Category: <span>berita</span>

Hari Kesehatan Dunia 7 April Dunia yang Lebih Adil dan Sehat

Oleh: Kristi Riyandini, SKM

Hari Kesehatan Dunia atau World Health Day dirayakan setiap tahun pada tanggal 7 April. Perayaan ini juga dilakukan untuk menandai didirikannya organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 1948. Pada tahun 1948, WHO mengadakan Majelis Kesehatan Dunia untuk pertama kalinya. Pada agenda tersebut, majelis memutuskan untuk merayakan 7 April sebagai Hari Kesehatan Dunia yang dirayakan pertama kalinya pada 1950. World Health Day ini setiap tahun memperhatikan topik kesehatan tertentu yang menjadi perhatian orang-orang di seluruh dunia.

Tahun 2021 ini, di tengah pandemi global Covid-19, tema Hari Kesehatan Dunia adalah “Building a fairer, healthier world” (Membangun dunia yang lebih adil dan lebih sehat). Dalam perayaan ini, WHO mengundang masyarakat global untuk turut serta bergabung dalam kampanye membangun dunia yang lebih adil dan lebih sehat.

Menurut WHO, dalam situasi pandemi ini, ada beberapa kelompok masyarakat yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dengan sedikit pendapatan harian, memiliki kondisi perumahan dan pendidikan yang lebih buruk, lebih sedikit peluang kerja, mengalami ketidaksetaraan gender yang lebih besar, serta memiliki sedikit atau tidak ada akses ke lingkungan yang aman, air dan udara bersih, ketahanan pangan dan layanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu serta kematian dini.

WHO juga mengungkapkan bahwa Covid-19 telah menghantam semua negara, tetapi dampaknya paling parah diderita oleh komunitas yang sudah rentan, yang lebih mudah terpapar penyakit, dan cenderung tidak memiliki akses ke layanan perawatan kesehatan yang berkualitas.“WHO berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap orang, di mana pun, dapat mewujudkan hak atas kesehatan yang baik,” tulis WHO di laman resminya.

Hak atas Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 25 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Pada lingkup nasional Hak atas kesehatan juga dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pandemi Covid-19 dan Hak Atas Kesehatan

Pandemi Covid-19 yang telah setahun lebih berlangsung tentunya memberikan dampak yang luar biasa disegala aspek, Pandemi Covid-19 turut  memberikan dampak terhadap hak asasi manusia. Amnesty International Indonesia mencatat setidaknya ada empat hak asasi manusia yang terdampak akibat pandemi global ini salah satunya adalah hak atas kesehatan.

Apa yang saat ini bisa kita lakukan sebagai pribadi untuk bisa mewujudkan hak kesehatan diri dan orang lain?

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, mematuhi dan melaksanakan protokol kesehatan 5 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan, dan Mengurangi Mobilitas) dimanapun kita berada adalah salah satu cara kita memenuhi hak kesehatan atas diri kita dan orang lain. Dengan menerapkan protokol kesehatan 5M, artinya kita telah membantu dalam menekandan memutus kemungkinanan terjadinya penularan Covid-19 dari orang satu ke yang lain. Membantu pemerintah dalam memutus rantai penularan Covid-19 adalah tugas kita semua. Mari lindungi diri, keluarga dan lingkungan untuk membangun dunia yang lebih sehat.  

Sumber :

World Health Organization: World Health Day http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_health_day/en/. Diakses 6 Maret 2021

Perwira, Indra. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. https://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/12/Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi_Manusia.pdf. Diakses 6 Maret 2021

LBH Masyarakat : Buku Saku Hak Atas Kesehatan. https://lbhmasyarakat.org/wp-content/uploads/2020/01/Buku-Saku-Hak-Atas-Kesehataan.pdf. Diakses 6 Maret 2021

Amnesty International: COVID-19 dan Hak Asasi Manusia. https://www.amnesty.id/covid-19-dan-hak-asasi-manusia/.Diakses 6 Maret 2021

https://www.who.int/westernpacific/news/events/world-health-day

Wikipedia : Hari Kesehatan Sedunia. https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Kesehatan_Sedunia diakses 6 Maret 2021

Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis

Oleh : Nur Handayani, SKM

Masa pandemi Covid-19 belum berakhir. Kita masih tetap harus menerapkan protokol kesehatan 5 M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas. Pada saat pandemi kita terfokus hanya dengan pencegahan dan penanganan terkait Covid-19. Tapi kewaspadaan terhadap Covid-19 jangan sampai membuat kita lengah dengan beberapa penyakit, salah satunya penyakit Tuberkulosis atau TBC.

                  TBC adalah penyakit  infeksi  menular  yang  disebabkan  oleh  bakteri Mycobacterium  tuberkulosis,  yang dapat  menyerang  berbagai  organ,  terutama paru-paru. Kuman  ini  berbentuk  batang,  mempunyai  sifat khusus  yaitu  tahan  terhadap  asam  pada  pewarnaan.  Oleh  karena  itu  disebut  pula sebagai  Basil  Tahan  Asam  (BTA). Basil  ini  tidak  berspora sehingga  mudah  dibasmi  dengan  pemanasan,  sinar  matahari  dan  sinar  ultraviolet, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang  gelap  dan  lembab.  Dalam  jaringan  tubuh  kuman  ini  dapat  dormant,  tertidur dalam beberapa tahun.

                  Mengacu pada, WHO Global TB Report tahun 2020, masih terdapat 10 juta orang didunia jatuh sakit  karena TBC dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal karenanya. Ditambah  lagi, 251 ribu orang yang meninggal karena TBC disertai dengan HIV positif. Indonesia termasuk delapan Negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC diseluruh dunia, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Mengingat tingginya kasus dan beban kematian akibat tuberkulosis,dunia telah berkomitmen untuk bebas TBC pada tahun 2050.

                  Mengatasi kasus TBC dan beban kematian akibat TBC, tentu menjadikan penanganan yang tidak main-main. Tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dalam pencegahan dan penanganan penyakit TBC tapi juga seluruh elemen masyarakat. Ada beberapa populasi yang rentan terhadap penyakit TBC, antara lain orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah terutama orang dengan HIV-AIDS (ODHA), orang dengan kekurangan gizi atau malnutrisi, orang yang sedang menjalani terapi antikanker atau sedang menjalani dialisis dan anak-anak. Penularan TBC pada anak biasanya terjadi karena penularan dari orang dewasa yang kemudian infeksi bakteri terbawa oleh seorang anak yang kemungkinan akan kambuh di saat ia dewasa atau bahkan pada saat usia anak yang membuat anak tersebut harus menjalani pengobatan selama 6 bulan dengan dosis orang dewasa. Berdasarkan laporan WHO diperkirakan sebanyak 1,12 juta anak didunia terinfeksi TBC. TBC menular melalui percikan ludah dari seorang penderita kepada orang yang berada didekatnya.  Salah satu populasi yang mempunyai risiko tinggi terjadinya penularan TBC adalah pada anak dan balita. Sistem imunitas anak masih belum optimal sehingga mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk sakit TBC.

                  Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis atau TBC Sedunia. Di tanggal inilah pertama kalinya Robert Koch menemukan bakteri TBC (Mycobacterium tuberculosis). Hari TBC sedunia diperingati untuk menggugah kepedulian semua orang terkait pemahaman tentang penyakit TBC dan upaya pencegahannya. Tema hari TBC sedunia tahun 2021 adalah “The Clock is Ticking..”, yang memiliki makna semakin terbatasnya waktu untuk mencapai target eliminasi TBC 2030. Sedangkan tema nasional adalah Setiap Detik Sangatlah Berharga Untuk Dapat Mengeliminasi Kasus TBC, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis. Posisi kedua dengan peringkat terbanyak kasus penyakit TBC  membuat Indonesia harus segera mempercepat eliminasi TBC. Mengapa eliminasi TBC 2030 penting dilakukan karena ada beberapa alasan, antara lain :

  1. TBC merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular sehingga adanya arus globalisasi, transportasi, dan migrasi penduduk antar negara membuat TBC menjadi ancaman serius bagi dunia
  2. Pengobatan TBC tidak mudah dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi
  3. TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistensi obat
  4. TBC menular dengan mudah, yakni melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah dan tempat umum lainnya
  5. Anak yang terbukti terinfeksi TBC laten, jika tidak diobati dengan benar akan menjadi kasus TBC, dimasa dewasanya dan akan menjadi sumber penularan baru

                  Masa pandemi sekarang ini membuat sebagian besar orang dilanda ketakutan. Kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, kecuali bila ada keperluan mendesak. Begitu juga dengan penderita TBC, tentu mengalami hal yang sama. Ada ketakutan terkena virus Covid-19. Ada ketakutan pula bila harus berobat ke pelayanan kesehatan. Ketakutan tersebut tentunya beralasan karena virus Covid-19 mudah menular ketika terjadi kontak erat. Beberapa gejala TBC seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien Covid-19. Covid-19 menyadarkan kita betapa rentannya jika pasien TBC tidak berobat, karena daya tahan tubuh dan kondisi paru mereka juga lebih rentan terinfeksi, Jadi penderita tetap harus menjalani pengobatan rutin sesuai anjuran dokter. Karena kunci dari kesembuhan salah satunya adalah rutin melakukan pengobatan hingga dinyatakan sembuh. Penderita TBC yang melakukan pengobatan melalui pelayanan kesehatan pada masa pandemik tetap harus menerapkan protokol kesehatan 5 M. Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan TBC dengan tata laksana sedemikian rupa, sehingga diharapkan penderita TBC tetap mendapatkan pelayanan dan tidak terjadi putus obat. Penanganan kasus TBC harus serius mengingat kasus TBC terbanyak 75% terjadi pada usia produktif yaitu sekitar 15-54 tahun dimana Lebih dari 25 persen pasien TBC dan 50 persen pasien TBC resisten obat beresiko kehilangan pekerjaan mereka karena penyakit ini. Kesulitan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh TBC menimbulkan halangan akses terhadap diagnosis dan pengobatan dapat meningkatkan risiko penularan infeksi di masyarakat. Situasi ini tentu menghambat pembangunan nasional.

                  Begitu besarnya dampak dari banyaknya kasus TBC tidak saja menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, tapi juga menjadi tanggungjawab semua sektor pemerintahan serta tanggungjawab semua individu. Setiap individu hendaknya memperbanyak informasi tentang penyakit TBC sehingga mampu mengenali gejala TBC dan dapat mencegah penularan penyakit TBC. Kenali gejala TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, mengalami sesak pada pernafasan, berkeringat pada malam hari tanpa aktifitas dan mengalami penurunan berat badan. Lakukan pula pencegahan terhadap penularan TBC dengan menerapkan etika batuk dan bersin seperti : gunakan masker bila batuk dan bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau dapat menggunakan lengan atas bagian dalam, buang tisu yang telah digunakan ke dalam tempat sampah, dan cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Salah satu pendekatan yang dapat mencegah penularan TBC berupa Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC (TOSS TBC). Dengan TOSS TBC ini diharapkan ada partisipasi dan kepedulian setiap individu untuk sama-sama mencegah penularan TBC. Begitu menemukan ada orang terdekat atau diri sendiri yang dicurigai mengalami gejala TBC bisa langsung mendatangi pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan. Deteksi dini akan lebih memudahkan memutuskan rantai penularan TBC.

                  Penanganan TBC yang dilakukan pemerintah dengan kerjasama semua sektor dan setiap individu diharapkan akan membawa Indonesia bebas TBC. Setiap detik sangat berharga dalam upaya mengeliminasi TBC. Ke depan Indonesia dapat mewujudkan generasi yang sehat dan unggul bebas TBC sejak dini. Ayo bersama kita lawan tidak hanya Covid-19 tapi juga TBC. Indonesia sehat Bebas TBC.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Kementrian Kesehatan RI. 2019. Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC. https://promkes.kemkes.go.id tanggal 18 Juli 2019
  2. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pasien TBC Harus Lebih Waspadai Corona. https://www.kemkes.go.id tanggal 24 Maret 2020
  3. ____. 2020. Bersama Menuju ELiminasi TBC dan Melawan Covid-19. https://htbs.tbindonesia.or.id/ tanggal 24 Maret 2020
  4. Kementrian Kesehatan. 2020. Protokol Tentang Pelayanan TBC selama masa Pandemi Covid-19 tanggal 30 Maret 2020
  5. Kementrian Kesehatan RI. 2020.  Penanggulangan Tbc Di Masa Pandemi Covid-19 tanggal 22 Sepyember 2020
  6. Sapto Adhi, Irawan. 2020. 5 Gejala TBC yang Perlu Diwaspadai. https://health.kompas.com tanggal 26 Oktober 2020
  7. Kementrian Kesehatan. 2021. Panduan Peringatan Hari Tb Sedunia 24 Maret 2021

Terapkan Pola Hidup Sehat Untuk Bersama Cegah Kanker Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2021

Oleh : Nur Handayani, SKM

Kanker…..kata ini mungkin sering terdengar di telinga sebagai hal yang mengerikan. Penyakit kanker memang masih menjadi penyebab ketiga kematian terbanyak di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Selain itu penyakit kanker merupakan salah stu penyakit yang banyak menghabiskan pembiayaan yang mahal. Kanker paru salah satu kanker yang paling mematikan di dunia diantara kanker lainnya. Kasus kanker di Indonesia kini telah mencapai 4,8 juta pada 2018. Kasus terbanyak adalah payudara, serviks, dan paru. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.

            Berkaitan dengan kanker, setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai hari kanker sedunia. Peringatan hari kanker ini dicetuskan untuk meningkatkan kesadaran global akan pentingnya pengetahuan tentang penyakit kanker sehingga dapat berupaya untuk mencegah penyakit tersebut. Diperingatinya hari kanker sedunia diawali dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia Pertama di Paris yang mengusung topik tentang melawan kanker. Pada pertemuan ini, para pemimpin lembaga pemerintah dan organisasi kanker dari seluruh dunia menandatangani Piagam Paris Against Cancer, sebuah dokumen yang berisi 10 artikel yang menguraikan komitmen global koperasi. Artikel tersebut berisi hal terkait untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, untuk investasi berkelanjutan dalam dan kemajuan penelitian, pencegahan, dan pengobatan kanker. Tema untuk tahun 2021 adalah “I am and I Will. Together. All our actions matter.” Tema ini dimaksudkan bahwa ajakan kepada setiap individu untuk berbuat dan menyebarkan hal positif khususnya pencegahan kanker. Dan aksi bersama-sama menciptakan hal positif tentang pencegahan kanker secara berkelanjutan diharapkan akan berdampak luas ke lingkungan sekitar kita.

            Penyakit Kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis) sel kanker dapat melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga membentuk massa tumor.

            Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi, yaitu faktor internal (seperti, keturunan) dan faktor eksternal (misalnya, perubahan hormon, obesitas, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, serta paparan radiasi, virus, dan bahan-bahan kimia). Beberapa gejala kanker antara lain :

  • Munculnya benjolan yang tidak lazim
  • Perubahan kulit
  • Masalah pada kelenjar getah bening
  • Berat badan turun tanpa sebab
  • Batuk atau sesak napas berkepanjangan
  • Munculnya rasa sakit tanpa sebab
  • Perdarahan tidak normal

Penyakit kanker bisa terjadi di segala usia. Penyakit ini sangat ditakuti. Beberapa yang dapat menjadi faktor risiko antara lain :

  • Riwayat keluarga
  • Usia

Usia di atas 65 tahun lebih berisiko untuk mengalami kanker

  • Kebiasaan buruk

Seperti mengonsumsi alkohol berlebihan, merokok, paparan sinar matahari berlebihan, obesitas, dan seks yang tidak aman.

  • Kondisi kesehatan

Beberapa kondisi kesehatan kronis, seperti ulcerative colitis juga meningkatkan risiko munculnya kanker jenis tertentu.

  • Lingkungan hidup

Bahan kimia berbahaya seperti asbes dan benzena di rumah atau tempat kerja bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini

            Jumlah kasus kanker yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi beban dalam pembiayaan kesehatan, tentu perlu untuk kita semua bersama-sama melakukan pencegahan. Menurut WHO, sebanyak 40 persen kematian akibat kanker dapat dicegah. Sebagai hasilnya, meningkatkan kesadaran akan pencegahan kanker telah menjadi tujuan utama banyak organisasi kanker dan kesehatan di seluruh dunia, dan Hari Kanker Dunia telah datang untuk mewakili penegasan kembali tahunan akan pentingnya tujuan ini.

            Ada beberapa yang dapat kita lakukan untuk melakukan pencegahan, antara lain:

  • Stop Merokok
  • Hindari Asap rokok dan residu rokok
  • Hindari mengkonsumsi 4P (Pengawet, Perasa, Perwarna, dan pemanis buatan)
  • Hindari terpapar bahan kimia dan polusi terus-menerus
  • Rajin aktifitas fisik
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Cek kesehatan berkala

Yuk, mulai sekarang terapkan pola hidup sehat dan tebarkan semangat positif untuk pencegahan penyakit kanker.

DAFTAR PUSTAKA

  1. YKI Pusat. Apa itu Kanker? http://yayasankankerindonesia.org
  2. Kemenkes RI. 2020. Jenis Kanker ini Rentan Menyerang Manusia. https://www.kemkes.go.id tanggal 13 Januari 2020
  3. P2PTM Kemenkes RI. 2019. http://www.p2ptm.kemkes.go.id tanggal 5 Februari 2019
  4. Koesno, Dhita. Sejarah & Tema Hari Kanker Sedunia yang Diperingati 4 Februari 2021. https://tirto.id tanggal 27 januari 2021
  5. Fairuzzia, Jihan. 2020. Sejarah 4 Februari Menjadi Hari Kanker Sedunia. https://www.liputan6.com tanggal 4 Februari 2020
  6. Instagram Promkes Kemenkes RI 4 Februari 2021

Remaja Sehat, Bebas Anemia

Oleh : Nur Handayani, SKM

Permasalahan gizi di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Masalah stunting, wasting, obesitas dan masalah kekurangan gizi mikro seperti anemia adalah beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Masalah seperti stunting sebenarnya pemerintah telah mengupayakan penanganan yang optimal , bahkan sudah ada penurunan tingkat prevalensi nya akan tetapi angka tersebut masih dibawah standar WHO. Tentu masalah-masalah gizi ini menjadi keprihatinan bangsa kita. Seperti stunting, anemia ternyata juga tak kalah memprihatinkan. Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Hampir 2,3 miliar orang mengalami anemia. Di Indonesia sendiri, anemia merupakan salah satu penyakit paling umum di Indonesia, dengan perumpamaan 1 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko untuk terkena anemia. Bahkan remaja kita yang menderita anemia cukup banyak. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, arlinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. Meski kondisi kasus anemia seperti tersebut di atas, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya teredukasi akan gejala, dampak, dan penanggulangan anemia.
Sebenarnya apa itu anemia? Lalu kenapa remaja menjadi perhatian untuk masalah anemia? Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari normal.Nilai Hemoglobin untuk anak-anak usia 5-11 adalah 11,5 Hb. Sedangkan untuk anak usia 12-14 tahun adalah nilainya 12 Hb. Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehingga tubuh tidak mendapat cukup oksigen. Biasanya wajah terlihat pucat, mudah lelah, pusing dan sakit kepala. Beberapa gejala anemia muncul, antara lain:

  1. Kekurangan oksigen pada otot menyebabkan mudah letih, lelah, lesu, sehingga seseorang menjadi kurang produktif
  2. Kekurangan oksigen pada otak menyebabkan kurang konsentrasi atau mudah lalai, sehingga prestasi seseorang menurun
  3. Gejala lainnya: mudah sakit kepala, pusing (kliyengan), mata berkunang-kunang, dan mudah mengantuk
  4. Pada anemia yang berat, terlihat pada wajah, mata, bibir, kulit, kuku, dan telapak tangan seseorang tampak pucat
  5. Untuk mudah mengingatnya, ingatlah “5 L”, yaitu letih, lemah, lesu, lelah, lalai
    Remaja seringkali mengalami anemia. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada remaja khususnya remaja putri, antara lain :
    • Remaja putri mengalami menstruasi, sehingga kehilangan banyak darah
    • Remaja , tumbuh sangat cepat sehingga perlu asupan zat gizi lebih banyak
    • Remaja sering mengalami kekurangan zat besi dan protein
    • Remaja, sering melakukan diet tanpa memperhatikan asupan zat besi
    Anemia pada remaja menjadi perhatian karena pada dasarnya dampaknya seringkali tidak terlihat atau tidak dapat dirasakan secara langsung. Tetapi anemia pada remaja tidak dapat diremehkan. Mengapa? Pada masa ini merupakan era demografi dimana usia produktif lebih banyak dibanding usia non produktif. Tentu saja bila remaja sebagai generasi penerus mengalami anemia dampaknya akan luar biasa kelak. Dari remaja putri inilah kelak akan menghasilkan generasi penerus yang diharapkan adalah generasi penerus yang sehat, cerdas dan produktif. Anemia inilah yang akan membawa pengaruh besar saat remaja putri ini nantinya menjadi ibu dan melahirkan anak. Belum lagi adanya fakta bahwa, anemia terbukti menyebabkan menurunnya produktivitas kerja wanita Indonesia sebanyak 20 persen atau sekitar 6,5 jam per minggu. Kondisi ini tentunya dapat menjadi hambatan besar bagi pembangunan sumber daya berkualitas di Indonesia. Itulah mengapa anemia pada remaja menjadi perhatian bagi kita semua.
    Anemia pada remaja perlu ada pemahaman bagi kita semua untuk dapat mencegahnya, apalagi saat ini sedang masa pandemi. Karena dalam masa pandemi seperti sekarang ini kita perlu menjaga imunitas termasuk didalamnya mencegah terjadinya anemia. Ada beberap hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah anemia terutama pada remaja putri, antara lain :
    • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang terutama tinggi protein dan kaya zat besi. Makanan kaya zat besi dari sumber makanan hewani seperti daging, unggas, dan ikan. Jangan lupa konsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C, E dan A.
    • Tidak mengonsumsi teh, kopi, atau susu bersamaan saat makan karena akan menurunkan penyerapan zat besi dari makanan
    • Mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi seperti jeruk dan makanan hewani
    • Melakukan aktifitas fisik secara rutin
    • Sering mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir
    • Minum air putih 8 gelas per hari
    • Cegah cacingan dan malaria melalui pola hidup bersih dan tidur menggunakan kelambu jika Anda tinggal di daerah endemis malaria
    • Mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran
    Pastikan kita mengonsumsi makanan secara bervariasi. Makanan yang beragam dan seimbang gizinya akan mencegah terjadinya anemia, khususnya pada wanita, ibu hamil, dan remaja putri. Wanita lebih rentan terkena anemia karena mereka mengalami haid setiap bulannya. Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mengetahui ada atau tidaknya anemia. Untuk konsumsi tablet tambah darah sebaiknya dilakukan setelah berkonsultasi dengan tenaga medis. Minumlah tablet setelah mengkonsumsi makanan gizi imbang. Gunakan air putih saat minum tabletnya. Makan jeruk atau jus kaya vitamin C, supaya penyerapan tablet tambah darah lebih EFEKTIF. JANGAN minum tablet tambah darah dengan teh, kopi atau susu, karena akan MENGHAMBAT penyerapan zat besi.
    Nah, yuk mulai sekarang kita harus sadar diri untuk menjaga kesehatan kita sendiri. Generasi yang sehat tentu akan menghasilkan generasi yang sehat pula. Generasi yang sehat akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan Negara kita tercinta.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dwinanda, Reiny. 2020. Generasi Milenial Harus Bebas dari Anemia, Mengapa? https://republika.co.id tanggal 21 Januari 2020
  2. Nurulia, Ruri. 2018. Upaya Menuju Generasi Produktif, Generasi Bebas Anemia. https://www.klikdokter.com tanggal 28 April 2018
  3. Kementrian Kesehatan. 2020. KIE Gizi. https://kesmas.kemkes.go.id
  4. Anggarini Paramita, Alviansyah Pasaribu. 2018. Pentingnya zat besi untuk generasi bebas anemia. https://www.antaranews.com tanggal 23 Oktober 2018
  5. Kementrian Kesehatan. 2021. Panduan Kegiatan Hari Gizi Nasional ke-61 tanggal 25 Januari 2021

Stop StuntingSekarang Juga!!

Oleh: Nur Handayani, SKM

Stunting…. Kata ini sering kita dengar di iklan layanan masyarakat. Bahkan sekarang banyak diperbincangkan masyarakat, khususnya para ibu. Sebenarnya apa itu stunting. Stunting  menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Stunting merupakan  kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat  dari  kekurangan  gizi  kronis  sehingga  anak  terlalu  pendek  untuk  usianya.  Kekurangan  gizi  terjadi  sejak  bayi  dalam  kandungan  dan  pada  masa  awal  setelah  bayi  lahir  akan  tetapi,  kondisi  stunting  baru  nampak  setelah  bayi  berusia  2  tahun. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

            Stunting seringkali dikaitkan dengan riwayat gizi anak dari sejak dalam kandungan ibu. Tentu menjadi hal penting bagi ibu untuk mempersiapkan sejak dini sebelum kehamilan. Terkait dengan gizi, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Momentum ini diharapkan dapat memberikan semangat dan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk dapat memperhatikan dan memenuhi gizi keluarga walaupun saat ini sedang pandemi. Di masa pandemi seperti  sekarang ini memberikan pengaruh besar terhadap banyak hal. Imbas terhadap ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan sektor lainnya sangat dirasakan semua kalangan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan makanan yang terganggu, dan hilangnya pendapatan karena COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia. Kondisi semacam ini tentu menjadikan keprihatinan bagi kita semua. Tapi ini bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tapi kita semua harus bergerak bersama demi menekan masalah gizi terutama masalah stunting.

            Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi angka stunting sebesar 30 persen kemudian hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 27,67 persen. Tentu ini menggembirakan, ada penurunan prevalensi angka stunting. Tapi disisi lain, angka ini masih di atas toleransi WHO. Toleransi WHO untuk gizi buruk adalah 10% dan stunting 20%. Pemerintah sendiri telah menyiapkan 5 strategi dalam menurunkan dan mencegah stunting. Targetnya adalah pada 2024 stunting turun menjadi 14%, salah satunya melalui prioritas penanganan stunting yang dilakukan terhadap 260 kab/ kota. Selain itu, kampanye dan edukasi kesehatan dan gizi untuk masyarakat pun perlu untuk dilakukan, sebagaimana edukasi gizi dan bijak konsumsi susu kental manis yang dilakukan oleh PP Aisyiyah. Susu kental manis itu adalah perasa, balita tidak boleh mengkonsumsi sebagai minuman sebelum tidur, jadi bukan untuk kebutuhan pemenuhan gizi.

            Itu adalah contoh upaya pemerintah bersama organisasi kemasyarakatan dalam perannya menekan prevalensi stunting di Indonesia. Upaya ini juga harusnya kita dukung dan kita terapkan melalui pemenuhan gizi keluarga. Dalam masa pandemi seperti sekarang selain penerapan 3 M yaitu Memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak menjauhi kerumunan; kita tetap perlu menjaga imunitas dengan salah satunya melalui pemenuhan gizi keluarga. Pemenuhan gizi keluarga disini tidak saja untuk meningkatkan imunitas tapi diperlukan pula dalam rangka mencegah stunting. Berikut ada beberapa tips

mencegah stunting :

  1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
    Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
  2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
    Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
  3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
    Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
  4. Terus memantau tumbuh kembang anak
    Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
  5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
    Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

      Tips di atas mungkin tidak sepenuhnya mudah, tapi masih bisa kita upayakan sebagai orang tua. Karena pada 1000 hari pertama kehidupan anak menjadi hal yang penting diperhatikan ketika mencegah terjadinya stunting. Yang dimaksud 1000 hari pertama kehdupan anak adalah dimulai dari 9 bulan kehamilan atau 270 hari dalam kandungan hingga 2 tahun atau 730 hari setelah lahir. Pada masa ini ada 3 kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk anak, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih ayang/emosi (asih) dan kebutuhan stimulasi (asuh). Nah, pemenuhan asupan makanan dengan gizi optimal adalah salah satu kebutuhan asuh. Begitu pentingnya 100 hari pertama kehidupan anak, maka perlu diupayakan dari semenjak kehamilan, gizi ibu dan janin perlu dioptimalkan. Dalam hal ini ibu hamil cukup mendapat asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak,  dan asupan mikronutrien seperti vitamin dan mineral supaya janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemudian pada periode menyusui, ibu harus paham betul cara pemberian ASI sehingga anak tidak mengalami kurang gizi. Selanjutnya fase MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) dianjurkan agar makanan dibuat sendiri oleh ibu dirumah. Jangan sampai memberikan MP-ASI yang tidak jelas proses pembuatannya. Pastikan anak mendapat gizi yang baik. Snack yang diberikan kepada anak juga perlu diperhatikan waktunya, yaitu sebaiknya 2 kali sehari diantara waktu makan. Pastikan snack mengandung gizi yang baik seperti buah, pudding atau biskuit yang terjamin keamanan dan nilai gizinya.

             Peran bunda dan ayah sangat diperlukan dalam rangka mencegah stunting. Selalu pantau tumbuh kembang anak. Karena dampak negatif stunting nantinya akan sangat mengganggu tumbuh dan kembang anak. Berikut dampak negatif stunting jangka pendek, antara lain : gangguan tumbuh kembang otak yang biasanya anak menjadi mudah lupa, ada gangguan belajar, berkurangnya kemampuan bersosialisasi serta berkurangnya kemampuan memecahkan masalah. Dampak negatif jangka pendek lainnya yaitu IQ rendah dan gangguan sistem imun. Untuk jangka panjangnya, antara lain : perawakan pendek, risiko penyakit diabetes da kanker meningkat, kematian usia muda dan produktifitas menurun.

            Begitu besarnya dampak negatif stunting dikemudian hari bagi generasi penerus, penting bagi kita semua untuk mengupayakan pemenuhan gizi keluarga. Walaupun masa pandemi berdampak pada banyak sektor, kita semua harus bersama-sama bergandengan untuk saling membantu melawan Covid-19, terutama pemenuhan gizi keluarga dalam mencegah stunting. Peran pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan, sehingga angka stunting di Indonesia bias ditekan jumlahnya.

Daftar Pustaka

  1.  Kemkes. 2019. Pencegahan Stunting Pada Anak. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting tanggal 28 Maret 2019
  2. TNP2K. 2019. Upaya TNP2K Dalam Mendukung Pencegahan Stunting di Indonesia. http://www.tnp2k.go.id    Tanggal 24 Juli 2020
  3. Chusna Farisa, Fitria. 2020. Terawan: Angka Stunting di Indonesia Lebih Tinggi dari Ambang Batas WHO. www.kompas.com tanggal 19 November 2020
  4. Kartinah, Eni. 2020. Angka Stunting di Indonesia Masih Lebih Tinggi dari Toleransi WHO. https://mediaindonesia.com tanggal 27 Februari 2020
  5. Pinta Karana, Kinanti. 2020. Indonesia: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam kecuali jika tindakan cepat diambil. https://www.unicef.org tanggal 30 Juni 2020
  6. Humas Litbangkes. 2019. Menggembirakan, Angka Stunting Turun 3,1% dalam Setahun. https://www.litbang.kemkes.go.id tanggal 18 Oktober 2019
  7. Yasmin, Puti. 20210. Hari Gizi dan Makanan 2021, Pentingnya Nutrisi 1.000 Hari Pertama Anak. https://health.detik.com tanggal 8 Januari 2021
  8. DR. dr. Aryono Hendarto, SpA(K), MPH. 2020. Pentingnya Nutrisi 1000 Hari Pertama Anak Mencegah Stunting. www.bunda.com tanggal 8 September 2020

Kurniawati Rejeki, Feby. 2021. Hari Gizi Nasional 25 Januari 2021. www.phradio.net tanggal 13 Januari 2021

“TAK KENAL MAKA TAK KEBAL YUK”CARI TAU VAKSIN COVID 19

Oleh : Susilawati, S.KM

Pandemi Covid 19 yang kita alami pada saat sekarang ini memberikan banyak sekali dampak perubahan pada kebiasaan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Dengan adanya pandemi Covid 19 ini kita jadi belajar bahwa kebersihan dan kedisiplinan adalah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari berbagai penyakit terutama Covid 19 yang sedang kita alami saat ini.

            Berbagai cara sudah dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dari covid 19 yang sudah melanda bumi selama satu tahun lamanya mulai dari Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan dengan Sabun dan air mengalir serta Menghindari kerumunan. Dan sekarang yang terbaru adalah pemberian Vaksin Covid 19 kepada masyarakat secara gratis untuk membentuk kekebalan atau Imunitas ditengah-tengah masyarakat.

Sebelumnya ada baik nya kita pahami terlebih dahulu tentang apa itu Vaksin, Vaksinasi, Imunisasi dan Imunitas.

  • Vaksin adalah produk atau zat yang dimasukkan kedalam tubuh manusia yang akan menstimulasi sistem kekebalan (imun) tubuh manusia atau imunitas.
  • Vaksinasi adalah prosedur untuk memasukkan vaksin ke dalam tubuh, untuk menstimulasi sistem imun tubuh dan akhirnya bisa memproduksi imunitas terhadap suatu penyakit.
  • Imunisasi adalah proses yang membuat tubuh manusia terlindung dari suatu penyakit melalui proses Vaksinasi.
  • Imunitas adalah kemampuan kekebalan tubuh melawan suatu penyakit. Dengan imunisasi akan terbentuk Imunitas, dan akhirnya masyarakat bisa terlindungi dari penyakit menular.

Vaksin Covid 19 bukanlah obat .Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit Covid 19 agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat. Dampak Vaksin Covid 19 terhadap pandemi akan bergantung pada beberapa faktor. Seperti Efektifitas Vaksin, Seberapa cepat Vaksin disetujui untuk digunakan, Proses produksi dan Pengiriman serta berapa banyak target jumlah orang yang akan di Vaksinasi. Pemerintah menargetkan setidaknya 60% penduduk Indonesia akan di Vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok ( herd immunity ).

Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam, pada umumnya ringan dan bersifat sementara dan tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi tubuh. Efek samping ringan seperti demam dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu di monitor. Perlindungan yang akan diberikan Vaksin Covid 19 nantinya, perlu tetap diikuti dengan kepatuhan menjalankan protokol kesehatn 3M : memakai masker dengan benar, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, serta mencuci tangan menggunakan sabun.

Pada tahap awal pemberian Vaksin Covid 19 akan diberikan kerpada orang dewasa sehat usia 18-59 tahun sedangkan untuk anak-anak masih dalam tahap pengembangan dan perencanaan. Meski pada saat darurat dan dibutuhkan dengan cepat, keamanan dan efektivitas vaksin adalah prioritas utama. Pengembangan vaksin tetap harus melalui tahapan pengembangan yang berlaku internasional yang secara umum tediri dari :

  • Tahap praklinik
  • Tahap klinis
  • Penetapan penggunaan Vaksin

“TAK KENAL MAKA TAK KEBAL” Vaksin melatih tubuh untuk kenal, lawan, dan kebal penyebab penyakit seperti virus, atau bakteri. ‘Yuk..mulai sekarang jangan takut lagi untuk di vaksin Covid 19 karena vaksin menyelamatkan jiwa, melindungi diri, keluarga dan masyarakat dari penyakit Covid 19. Dengan kamu mau menerima untuk di Vaksin Covid 19 berarti kamu sudah melindungi diri, dan melindungi negri dari penyakit Covid 19.

Daftar Pustaka

  1. Buku Saku #Infovaksin. Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
  2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia.  Buku ajar Imunisasi. 2014
  3. WHO & UNICEF . Tanya jawab / FAQ imunisasi dalam konteks Pandemi Covid 19. 16 April 2020
  4. WHO. Tanya jawab / FAQ Coronavirus desease (Covid 19) : Vaccines. 28 Oktober 2020
  5. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid 19. 2020
  6. Situs covid19.co.id dan akun media sosial resmi @lawancovid19_id

Bahaya Narkoba Terhadap Psikologi

Penyalahgunaan NAPZA masih sangat membahayakan di negara kita. Tidak hanya melibatkan orang dewasa, namun juga terjadi di kalangan remaja.
Sehingga kita perlu untuk bersama-sama mencegah penyalahgunaan NAPZA di mulai dari diri sendiri dan orang di sekitar kita. Yuk download Leaflet nya!!

Download Leaflet

Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2020 “Solidaritas Global, Tanggungjawab Bersama”

Oleh: Nur Handayani, SKM

Kasus HIV AIDS di dunia dari tahun ke tahun meningkat. Data WHO tahun 2017 menyatakan bahwa hingga akhir tahun 2017 terdapat 36,9 juta orang hidup dengan HIV, dengan 1,8 juta infeksi baru di tahun yang sama. Berdasarkan Laporan Perkembangan HIV AIDS dan Infeksi Seksual Menular Tahun 2017 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kumulatif infeksi HIV sampai dengan Desember 2017 di Indonesia adalah sebanyak 280.263 kasus, dengan jumlah kumulatif AIDS sebanyak 102.667 kasus terhitung dari tahun 1987 hingga Desember 2017.  Sejak pertama kali dilaporkan di Indonesia tahun 1987 sampai bulan Maret tahun 2019, kasus HIV AIDS yang telah dilaporkan adalah 461 (89,7%) dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa kasus HIV AIDS cenderung meluas keberadaannya di Indonesia.

            Data terakhir, sampai Maret 2019, jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan adalah sebanyak 338.363, yaitu 58,7% dari estimasi ODHA tahun 2016 sebanyak 640.443. Saat ini ada 5 provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (60.501 kasus) diikuti Jawa Timur (50.060 kasus), Jawa Barat (35.529 kasus), Papua (33.485 kasus) dan Jawa Tengah (29,048 kasus). Jumlah AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan bulan Maret tahun 2019 sebanyak 115.601 orang. Sementara itu, saat ini ada 5 propinsi dengan jumlah AIDS terbanyak yaitu Papua (22.544 orang), Jawa Timur (20.113 orang), Jawa Tengah (10.548 orang), DKI Jakarta (10.116 orang) dan Bali (8.147 orang).

            Bila menilik kasus HIVAIDS, setiap orang dapat terinfeksi. Beberapa kelompok orang dengan risiko penularan tinggi antara lain komunitas Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender (LGBT), pekerja seksual, pengguna jarum suntik bersama dan penghuni lapas. Remaja bisa menjadi salah satu kelompok rentan terinfeksi HIV, risiko menjadi besar bila ternyata remaja tersebut kurang pengetahuan tentang HIV AIDS. Masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) menjadi salah satu sebab terhalangnya edukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi  HIV melalui Konseling dan tes Sukarela (KTS). Sehingga akibatnya di masyarakat kasus HIV AIDS masih tinggi dan kurangnya akses terhadap Antiretroviral Therapy (ART). Menurut data WHO dalam program “Ends by 2030” dari 25,9 juta orang dengan HIV AIDS tidak mengakses pengobatan ART.

            Berkaitan dengan HIV AIDS, setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Tema Hari AIDS Sedunia untuk tahun ini adalah “Solidaritas global, tanggungjawab bersama (Global solidarity, shared responsibility)”, tema nasional “Perkuat kolaborasi, Tingkatkan Solidaritas”. Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pegawai informasi publik untuk Global Programme on AIDS di World Health Organization (WHO) di Jenewa, Swiss. Bunn dan Netter mengajukan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Director of the Global Programme on AIDS (sekarang dikenal dengan nama UNAIDS). Mann menyukai konsep tersebut dan menyetujui rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia jatuh pada 1 Desember 1988. Tanggal 1 Desember direkomendasikan oleh Bunn karena dianggap akan mengoptimalkan liputan tentang Hari AIDS Sedunia oleh media Barat, karena jaraknya cukup lama dari Pemilu AS yang biasanya jatuh pada bulan November, tetapi sebelum memasuki libur Natal.

            Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi Negara-negara didunia termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 menjadikan keprihatinan kita semua. Pandemi juga mengakibatkan krisis kesehatan yang berdampak pula krisis pada sektor lain. Di masa pandemi ini yang masuk dalam kelompok rentan salah satunya adalah orang dengan HIV AIDS. Pandemi yang berkepanjangan ini mengakibatkan orang dengan HIV AIDS sulit dalam mengakses perawatan kesehatan, terlebih kemudian terjadi krisis sosial ekonomi yang sangat berdampak pada masyarakat tingkat sosial menengah ke bawah.

            Sama halnya seperti pandemi Covid-19, Mengakhiri HIV AIDS juga hampir sama dengan langkah penanganannya. Yang menjadi kunci adalah kita semua. Kasus penularan COVID-19 tidak akan dapat ditekan bilamana pemerintah telah membuat kebijakan tentang pencegahan penularan, tapi masyarakat tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan. Begitu juga kasus HIV AIDS. HIV AIDS merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemangku kepentingan, komunitas, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri harus bergerak bersama-sama memutus rantai penularan HIV AIDS dan saling bersinergi tolong menolong dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS.     

            Dalam momen hari AIDS sedunia diharapkan muncul kesadaran bagi masyarakat untuk lebih peduli tentang kesehatan terutama tentang pencegahan HIV AIDS. Masyarakat yang beresiko tinggi mau sukarela untuk melakukan tes HIV untuk mengetahui status sejak dini, sehingga dapat menekan jumah virus dalam tubuhnya dan dapat segera melakukan pengobatan ARV. Dari sisi pemerintah sendiri juga telah berkomitmen melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS. Pemerintah  juga diharapkan berupaya melakukan peningkatan dan perluasan akses masyarakat pada pelayanan diagnosa dan pengobatan HIV/AIDS yang komprehensif dan bermutu. Perlu kita ketahui pula, pemahaman terhadap informasi tentang HIV AIDS juga dapat membantu kita dalam pencegahan HIVAIDS. Kita terutama remaja sebagai generasi yang cerdas harus memperbanyak pengetahuan tentang HIV AIDS yang benar dan perlu membekali diri dengan pendidikan agama sejak dini. Sesuai dengan tema Hari AIDS Sedunia tahun ini, momen Hari AIDS Sedunia menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk bergerak bersama-sama membentuk kolaborasi bersama dan mengemban tanggungjawab bersama antara pemerintah dan semua elemen masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIVAIDS. Sehingga kasus HIV AIDS dapat ditekan dan dapat memutus rantai penularan untuk mencapai Ending AIDS tahun 2030. Yuk, tetap menjalankan protokol kesehatan dan tetap menjalankan pola hidup sehat. Sehat itu plilihan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Happy Hawra, dkk. Hari AIDS Sedunia, KPA Banten Perkuat Kolaborasi dan Solidaritas. https://www.biem.co tanggal 22 November 2020
  2. Adminkominfo. Saya Berani Saya Sehat, Talkshow Peringatan Hari AIDS Sedunia. https://kominfo.kulonprogokab.go.id tanggal 11 Desember 2017
  3. WHO Rilis Tema Hari Aids Sedunia 2020, Akhiri Wabah HIV
  4. Agus Tri Harsanto, dkk. WHO Rilis Tema Hari Aids Sedunia 2020, Akhiri Wabah HIV. https://batam.tribunnews.com tanggal 1 Desember 2019
  5. Lee Yan. Tema Hari AIDS Sedunia 2020. Solidaritas Global, Tanggung Jawab Bersama. https://www.kompasiana.com tanggal 18 November 2020.
  6. Diperingati Setiap 1 Desember, Ini Sejarah Hari AIDS Sedunia
  7. Anggraini, Ariska Puspita. Diperingati Setiap 1 Desember, Ini Sejarah Hari AIDS Sedunia. https://www.kompas.com tanggal 30 November 2019
  8. Putri. Data Juni 2019, Penderita HIV/AIDS di Indonesia Sebanyak 349.883. http://infopublik.id tanggal 3 Desember 2019
  9. What is World AIDS Day? 2020. https://www.unaids.org
  10. World AIDS Day. https://www.who.int
  11. Iman. Kemenkes: Kasus HIV/AIDS di Indonesia Alami Kenaikan Tiap Tahun. https://rri.co.id tanggal 30 November 2019