Tikus pun cerdas, mampu mendeteksi TB Paru Manusia
Tahukah anda atau masih ingatkah anda serial kartun buatan produser film amerika yang berjudul Tom and Jerry? Film serial kartun animasi ini memaparkan cerita kehidupan sosok kucing (tom) dan tikus (jerry) yang selalu bertengkar setiap hari perjumpaan mereka. Uniknya, dalam pertengkaran tersebut, jerry yang merupakan sosok tikus selalu tampil sebagai pemenang.
Kemenangan yang digambarkan itu dikarenakan kecerdasan, insting dan kelincahan tikus. Jerry sang tikus digambarkan cerdas, banyak akal, pintar mencari peluang, dan gesit, sehingga mampu menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh tom sang kucing.
Apa yang digambarkan pada sosok jerry tikus di animasi ini ternyata nampak juga dalam dunia nyata di dunia kesehatan. Mengapa? Karena tikus menyebabkan penyakit pes dan lain-lainnya bagi manusia. Hmm, itu betul juga, tetapi itu tidak tepat untuk disamakan dengan animasi tom and jerry tadi. Kejadian yang lebih tepat adalah, tikus dengan insting dan kecerdasanya mampu mendeteksi TB dan penderita TB. Anda terkejut? Tidak percaya? Tapi inilah yang terjadi. Hasil penelitian menarik ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di Western Michigan University Amerika.
Penelitian di amerika itu menyatakan, bahwa tikus gambia mampu dilatih untuk mendeteksi keberadaan Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TB paru, pada dahak manusia. Dalam riset tersebut, tikus dihadapkan untuk mengendus pada 2 jenis dahak, yaitu dahak dengan kandungan bakteri TB dan dahak normal. Hasilnya, tikus mampu mendeteksi keberadaan bakteri TB dengan akurasi mencapai 86,6%. Angka yang mencengangkan, karena metode tes yang selama ini digunakan, yaitu analisis menggunakan sampel dahak yang telah dicampur senyawa tertentu, hanya menghasilkan akurasi 60 samapi 80% saja.
WHO sebenarnya telah mencetuskan metode baru pendeteksian TB yang lebih akurat dalam waktu 2 jam saja, namun dengan baiay 17.000 dolar AS, alias 150 juta rupiah. Tentu saja merupaka angka wow jika diterapkan di Indonesia. Bandingkan dengan harga tikus, bahkan tak sampai 5000 rupiah per ekor.
Kini di afrika, metode pelacakan TB dengan tikus ini banyak digunakan di beberapa Negara. Maklum, negara-negara di Afrika masih banyak yang bermasalah dengan TB dan AIDS. Awalnya, Tanzania adalah salah satu negara di Afrika yang berhasil menggunakan jasa para tikus untuk memburu keberadaan TB pada pasien. Tikus-tikus itu telah menyelamatkan ribuan nyawa manusia di Tanzania, Afrika Bagian Timur. Mozambik kemudian tertarik untuk mengikuti jejak negara tetangganya dan mengirim beberapa orang untuk belajar melatih hewan pengerat ini.
Tikus Gambia berbeda dari tikus biasa karena beratnya bisa mencapai 4-7 kg. Sejenis tikus raksasa dan berkantung besar di daratan Afrika. Siapapun bisa menangkap dan memeliharanya karena binatang ini hidup liar dan tersebar di beberapa wilayah Afrika Sub-Sahara. Spesies ini memang terkenal memiliki indera penciuman yang luar biasa.
http://health.kompas.com/read/2011/01/07/13581356/Tikus.Bisa.Deteksi.TB.dengan.Akurat
http://omalfii.blogspot.com/2012/10/tikus-tikus-raksasa-di-afrika-dilatih.html
Write a Comment