquid Sementara aktivitas merokok dengan menggunakan rokok elektronik diistilahkan dengan vaping.
Perkembangan Rokok Elektrik
Rokok electric generasi pertama
Rokok elektrik generasi 2
Rokok electric generasi 3
Apa yang terkandung dalam rokok elektrik (vape)?
Kandungan pada cairan rokok elektronik berbeda-beda, namun pada umumnya berisi larutan terdiri dari 4 jenis campuran yaitu nikotin, propilen glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa).
Beberapa zat berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:
Rokok elektronik pada awalnya memang pernah digunakan sebagai salah satu alat bantu berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok elektronik secara bertahap di bawah supervisi dokter. Namun pada tahun 2010, WHO tidak lagi merekomendasi penggunaannya sebagai NRT karena beberapa studi menemukan kandungan zat yang dapat menjadi racun dan karsinogen sehingga dinyatakan tidak memenuhi unsur keamanan. Selain kandungannya yang tidak aman dan masalah inkonsistensi kadar di atas, beberapa dampak buruk rokok elektronik lain yang ditimbulkan dan disebutkan dalam literatur ilmiah sebagai berikut:
Referensi
Berikut ini kami sampaikan hasil dari pejurian:
JUARA 1 CITRA BENING SEJATI
JUARA 2 CAESAR TOGANA
JUARA 3 ADHI LUQITA PAMUNGKAS
JUARA HARAPAN 1 TEDJO SAPTO ANTORO
JUARA HARAPAN 2 DYAH FITRIYATUN ALFIANI
Congratulation buat para pemenang 🙂
Ditulis oleh: Metta Kartika, SKM
Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ke 43 yang jatuh pada hari ini, 17 Maret 2017, Komisariat PPNI RS Paru Respira mengadakan sosialisasi 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun kepada pasien dan keluarga pasien rawat jalan. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi kesehatan secara langsung kepada pasien mengenai manfaat cuci tangan pakai sabun serta langkah-langkah cuci tangan yang benar dan efektif.
Jam menunjukkan pukul 07:30, pasien sudah banyak yang berdatangan. Sembari menunggu jam buka pelayanan, anggota tim PPNI bekerjasama dengan tim PKRS RS Paru Respira mengadakan sosialisasi mengenai 6 langkah cuci tangan pakai sabun. Kegiatan ini tidak hanya penjelasan oleh perawat saja, namun mereka langsung mempraktekan langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar diikuti oleh pasien dan keluarga pasien.
Mereka terlihat sangat antusias, ada beberapa pasien yang bertanya “apakah langkah cuci tangan mereka sudah betul atau belum”. Tenaga kesehatan, pasien serta keluarga pasien berbaur menjadi satu, bersama-sama mempraktekkan gerakan cuci tangan pakai sabun.
Setelah dipraktekan di depan, satu per satu perawat dan penyuluh kesehatan membantu memberikan penyuluhan tambahan secara individu kepada mereka yang masih kurang mengerti. Semangat hidup sehat dan rasa kekeluargaan sangat terasa pagi ini. Kegiatan diakhiri dengan pembagian souvenir berupa gantungan kunci “sahabat paru”, tak lupa juga teriring doa untuk kesehatan dan kesembuhan pasien di RS Paru Respira. -ant
“Salam Sehat dari kami, Sahabat Kesehatan Paru dan Pernafasan Anda”
LOMBA POSTER PERINGATAN HARI TB SEDUNIA 2017
“Keluargaku Peduli TB, Masyarakat Sehat”
Pada tanggal 24 Maret 2017 akan diperingati sebagai World TB Day, dimana di tanggal yang sama 135 tahun yang lalu, seorang ahli kedokteran fisiologis dari Jerman, Robert Koch menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kalinya. Meskipun penemuan bakteri ini sudah terjadi lebih dari seratus tahun lalu, hingga saat ini bakteri tersebut masih ada di dunia, belum ada satu negarapun yang berhasil bebas dari tuberculosis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis ini selanjutnya dikenal dengan penyakit TB, sebuah penyakit infeksi menular yang masuk ke tubuh melalui pernafasan.
Penyakit TB merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi perhatian besar dunia dikarenakan proses penularannya yang cukup mudah dan dampak yang cukup besar jika tidak dilakukan pengobatan dengan benar. Kasus ini ditangani secara serius oleh WHO dan badan-badan kesehatan setiap negara. Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan memiliki target “Indonesia Bebas TB 2050”. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, kasus TB di Indonesia mencapai 1.000.000 kasus dan jumlah kematian akibat TB diperkirakan 110.000 kasus setiap tahunnya. Posisi Indonesia masih berada di ranking kedua setelah India sebagai negara dengan kasus TB terbanyak seperti tahun lalu. Ini menjadi “PR” besar tenaga kesehatan Indonesia pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Penyakit TB paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain seperti : kelenjar getah bening (limfadenitis TB), tulang belakang (Spondilitis TB), selaput otak (meningitis TB), perut (peritonitis TB), kulit, dan tenggorokan (laryngitis TB). Diagnosanya ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Untuk mencapai target “Indonesia Bebas TB 2050”, kementerian kesehatan tidak bisa hanya mengandalkan tenaga-tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh tanah air. Peran serta masyarakat sangat diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB dan membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Adanya dukungan dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan kepatuhan pasien untuk minum obat.
Program TOSS TB (Temukan TB, Obati Sampai Sembuh) yang telah dicanangkan Kementerian Kesehatan sejak April 2016 lalu diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk turut serta menemukan kasus-kasus TB baru yang ada di lingkungan sekitar dan memantau pengobatannya hingga tuntas. Dalam rangka memperingati Hari TB Se-dunia, Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta mengadakan beberapa rangkaian acara, salah satunya mengajak masyarakat berpartisipasi melalui lomba poster dengan tema “Keluargaku Peduli TB, Masyarakat Sehat”. Mari tunjukkan kepedulian kita, mensukseskan Gerakan Masyarakat menuju Indonesia Bebas TB 2050. -ant
Ketentuan Lomba:
1.Lomba ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
Tulis judul e-mail dengan format : Lomba Poster_Nama Lengkap
(File desain poster dalam bentuk .cdr atau .psd disertai file .jpg)
b. Hard Copy ke alamat : RS Paru RESPIRA up PKRS
Jl. Panembahan Senopati No. 4 Palbapang Bantul
11.Karya yang telah dikirim menjadi hak milik panitia dan panitia berhak untuk mempublikasikan karya tersebut.
14 . Waktu pengiriman 27 Februari – 18 Maret 2017
Cp RS Paru RESPIRA (0274) 2810423 Aisyah : 085879828225