Category: <span>berita</span>

Pentingnya Cegah Stunting Demi Masa Depan Anak Bangsa

Pentingnya Cegah Stunting Demi Masa Depan Anak Bangsa

Oleh : Nur Handayani, SKM

PKRS – RS Paru Respira Yogyakarta

                Belakangan ini Kementrian Kesehatan gencar berkampanye tentang stunting dengan slogannya “Cegah Stunting, Ini Penting”. Kata stunting itu sendiri bagi orang awam terkesan asing. Mungkin bagi kita pun juga demikian. Sebenarnya apa sih stunting itu? Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dimulai dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Stunting merupakan kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai Z score nya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.

 

             Terjadinya stunting seringkali tidak disadari oleh orang tua, setelah anak berusia dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek. Stunting terjadi karena adanya masalah gizi kronis yang akibat asupan gizi yang kurang dan terjadi cukup lama. Terkadang orang tua kurang menyadari hal tersebut, mereka menganggap anak mereka sudah cukup makan tanpa memperhatikan kandungan gizi asupan yang diberikan ke anak. Diperkirakan ada 162 juta balita pendek pada tahun 2012. Jika tren berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun 2025. Dalam skala dunia, anak stunting terbanyak di Asia (56%) dan Afrika ( 36%). Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riskesdas 2013 terdapat 37,2% anak stunting. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka 35,6%, maka tidak ada penurunan untuk angka stunting. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan presentase terendah untuk anak stunting, selain provinsi Kepulauan Riau (26,3%) dan DKI Jakarta (27,5%).

            Kemudian pada tahun 2015 diadakan Pemantauan Status Gizi (PSG) oleh kementrian Kesehatan dimana hasil data yang diperoleh 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek, dimana provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level tertinggi untuk kasus balita pendek/stunting.

            Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak. Dalam situs Adoption Nutrition penyebab stunting ada 5 yaitu :

  1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
  2. Retardasi pertumbuhan intrauterine
  3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
  4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stress
  5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak

Menurut UNICEF, penyebab terjadinya stunting ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi asupan makanan dan keadaan kesehatan. Sedangkan penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola pengasuhan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, ekonomi dan organisasi melalui faktor pendidikan. Penyebab paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah masalah politik, ideologi, dan sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya yang ada.

            Sedangkan menurut Tuft dalam The World Bank stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir dan keadaan kesehatan; faktor rumah tangga yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan dan pelayanan; serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur sosial ekonomi, layanan pendidikan dan layanan kesehatan.

            Mungkin kita bertanya seberapa penting mecegah stunting, sehingga menyebabkan Kementrian Kesehatan merasa perlu berkampanye tentang pencegahan stunting. Masalah stunting dalam suatu negara ternyata kompleks. Stunting bisa menjadi gambaran indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dampaknya sangat luas sebut saja dampak terhadap ekonomi, kecerdasan, kualitas dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak. Menilik dari kondisinya, stunting merupakan gangguan pertumbuhan. Anak yang lebih pendek dari temn-teman seusianya, pertanda ada masalah pada pertumbuhannya. Anak stunting yang dialami anak dibawah usia dua tahun, harus segera ditangani segera dan tepat. Karena bila penanganan terlambat dan tidak tepat, stunting menjadi sulit dikembalikan ke semula atau normal.     

            Kejadian anak stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi pada ibu hamil. Ibu hamil disini sebenarnya tidak terlepas dari riwayat kehidupan sebelumnya saat menjadi remaja putri. Status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu. Pada saat janin dalam kandungan hingga usia dua tahun, terjadi pembentukan sel otak hingga 70%. Jika anak mengalami gangguan pertumbuhan, pembentukan sel otak menjadi terganggu. Akibatnya bisa berpengaruh terhadap penurunan intelegensia (IQ). Tidak berhenti disitu, stunting juga menyebabkan tumbuh kembang anak terhambat, penurunan fungsi kognitif anak, penurunan fungsi kekebalan tubuh bahkan saat dewasa mempunyai resiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi dan obesitas. Stunting berdampak tidak saja pada kondisi fisik yang pendek dimana secara estetika kurang menarik, tetapi juga pada kecerdasan, produktifitas dan prestasinya saat kelak dewasa. Inilah yang menjadikan dampak yang bahaya dan kompleks bagi masa depan anak bangsa.   

            Kementrian Kesehatan dalam fungsinya berupaya menekan angka stunting di Indonesia dengan upaya langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70%nya merupakan kontribusi  intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial dan sebagainya. Upaya intervensi gisi spesifik untuk anak stunting difokuskan pada kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu 270 hari selama dalam kandungan/kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan. Saat inilah yang dinamakan “Periode Emas” dimana pada masa ini lah yang menentukan kualitas kehidupan anak.  

Upaya intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif tersebut meliputi :

  1. Pada ibu hamil
  • Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil, bila ibu hamil dalam keadaan kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut
  • Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
  • Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
  1. Pada saat bayi lahir
  • Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
  • Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
  1. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
  • Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
  • Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap
  1. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
  2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.

            Melihat dampak dari stunting yang begitu kompleks mengancam masa depan anak bangsa, maka tugas untuk “Cegah Stunting” tdak saja pemerintah tetapi juga kita. Kita yang mempunyai remaja putri hendaklah lebih peduli terhadap asupan makanan sehari-hari. Kelak remaja putri kita lah yang mencetak generasi anak bangsa. Anak usia 10 tahun dimana sudah tidak mampu “dipaksa” untuk makan makanan sehat dan bergizi dan telah mengenal “uang saku” cenderung kurang bijaksana dalam memilih makanan. Perlu disini peran orang tua mengontrol asupan makanan anak. Bagi yang tengah hamil, yuk ibu pantau kesehatan ibu hamil. Ibu hamil cenderung merasa bebas makan apapun dan tanpa kontrol dengan alasan makanan adalah untuk dua orang. Padahal ibu hamil tetap harus menjaga asupan nya. Makan makanan bergizi, mengkonsumsi tablet tambah darah dan tetap berolahraga sesuai dengan kondisinya. Ibu hamil yang asupan gizinya baik diharapkan akan menghasilkan anak bangsa yang cerdas dan sehat. Pemberian ASI adalah salah satu upaya memutus rantai stunting. ASI merupakan asupan yang berisi kandungan gizi yang lengkap. Pemberian ASI adalah hak ibu dan bayi, perlu dukungan suami, keluarga, masyarakat, fasilitas kesehatan, lingkungan kerja bahkan hingga pemerintah.

            Gizi seimbang saat ini kurang pas bila berpatok pada 4 sehat 5 sempurna, karena seringkali kita salah memahami konsepnya. Pemahaman yang keliru yang menyebabkan tidak proporsionalnya asupan makanan, yaitu terlalu banyak gula dan karbohidrat, terlalu sedikit makanan berserat. Bukan itu saja, masih banyak dari kita yang mengabaikan pentingnya keseimbangan air dan olahraga. Pada sehari-hari seharusnya ada sekitar 50% piring kita berisi sayur dan buah, tapi di masyarakat itu belum menjadi kebiasaan. Ubah pola menu makan kita. Selain itu juga perlu didukung oleh sanitasi lingkungan, sanitasi air dan kebersihan. Tingkatkan pengetahuan dan wawasan keluarga tentang gizi. Percuma saja bila anak kita cuci tangan sebelum makan tetapi si ibu lupa tidak menutup makanan yang disediakan. Percuma bila dirumah dijaga kebersihannya tapi ternyata si anak membeli makanan diwarung dimana kandungan garam atau zat pewarnanya tinggi. Yuk, kita bersama-sama harus mulai sekarang peduli akan gizi tidak hanya pada keluarga kita saja, tetapi dengan sesama. Kita bersama cegah stunting demi masa depan anak bangsa “CEGAH STUNTING, INI PENTING”.

 

    

DAFTAR PUSTAKA

  1. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
  2. Arundhana, Andi Imam. 2012. Stunting. https://catatanseorangahligizi.wordpress/com
  3. Kumala Dewi, Bestari. 2017. Mengenal “Stunting” dan Efeknya Pada Pertumbuhan Anak. https://health.kompas.com tanggal 8 Februari 2017
  4. 2015. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Stunting. https://penyebabdaristuntin.blogspot.co.id tanggal 25 September 2015
  5. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting. https://www. Indonesian-publichealth.com tanggal 25 April 2015
  6. Mita Etika, Nimas, dkk. Mengenal Stunting, Kondisi Tubuh Anak Pendek Yang Ternyata Berbahaya. https://hellosehat.com
  7. MCA Indonesia. 2015. Kenali Stunting dan Dampaknya Terhadap anak. https://dinkes.inhukab.go.id
  8. MCA Indonesia. Stunting dan Masa Depan Indonesia. mca-indonesia.go.id
  9. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Status Gizi Anak Balita. Jakarta ; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. depkes.go.id
  10. World Health Organization. World Health Statistics 2012. apps.who.int

 

 

           

 

 

 

 

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA PADA ANAK

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA PADA ANAK
Oleh : dr. Nungki Dian Pratiwi

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA PADA ANAK

      Anak kecil kok mendengkur? pertanyaan itu mungkin pernah  terlintas dalam benak Anda. Apakah Anda harus segera memeriksakan anak tersebut ke dokter?  Atau mendengkur adalah hal yang wajar untuk anak- anak? Mari kita simak penjelasan berikut.

Mendengkur dapat menjadi petunjuk adanya masalah kesehatan yang berhubungan dengan struktur fisiologi anatomi saluran pernapasan atas. Pada anak-anak, mendengkur dapat menjadi gejala adanya masalah pada tonsil dan adenoid.3 Mendengkur adalah bunyi yang keluar karena adanya gangguan obstruksi atau penyempitan pada saluran udara yang melewati hidung dan faring yang dapat bersifat menetap atau hanya sementara. Bunyi ini timbul saat menarik nafas7

       Salah satu penyakit yang memiliki gejala mendengkur adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA). Pada orang yang menderita OSA, pernapasan dapat terhenti sesaat  (apnea) sehingga asupan oksigen pada jantung dan otak dapat berkurang. Istilah Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) dipakai pada sindrom obstruksi total atau sebagian, pada jalan nafas yang menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna dengan dampak klinis yang bervariasi. Sedangkan istilah mendengkur primer (primary snoring) digunakan untuk menggambarkan anak dengan kebiasaan mendengkur yang tidak berkaitan dengan obstruktif apnea, penurunan kadar oksigen (hipoksia) atau penurunan proses pertukaran udara (hipoventilai).1 Terdapat tiga tanda penting OSA yaitu adanya kejadian mendengkur ≥3 kali per minggu (habitual snoring) peningkatan usaha bernapas, dan terganggunya tidur.2 Jika frekunesi mendengkur < 3 kali per minggu disebut occasional snoring.

      Di Indonesia, kejadian mendengkur pada 31,6% pada anak usia 5-13 tahun berupa habitual snoring sebesar 5,2% dan occasional snoring  sebesar 26,4%.5 Pada anak-anak diperkirakan  penyebab utamanya adalah pertumbuhan berlebih (hipertrofi) tonsil dan adenoid, serta kelainan struktur pada Pierre Robin dan Down Syndrome4. Anak dengan kelainan tulang kepala–wajah atau anomali kraniofasial mengalami penyempitan struktur saluran nafas yang nyata sehingga akan mengalami sumbatan saluran nafas meskipun tanpa disertai hipertrofi adenoid.1 Angka kejadian OSA pada anak perlu dicermati seiring dengan meningkatnya faktor risiko seperti obesitas.2

Orangtua perlu mewaspadai bila anak sering mendengkur saat sedang tidak mengalami batuk pilek atau radang tenggorokan, apalagi jika sudah disertai gejala-gejala OSA. Perlu kita amati apakah anak tidur dengan mulut terbuka, mendengkurnya menghilang dengan perubahan posisi tidur, apakah disertai dengan henti napas sesaat, apakah anak sampai terbangun dari tidur gelagapan (arousal), anak jadi sering mengompol (enuresis), dan apakah terjadi perubahan perilaku misal penurunan prestasi belajar atau kenakalan yang dilakukan anak.

       Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda seperti terlihatnya pernafasan melalui mulut, adenoidal facies, midfacial hypoplasia, mikrognasi/retrognasi atau kelainan kraniofasial lainnya, obesitas, gagal tumbuh, stigmata alergi misalnya lingkaran gelap di sekitar mata (alergic shiners) atau lipatan horizontal hidung (nasal crease). , septum deviasi atau polip hidung untuk menilai patensi saluran hidung, ukuran lidah, integritas palatum, daerah orofarings, redundant mukosa palatum, ukuran tonsil, dan ukuran uvula, mungkin ditemukan pectus excavatum. Auskultasi paru-paru biasanya normal. Pemeriksaan jantung dapat memperlihatkan tanda-tanda hipertensi pulmonal misalnya peningkatan komponen pulmonal bunyi jantung II, pulsasi ventrikel kanan. Pemeriksaan neorologis juga dilakukan untuk mengevaluasi tonus otot dan status perkembangan1

Anamnesis gejala dan riwayat klinis sering tidak mampu menilai derajat OSA sehingga dibutuhkan pemeriksaan lanjutan berupa poli somnografi.2 Polisomnografi merupakan pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis OSAS. Tetapi polisomnografi memerlukan waktu,biaya yang mahal, dan ketersediaan alat masih terbatas, maka diperlukan suatu metode lain sebagai uji tapis (screening). Uji tapis yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Observasi tidur juga bisa dilakukan secara langsung maupun dengan rekaman video saat tidur. Pemeriksaan radiologis bisa dilakukan untuk mengetahui kelaian anatomis dan pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk menilai tanda hipoksia kronis1

 

Setelah diagnosis OSA ditegakkan, maka untuk tatalaksananya bisa dipilih terapi yang disesuaikan dengan kondisi terkait yang mendasari terjadinya OSA.

:1. Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi

  1. Continuous positive airway pressure (CPAP). Indikasi pemberian CPAP adalah apabila setelah dilakukan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi pasien masih mempunyai gejala OSA atau sambil menunggu tindakan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi.
  2. Penurunan berat badan.

Pada pasien obesitas, penurunan berat badan dapat menyebabkan perbaikan gejala OSA yang nyata. tapi perlu diingat bahwa penurunan berat badan pada anak tidak boleh dilakukan secara drastis.Cara ideal adalah menurunkan berat badan secara perlahan dan konsisten

  1. Obat obatan

dekongestan nasal atau steroid inhaler digunakan untuk mengurangi obstruksi hidung yang mungkin menyebaban OSA. Obat-obat penenang dan obat yang mengandung alkohol harus dihindarkan karena dapat memperberat gejala OSA.

  1. Trakeostomi

Trakeostomi merupakan tindakan sementara pada anak dengan OSAS yang berat yang mengancam hidup.

Jika tidak ditangani dengan baik ada beberapa komplikasi yang  mungkin terjadi akibat OSA ini. Komplikasi ini terjadi akibat adanya proses hipoksia kronis nokturnal, asidosis, dan sleep fragmentation.

  1. Komplikasi neurobehavioral

OSA dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kognitif, munculnya sikap hiperaktif dan gangguan perhatian. Anak sering mengalami rasa mengantuk pada siang hari yang berlebihan

  1. Gagal tumbuh

Penyebab gagal tumbuh pada anak dengan OSA adalah anoreksia, disfagia, sekunder akibat hipertrofi adenoid dan tonsil, peningkatan upaya untuk bernafas, dan hipoksia1. Selain itu bisa di dasari oleh penurunan kadar insulin-like growth factor I dan hormon pertumbuhan.2

  1. Komplikasi kardiovaskular

Hipoksia nokturnal berulang, hiperkapnia dan asidosis respiratorik dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi pulmonal yang merupakan penyebab kematian pasien OSA. Keadaan di atas dapat berkembang menjadi kor pulmonal.

  1. Enuresis (mengompol)

Penyebabnya mungkin akibat kelainan dalam regulasi hormon yang mempengaruhi cairan tubuh.

  1. Penyakit respiratorik

Pasien dengan OSA lebih mungkin mengaspirasi sekret dari respiratorik atas yang dapat menyebabkan kelainan respiratorik bawah dan memungkinkan terjadinya infeksi respiratorik misal pneumonia.

  1. Gagal nafas dan kematian

Laporan kasus telah melaporkan adanya gagal nafas pada pasien dengan OSAS yang berat atau akibat komplikasi perioperatif.6

 

        Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui bagaimanakah pola mendengkur pada anak yang harus diwaspadai. Jangan lupa amati tanda-tanda yang merupakan faktor risiko yang mendasari penyakit Obstruktif Sleep apnea ini. Jika kita peka mengamati tanda dan gejala tersebut pada anak, segera bawa ke dokter untuk penatalaksanaan lebih lanjut sehingga anak mendapatkan terapi yang tepat.

Referensi

  1. Bambang supriyatno,Rusmala deviani. Obstuctive sleep apnea syndrome pada anak

       Sari pediatri vol 7 no 2, September 2005 77:84

  1. Damar Prasetya AP. Sindrom OSA pada Anak. CDK-237/ vol. 43 no. 2, th. 2016
  2. Geogalos C. Arch Otorhinolaryngology 2011; 268 (9): 1365-73
  3. Yang C, Woodson T. Upper airway physiology and obstructive sleepdisordered breathing. Otolaryngology Clin N Am 2003; 36 : 409 -21
  4. Kaswandani N. Obstructive sleep apnea syndrome pada anak. Maj Kedokt Indon. 2010; 60(7): 295-6.
  5. Schechter MS, Technical report: Diagnosis and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome. Pediatrics 2002; 109:1-20.
  6. Marbun, Erna M. Mendengkur.ejournal.ukrida.ac.id. Diakses tanggal 9-3-2018

 

 

 

Bersahabat dengan TB “RESPIRA Live On Jogja TV”

 

 Setiap tahun pada tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day/ Hari TB Sedunia. Hal ini dilakukan ntuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh TB dan untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri epidemi global TB.

Untuk tahun 2018, Tema Hari TB Dunia adalah “Wanted: Leaders for a TB-free world” (WHO)

Sedangkan untuk tema nasional kita adalah Peduli TBC, Indonesia Sehat (Kemenkes RI)

Apa itu TB?

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.  TB bisa sembuh jika diobati dengan pengobatan tuntas, namun  penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir.

Tren Dekade Terakhir di Dunia dan Indonesia

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Pada tahun 2016, 10,4 juta orang jatuh sakit  TB, dan 1,7 juta meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,4 juta di antaranya adalah orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

 

Tujuh negara yang menyumbang  64% dari total orang dengan penyakit TB adalah India pada urutan pertama,  diikuti oleh Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.

 

Pada tahun 2016, diperkirakan 1 juta anak-anak sakit TB dan 250.000 anak-anak meninggal karena TB (termasuk anak-anak dengan TB HIV). TB adalah pembunuh utama orang dengan HIV-positif. Pada tahun 2016, 40% kematian akibat HIV disebabkan oleh TB.

 

TB resisten obat (TB-MDR) tetap merupakan krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO memperkirakan ada 600.000 kasus baru dengan ketahanan terhadap rifampisin (resisten terhadap rimfampisin) – obat lini pertama yang paling efektif, dimana 490.000 merupakan kasus  TB-MDR. Secara global, kejadian TB turun sekitar 2% per tahun. Pencapaian ini perlu ditingkatkan agar terjadi penurunan tahunan 4-5% sesuai target strategi TB pada tahun 2020 ( milestones the end strategy 2020) .

 

Diperkirakan 53 juta nyawa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB antara tahun 2000 dan 2016. Mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 merupakan salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

(Sumber :WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)

(Sumber: WHO The End TB Strategy)

Situasi TB Indonesia

Terkait TB, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TB di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.Di Indonesia total kasus TB (semua bentuk) yang ditemukan dan terlaporkan pada tahun 2016 adalah 360.565 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki lebih banyak dibanding pada perempuan. Tingkat keberhasilan pengobatan pada kasus baru dan kekambuhan adalah 85 persen untuk pasien yang terdaftar pada tahun 2015.

Pasien TB MDR yang memulai pengobatan adalah 1879 dan pasien TB-XDR yang memulai pengobatan adalah 52.

(Sumber: WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)

Gajala TB

Gejala Utama

  • Batuk Berdarah selama dua minggu atau lebih

Gejala Tambahan

  • Dahak bercampur darah, batuk darah
  • Sesak nafas dan nyeri dada
  • Nafsu makan menurun, berat badan menurun
  • Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang berkepanjangan

 

Patogenesis dan Penularan

  1. Kuman penyebab TB

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Myobacterium tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang dan otak.

Bakteri ini berbentuk batang dan tahan terhadap asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Didalam tubuh, kuman ini dapat tidur selama beberapa tahun.

Terdapat beberapa spesies Mycobacterium , oleh karena itu pemeriksaan bakteriologis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.

   2.Cara Penularan TB

  • TB menyebar lewat udara (airbone disease), ditularkan melalui batuk, bersin dan berbicara dengan penderita TB aktif.
  • Proses penularan terjadi ketika seseorang yang memiliki penyakit tuberkulosis aktif batuk atau bersin mengeluarkan droplet nuclei, hingga menyebarkan kuman ke udara. Kuman tersebut terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan mengakibatkan orang tersebut terinfeksi kuman TB.
  • Kuman-kuman TB akan menetap di dalam tubuh tanpa membuat sakit. Hal itu dinamakan infeksi TB. Sistem kekebalan tubuh kita menjebak kuman-kuman tersebut sehingga kita tetap sehat. Dan ketika kekebalan tubuh kita menurun (gizi kurang, HIV/AIDS, DM, pengobatan jangka panjang) atau tidak dapat melawan, kuman-kuman tersebut mengalami reaktivasi menyerang paru atau organ tubuh yang lain. Hal ini dinamakan penyakit TB.

 

Siapa yang beresiko tinggi terkena TB?

Semua orang beresiko terkena TB baik anak-anak, orang tua, laki-laki maupun perempuan tetapi kelompok beresiko tinggi tertular TB, yaitu:

  • Orang-orang yang kontak fisik secara dekat dengan penderita TB BTA positif (+)
  • Pengguna psikotropika
  • Orang-orang dengan sosial ekonomi rendah dan memiliki akses rendah terhadap fasilitas kesehatan
  • Pengidap HIV
  • Orang-orang yang berada di negara yang endemis TB
  • Orang-orang yang sedang sakit dan daya tahan tubuhnya turun.
  • Orang-orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk.
  • Kurang gizi, tunawisma
  • Pekerja: misalnya pertambangan, petugas laboratorium.

 

Diagnosis TB

  1. Pemeriksaan dahak

Pasien yang dicurigai menderita penyakit TB akan dianjurkan untuk memeriksakan dahaknya, yaitu:

  1. Dahak pertama: yaitu dahak pada saat orang tersebut datang periksa ke dokter pertama kali
  2. Dahak kedua: yaitu dahak keesokan harinya pada saat bangun tidur
  3. Dahak ketiga: yaitu dahak pada saat orang tersebut datang lagi ke dokter.

Apabila dalam dahak ditemukan kuman Mycobacterium tuberculosis, maka orang tersebut positif menderita TB dan harus melakukan pengobatan rutin.

            Cara mengeluarkan dahak dengan latihan batuk efektif:

  1. Tarik napas perlahan lewat hidung dengan pernafasan perut
  2. Tahan napas beberapa saat
  3. Dibatukkan lewat mulut sebanyak 2 x.

 

  1. Uji Tuberkulin (Mantoux test)
    • Bagaimana mencegah terjadinya TB MDR
    • Kuncinya dengan mendiagnosis secara dini setiap terduga TB resisten obat dan dilanjutkan dengan pengobatan OAT lini kedua sesuai standar. Pengobatan harus dipantau kepatuhan dan ketuntasannya agar dilaporkan kedalam system surveilans.
    • Pengobatan TB dengan tatalaksana yang tidak standar baik dalam hal panduan, lama dan cara pemberian pengobatan dapat menjadi faktor pencetus untuk meningkatnya jumlah kasus TB MDR.
    • Untuk mencegah penularan kuman TB MDR, pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat harus dilakukan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien TB MDR.Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang atau pernah terinfeksi kuman TB. Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantoux (penyuntikan intracutan).
      1. Rontgen

      Rontgen dada dapat digunakan sebagai penunjang dalam mendiagnosa penyakit TB.   

       

      Pengobatan TB

      Walaupun TB mudah menular dan dapat menyebabkan kematian namun penyakit TB dapat disembuhkan dengan cara:

      1. Minum Obat Anti Tuberkulosis teratur sesuai petunjuk
      2. Jangan berhenti minum obat sebelum dokter menyatakan sembuh

      Bila pasien TB berobat sampai sembuh berarti telah memutus rantai penularan.

      Bagaimana bila penderita TB tidak teratur minum obat?

      1. Penyakit tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih berat penyakitnya
      2. Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain
      3. Penyakit menjadi makin sulit diobati dan makin lama karena kemungkinan kuman TB menjadi kebal.
      4. Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang lain.
      5. Kemungkinan terjadi MDR lebih tinggi.

      Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap:

      1. Tahap Intensif

            Pada tahap ini, pasien TB akan minum obat setiap hari. Bila pengobatan pada tahap ini berhasil, pasien yang pada awalnya menularkan TB kepada orang lain maka sudah tidak menular lagi. Walaupun sudah tidak menular dan badan sudah terasa segar dan sehat tetapi pengobatan tidak boleh berhenti dan dilanjutkan dengan tahap lanjutan.

      1. Tahap lanjutan

            Pada tahap lanjutan pasien TB dewasa akan minum tiap hari atau obat 3x seminggu. Tahap ini untuk membunuh kuman yang tidur (dormant/persisten) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

       

      Cara minum obat yang benar

      1. Obat ditelan dengan minum air putih.
      2. Jangan minum obat dengan menggunakan teh, susu, pisang atau buah-buahan lainnya.
      3. Minum obat TB pagi hari dalam keadaan perut masih kosong. Baru setelah 2 jam boleh makan makanan.
      4. Makan diperbolehkan setelah 2 jam minum obat.

       

      TB MDR

      • Definisi TB MDR (MDR-TB= Multi Drug Resistant Tuberculosis)

      TB MDR adalah TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti ethambutol, streptomisin dan pirazinamid.

      • Penularan

      Penularan kuman TB MDR adalah sama seperti penularan kuman TB yang tidak resisten obat pada umumnya. Orang yang tertular (terinfeksi) kuman TB resistent obat dapat berkembang menjadi “sakit TB” dan akan mengalami sakit TB MDR dikarenakan yang ada dalam tubuh pasien tersebut adalah kuman TB MDR. Pasien TB MDR dapat menularkan kuman TB yang resisten obat kepada masyarakat disekitarnya.

      • Bagaimana kuman TB dapat menjadi resisten?

      Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi karena pemberian obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat, demikian pula adanya kendala suplai obat yang tidak selalu tersedia.

      • Siapa yang beresiko?

      TB Resisten Obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:

      • Tidak menelan obat TB secara teratur atau seperti yang disarankan petugas kesehatan
      • Sakit TB berulang atau mempunyai riwayat mendapatkan pengobatan TB sebelumnya
      • Datang dari wilayah yang mempunyai beban TB Resisten Obat yang tinggi
      • Kontak erat dengan seseorang yang sakit TB Resisten Obat, TB MDR atau TB XDR (extensively drug resistence)
      • Pengobatan TB MDR

      Pengobatan TB MDR lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif, Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB resisten obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TB MDR dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini kedua jauh lebih mahal (  100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB biasa) dan penangannya lebih sulit. Selain paduan pengobatannyayang rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.

  2. (Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2014)

    (Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/)

    (Sumber:Info Datin 2016, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI)

    Bila anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, datanglah ke fasilitas kesehatan terdekat. Begitu pula bila anda menemui orang terdekat atau orang disekitar anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, ajaklah mereka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

    Jangan takut berobat karena TB bisa disembuhkan jika pengobatan dilakukan sesuai petunjuk dan tuntas. Obat TB gratis diberikan oleh pemerintah.

    Mari menjadi pemimpin untuk Indonesia yang bebas TB dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. -kristi

     

     

     

 

Pemberitahuan

PEMBERITAHUAN
TERHITUNG MULAI TANGGAL 08 JANUARI 2018 AKAN DIBUKA POLI ANAK dr. DESSY SHINTA MURTY Sp.A

E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI

E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI

Oleh Aisyah, SKM

Gaya hidup ‘‘menghisap’’ semakin variatif. Nggak cuma rokok, tren menghisap mulai banyak dilakukan dengan shisha dan vape atau vapor atau rokok elektronik. Akhir-akhir ini muncul tren rokok elektrik di Indonesia.

Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e- cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).

Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya.

Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia. Badan kesehatan dunia WHO, merilis bahwa  dampak buruk yang diakibatkan oleh perilaku ini membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta dari korban tersebut adalah perokok aktif, mantan perokok dan pengguna “smokeless tobacco” (jenis tembakau hisap tanpa proses pembakaran). Ironisnya, lebih dari 600 ribu korban merupakan perokok pasif atau orang yang berada di sekitar perokok dan turut menghirup asap/uap rokok secara tidak langsung.

Sejarah Rokok Elektronik

Konon, sejak 1963 rokok elektronik sudah ada dan  ditemukan  pertama kali oleh Herbert A Gilbert. Namun sosok yang  pertama kali memproduksinya secara modern adalah Hon Lik, warga berkebangsaan Tiongkok tahun 2003 sehingga ia  lebih dikenal sebagai sosok yang mengawali kehadiran rokok  elektronik, selanjutnya dipatenkan tahun 2004 dan mulai  menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007 dengan  berbagai merek. Seperangkat rokok elektronik merupakan alat  yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan  mengalirkannya ke paru dengan menggunakan tenaga listrik. WHO mengistilahkannya sebagai  Electronic Nicotine Delivery  System (ENDS) karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap yang kemudian dihirup oleh pengguna.

Struktur dasarnya terdiri  dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam (atomizer)  dan katrid berisi cairan zat kimia. Struktur ini terus mengalami  modifikasi dan  modernisasi  mengikuti  perkembangan  teknologi, hingga saat ini telah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3  menggunakan sistem tangki dan semakin  user friendly , bahkan  ada yang modelnya tidak nampak seperti rokok dan terintegrasi  dengan perangkat  handphone. Di peredaran, rokok elektronik  identik dengan istilah  vape, personal vaporizer (PV),  e-cigs, vapor,  electrosmoke, green cig, smartcigarette , dll. Cairan isi dalam katrid  diistilahkan  e-juice,  e-liquid Sementara aktivitas merokok dengan  menggunakan rokok elektronik diistilahkan dengan  vaping.

Perkembangan Rokok Elektrik

 

Rokok electric generasi pertama

  • bentuknya seperti rokok konvensional
  • Disposable (sekali pakai)

Rokok elektrik generasi 2

  • Bentuk seperti pena
  • Banyak variasi warna dan model cartridge
  • Cartridge dan atomizer terpisah
  • Kapasitas battery lebih besar

Rokok electric generasi 3

  • Menggunakan system tangki
  • Seluruh komponen terpisah
  • Modifikasi mudah
  • USB stick, bluetooth

 

Apa yang terkandung dalam rokok elektrik (vape)?

Kandungan pada cairan rokok elektronik berbeda-beda, namun pada umumnya berisi larutan terdiri dari 4 jenis campuran yaitu nikotin, propilen glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa).

  • Nikotin ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik. Nikotin adalah zat yang sangat adiktif yang dapat merangsangsistem saraf, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.Selain itu, nikotin terbukti memiliki efek buruk pada prosesreproduksi, berat badan janin dan perkembangan otak anak.
    Efek kronis yang berhubungan dengan paparan nikotin antara lain gangguan pada pembuluh darah, seperti penyempitan atau pengentalan darah. Kandungan kadar nikotin dalam likuid rokok elektronik bervariasi dari kadar rendah hingga kadar tinggi.
    Namun seringkali kadar nikotin yang tertera di label tidak sesuai dan berbeda signifkan dari kadar yang diukur sebenarnya. Beberapa studi di dunia telah membuktikan inkonsistensi kadar nikotin tersebut.
  • Propilen glikol adalah zat dalam kepulan asap buatan yangbiasanya dibuat dengan “fog machine” di acara-acara panggungteatrikal, atau juga digunakan sebagai antifrezee, pelarut obatdan pengawet makanan. Zat ini jika dihirup menyebabkaniritasi pernapasan, dan secara kronis menyebabkan asma,mengi (wheezing), sesak dada, penurunan fungsi paru-paru, danobstruksi jalan pernapasan.

 

Beberapa zat berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:

  • Tobacco-specific nitrosamines (TSNAs).
  • Diethylene glycol (DEG).
  • Logam: partikel timah, perak, nikel, aluminium dan kromiumdi dalam uap rokok elektronik dengan ukuran sangat kecil(nano-partikel) sehingga dapat masuk jauh ke dalam salurannapas di paru.
  • Karbonil: karsinogen potensial antara lain formaldehida,asetaldehida dan akrolein. Juga senyawa organik volatile(VOCs) seperti toluena dan p,m-xylene.
  • Zat lainnya: kumarin, tadalafl, rimonabant, serat silika.

Rokok elektronik pada awalnya memang pernah digunakan sebagai salah satu alat bantu berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok elektronik secara bertahap di bawah supervisi dokter. Namun pada tahun 2010, WHO tidak lagi merekomendasi penggunaannya sebagai NRT karena beberapa studi menemukan kandungan zat yang dapat menjadi racun dan karsinogen sehingga dinyatakan tidak memenuhi unsur keamanan. Selain kandungannya yang tidak aman dan masalah inkonsistensi kadar di atas, beberapa dampak buruk rokok elektronik lain yang ditimbulkan dan disebutkan dalam literatur ilmiah sebagai berikut:

  • Menimbulkan masalah adiksi. Hal ini karena kandungannikotin pada bahan likuid dapat menimbulkan rasa ketagihan,selanjutnya peningkatan kadar plasma nikotin pada penggunarokok elektronik akan menyebabkan peningkatan adrenalindan tekanan darah, serta juga meningkatkan kadar plasmakarbon monoksida dan frekuensi nadi yang dapat mengganggu Efek akut lain berupa penurunan kadar nitritoksida udara ekshalasi dan peningkatan tahanan jalan napas,yang semua berakibat buruk bagi kesehatan. Di AmerikaSerikat, The American Association of Poison Control Centers(AAPCC) melaporkan terjadinya peningkatan keracunanakut akibat nikotin rokok elektronik hingga mencapai jumlah3784 laporan di tahun 2014, meningkat lebih dari 14 kali lipatdari tahun 2011.
  • Dapat disalahgunakan dengan memasukkan bahan berbahayailegal seperti mariyuana, heroin dan lain-lain. Hal ini karenapengguna dapat melakukan modifkasi alat sehingga adapeluang dimasukkannya bahan berbahaya tersebut.
  • Bahan perisa yang digunakan dapat membahayakan Studi menunjukkan bahwa bahan perisa mungkinsaja aman kalau dimakan, tapi tidak aman kalau dihisap keparu. Ada dua hal sehubungan bahan perisa ini. Pertama,bahan perisa sangat kid friendly sehingga menarik buat anakanak dan remaja.Saat ini lebih dari 8000 variasi
    jenis rasa bahan perisa. Kedua, untuk rokok elektronik nonnikotin, bahan perisa digunakan sebagai unsur yang dominan sebagai pengganti nikotin, perilaku sengaja memasukkan bahan perisa ke dalam paru tentu bukan hal yang baik bagi kesehatan karena paru kita seharusnya menghisap oksigen dari udara segar.
  • Risiko bertambahnya perokok pemula. Studi menunjukkanbahwa seorang yang belum pernah merokok akan mulaimencoba rokok konvensional jika sebelumnya pernahmenghisap rokok elektronik dengan atau tanpa nikotin. Halini karena produk tanpa nikotin juga dapat dianggap sebagailangkah awal bagi pemula,lalu kemudian dapat saja dimasukkannikotin dan lama-lama kadar nikotinnya dinaikkan.Jadi,sepertisengaja “dilatih” untuk jadi perokok. Data penggunaan rokokelektronik di beberapa negara terus mengalami peningkatanbeberapa tahun terakhir,terutama pada usia remajadan pelajar/mahasiswa. Contohnya di Amerika Serikat,penggunanya bertambah tiga kali lipat hanya dalam rentangsetahun yaitu antara tahun 2013 dan 2014, dari 4,5 persen
    menjadi 13,4 persen, atau diperkirakan mencapai dua juta siswa SMA dan 450.000 siswa SMP telah menjadi pengguna.
  • Risiko bertambahnya perokok ganda (dual user) yaitupengguna yang menggunakan rokok konvensional dan rokokelektronik secara bersamaan.
  • Mantan perokok kembali merokok karena adanya klaimaman produk rokok elektronik.
  • Me-renormalisasi perilaku merokok, maksudnya bahwarokok elektronik dapat meningkatkan daya tarik terhadapmerokok konvesional, karena berdasarkan format dan desaindapat dianggap produk rokok elektronik adalah produkimitasi dari rokok konvensional, sehingga pada akhirnyaperilaku merokok konvensional dianggap perilaku yang tidaknegatif dan biasa-biasa saja. Dengan demikian penggunaan rokok elektronik dapat meningkatkan penerimaan sosial dariperilaku merokok.
  • Rokok Elektronik dapat mengganggu kebijakan KTR(Kawasan Tanpa Rokok), yang di tingkat global diistilahkandengan Smoke-Free Areas.

 

      Referensi

 

  1. https://jurnalpriangan.com/2016/10/29/inilah-fakta-terbaru-bahaya-rokok-elektrik-vape/
  2. http://www.fctcuntukindonesia.org/content/berita/dinkes_samarinda_himbau_bahaya_rokok_elektrik_secara_medis
  3. http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/01/jri-2012-32-1-531.pdf