Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan RS Paru RESPIRA 2018
Berikut kami sampaikan hasil Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Rumah Sakit Paru RESPIRA Tahun 2018
Berikut kami sampaikan hasil Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Rumah Sakit Paru RESPIRA Tahun 2018
Pemenang Lomba Mewarnai Tingkat Taman Kanak-kanak dalam Rangka Hari Anak Nasional di RS Paru RESPIRA
Salam sehat sahabat paru, berikut kami sampaikan pemenang lomba mewarnai.
Pentingnya Cegah Stunting Demi Masa Depan Anak Bangsa
Oleh : Nur Handayani, SKM
PKRS – RS Paru Respira Yogyakarta
Belakangan ini Kementrian Kesehatan gencar berkampanye tentang stunting dengan slogannya “Cegah Stunting, Ini Penting”. Kata stunting itu sendiri bagi orang awam terkesan asing. Mungkin bagi kita pun juga demikian. Sebenarnya apa sih stunting itu? Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dimulai dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Stunting merupakan kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai Z score nya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
Terjadinya stunting seringkali tidak disadari oleh orang tua, setelah anak berusia dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek. Stunting terjadi karena adanya masalah gizi kronis yang akibat asupan gizi yang kurang dan terjadi cukup lama. Terkadang orang tua kurang menyadari hal tersebut, mereka menganggap anak mereka sudah cukup makan tanpa memperhatikan kandungan gizi asupan yang diberikan ke anak. Diperkirakan ada 162 juta balita pendek pada tahun 2012. Jika tren berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun 2025. Dalam skala dunia, anak stunting terbanyak di Asia (56%) dan Afrika ( 36%). Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riskesdas 2013 terdapat 37,2% anak stunting. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka 35,6%, maka tidak ada penurunan untuk angka stunting. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan presentase terendah untuk anak stunting, selain provinsi Kepulauan Riau (26,3%) dan DKI Jakarta (27,5%).
Kemudian pada tahun 2015 diadakan Pemantauan Status Gizi (PSG) oleh kementrian Kesehatan dimana hasil data yang diperoleh 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek, dimana provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level tertinggi untuk kasus balita pendek/stunting.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak. Dalam situs Adoption Nutrition penyebab stunting ada 5 yaitu :
Menurut UNICEF, penyebab terjadinya stunting ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi asupan makanan dan keadaan kesehatan. Sedangkan penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola pengasuhan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, ekonomi dan organisasi melalui faktor pendidikan. Penyebab paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah masalah politik, ideologi, dan sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya yang ada.
Sedangkan menurut Tuft dalam The World Bank stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir dan keadaan kesehatan; faktor rumah tangga yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan dan pelayanan; serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur sosial ekonomi, layanan pendidikan dan layanan kesehatan.
Mungkin kita bertanya seberapa penting mecegah stunting, sehingga menyebabkan Kementrian Kesehatan merasa perlu berkampanye tentang pencegahan stunting. Masalah stunting dalam suatu negara ternyata kompleks. Stunting bisa menjadi gambaran indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dampaknya sangat luas sebut saja dampak terhadap ekonomi, kecerdasan, kualitas dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak. Menilik dari kondisinya, stunting merupakan gangguan pertumbuhan. Anak yang lebih pendek dari temn-teman seusianya, pertanda ada masalah pada pertumbuhannya. Anak stunting yang dialami anak dibawah usia dua tahun, harus segera ditangani segera dan tepat. Karena bila penanganan terlambat dan tidak tepat, stunting menjadi sulit dikembalikan ke semula atau normal.
Kejadian anak stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi pada ibu hamil. Ibu hamil disini sebenarnya tidak terlepas dari riwayat kehidupan sebelumnya saat menjadi remaja putri. Status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu. Pada saat janin dalam kandungan hingga usia dua tahun, terjadi pembentukan sel otak hingga 70%. Jika anak mengalami gangguan pertumbuhan, pembentukan sel otak menjadi terganggu. Akibatnya bisa berpengaruh terhadap penurunan intelegensia (IQ). Tidak berhenti disitu, stunting juga menyebabkan tumbuh kembang anak terhambat, penurunan fungsi kognitif anak, penurunan fungsi kekebalan tubuh bahkan saat dewasa mempunyai resiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi dan obesitas. Stunting berdampak tidak saja pada kondisi fisik yang pendek dimana secara estetika kurang menarik, tetapi juga pada kecerdasan, produktifitas dan prestasinya saat kelak dewasa. Inilah yang menjadikan dampak yang bahaya dan kompleks bagi masa depan anak bangsa.
Kementrian Kesehatan dalam fungsinya berupaya menekan angka stunting di Indonesia dengan upaya langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70%nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial dan sebagainya. Upaya intervensi gisi spesifik untuk anak stunting difokuskan pada kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu 270 hari selama dalam kandungan/kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan. Saat inilah yang dinamakan “Periode Emas” dimana pada masa ini lah yang menentukan kualitas kehidupan anak.
Upaya intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif tersebut meliputi :
Melihat dampak dari stunting yang begitu kompleks mengancam masa depan anak bangsa, maka tugas untuk “Cegah Stunting” tdak saja pemerintah tetapi juga kita. Kita yang mempunyai remaja putri hendaklah lebih peduli terhadap asupan makanan sehari-hari. Kelak remaja putri kita lah yang mencetak generasi anak bangsa. Anak usia 10 tahun dimana sudah tidak mampu “dipaksa” untuk makan makanan sehat dan bergizi dan telah mengenal “uang saku” cenderung kurang bijaksana dalam memilih makanan. Perlu disini peran orang tua mengontrol asupan makanan anak. Bagi yang tengah hamil, yuk ibu pantau kesehatan ibu hamil. Ibu hamil cenderung merasa bebas makan apapun dan tanpa kontrol dengan alasan makanan adalah untuk dua orang. Padahal ibu hamil tetap harus menjaga asupan nya. Makan makanan bergizi, mengkonsumsi tablet tambah darah dan tetap berolahraga sesuai dengan kondisinya. Ibu hamil yang asupan gizinya baik diharapkan akan menghasilkan anak bangsa yang cerdas dan sehat. Pemberian ASI adalah salah satu upaya memutus rantai stunting. ASI merupakan asupan yang berisi kandungan gizi yang lengkap. Pemberian ASI adalah hak ibu dan bayi, perlu dukungan suami, keluarga, masyarakat, fasilitas kesehatan, lingkungan kerja bahkan hingga pemerintah.
Gizi seimbang saat ini kurang pas bila berpatok pada 4 sehat 5 sempurna, karena seringkali kita salah memahami konsepnya. Pemahaman yang keliru yang menyebabkan tidak proporsionalnya asupan makanan, yaitu terlalu banyak gula dan karbohidrat, terlalu sedikit makanan berserat. Bukan itu saja, masih banyak dari kita yang mengabaikan pentingnya keseimbangan air dan olahraga. Pada sehari-hari seharusnya ada sekitar 50% piring kita berisi sayur dan buah, tapi di masyarakat itu belum menjadi kebiasaan. Ubah pola menu makan kita. Selain itu juga perlu didukung oleh sanitasi lingkungan, sanitasi air dan kebersihan. Tingkatkan pengetahuan dan wawasan keluarga tentang gizi. Percuma saja bila anak kita cuci tangan sebelum makan tetapi si ibu lupa tidak menutup makanan yang disediakan. Percuma bila dirumah dijaga kebersihannya tapi ternyata si anak membeli makanan diwarung dimana kandungan garam atau zat pewarnanya tinggi. Yuk, kita bersama-sama harus mulai sekarang peduli akan gizi tidak hanya pada keluarga kita saja, tetapi dengan sesama. Kita bersama cegah stunting demi masa depan anak bangsa “CEGAH STUNTING, INI PENTING”.
DAFTAR PUSTAKA
“siYAnG RATRI” Pendaftaran Tanpa Antri sebuah inovasi buat sahabat paru yang mau daftar ke RS Paru RESPIRA tanpa harus antri, cek brosur dibawah buat tau caranya!
Bergabung bersama kami dalam SEMINAR KEPERAWATAN “UPDATE TATALAKASANA TB – HIV”
Pembicara:
Lomba Mewarnai Dalam Rangka Hari Anak Nasional dan Pembukaan Poliklinik Anak RS Paru RESPIRA, tingkat taman kanak-kanak , Sabtu 21 Juli 2018 #Peserta Terbatas
Setiap tahun pada tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day/ Hari TB Sedunia. Hal ini dilakukan ntuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh TB dan untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri epidemi global TB.
Untuk tahun 2018, Tema Hari TB Dunia adalah “Wanted: Leaders for a TB-free world” (WHO)
Sedangkan untuk tema nasional kita adalah Peduli TBC, Indonesia Sehat (Kemenkes RI)
Apa itu TB?
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. TB bisa sembuh jika diobati dengan pengobatan tuntas, namun penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir.
Tren Dekade Terakhir di Dunia dan Indonesia
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Pada tahun 2016, 10,4 juta orang jatuh sakit TB, dan 1,7 juta meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,4 juta di antaranya adalah orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tujuh negara yang menyumbang 64% dari total orang dengan penyakit TB adalah India pada urutan pertama, diikuti oleh Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada tahun 2016, diperkirakan 1 juta anak-anak sakit TB dan 250.000 anak-anak meninggal karena TB (termasuk anak-anak dengan TB HIV). TB adalah pembunuh utama orang dengan HIV-positif. Pada tahun 2016, 40% kematian akibat HIV disebabkan oleh TB.
TB resisten obat (TB-MDR) tetap merupakan krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO memperkirakan ada 600.000 kasus baru dengan ketahanan terhadap rifampisin (resisten terhadap rimfampisin) – obat lini pertama yang paling efektif, dimana 490.000 merupakan kasus TB-MDR. Secara global, kejadian TB turun sekitar 2% per tahun. Pencapaian ini perlu ditingkatkan agar terjadi penurunan tahunan 4-5% sesuai target strategi TB pada tahun 2020 ( milestones the end strategy 2020) .
Diperkirakan 53 juta nyawa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB antara tahun 2000 dan 2016. Mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 merupakan salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
(Sumber :WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)
(Sumber: WHO The End TB Strategy)
Situasi TB Indonesia
Terkait TB, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TB di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.Di Indonesia total kasus TB (semua bentuk) yang ditemukan dan terlaporkan pada tahun 2016 adalah 360.565 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki lebih banyak dibanding pada perempuan. Tingkat keberhasilan pengobatan pada kasus baru dan kekambuhan adalah 85 persen untuk pasien yang terdaftar pada tahun 2015.
Pasien TB MDR yang memulai pengobatan adalah 1879 dan pasien TB-XDR yang memulai pengobatan adalah 52.
(Sumber: WHO Indonesia, WHO Global Tuberculosis Report 2016)
Gajala TB
Gejala Utama
Gejala Tambahan
Patogenesis dan Penularan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Myobacterium tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang dan otak.
Bakteri ini berbentuk batang dan tahan terhadap asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Didalam tubuh, kuman ini dapat tidur selama beberapa tahun.
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium , oleh karena itu pemeriksaan bakteriologis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
2.Cara Penularan TB
Siapa yang beresiko tinggi terkena TB?
Semua orang beresiko terkena TB baik anak-anak, orang tua, laki-laki maupun perempuan tetapi kelompok beresiko tinggi tertular TB, yaitu:
Diagnosis TB
Pasien yang dicurigai menderita penyakit TB akan dianjurkan untuk memeriksakan dahaknya, yaitu:
Apabila dalam dahak ditemukan kuman Mycobacterium tuberculosis, maka orang tersebut positif menderita TB dan harus melakukan pengobatan rutin.
Cara mengeluarkan dahak dengan latihan batuk efektif:
Rontgen dada dapat digunakan sebagai penunjang dalam mendiagnosa penyakit TB.
Pengobatan TB
Walaupun TB mudah menular dan dapat menyebabkan kematian namun penyakit TB dapat disembuhkan dengan cara:
Bila pasien TB berobat sampai sembuh berarti telah memutus rantai penularan.
Bagaimana bila penderita TB tidak teratur minum obat?
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap:
Pada tahap ini, pasien TB akan minum obat setiap hari. Bila pengobatan pada tahap ini berhasil, pasien yang pada awalnya menularkan TB kepada orang lain maka sudah tidak menular lagi. Walaupun sudah tidak menular dan badan sudah terasa segar dan sehat tetapi pengobatan tidak boleh berhenti dan dilanjutkan dengan tahap lanjutan.
Pada tahap lanjutan pasien TB dewasa akan minum tiap hari atau obat 3x seminggu. Tahap ini untuk membunuh kuman yang tidur (dormant/persisten) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Cara minum obat yang benar
TB MDR
TB MDR adalah TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti ethambutol, streptomisin dan pirazinamid.
Penularan kuman TB MDR adalah sama seperti penularan kuman TB yang tidak resisten obat pada umumnya. Orang yang tertular (terinfeksi) kuman TB resistent obat dapat berkembang menjadi “sakit TB” dan akan mengalami sakit TB MDR dikarenakan yang ada dalam tubuh pasien tersebut adalah kuman TB MDR. Pasien TB MDR dapat menularkan kuman TB yang resisten obat kepada masyarakat disekitarnya.
Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi karena pemberian obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat, demikian pula adanya kendala suplai obat yang tidak selalu tersedia.
TB Resisten Obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:
Pengobatan TB MDR lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif, Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB resisten obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TB MDR dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini kedua jauh lebih mahal ( 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB biasa) dan penangannya lebih sulit. Selain paduan pengobatannyayang rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.
(Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/)
(Sumber:Info Datin 2016, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI)
Bila anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, datanglah ke fasilitas kesehatan terdekat. Begitu pula bila anda menemui orang terdekat atau orang disekitar anda mengalami gejala-gejala seperti gejala TB, ajaklah mereka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Jangan takut berobat karena TB bisa disembuhkan jika pengobatan dilakukan sesuai petunjuk dan tuntas. Obat TB gratis diberikan oleh pemerintah.
Mari menjadi pemimpin untuk Indonesia yang bebas TB dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. -kristi
PEMBERITAHUAN
TERHITUNG MULAI TANGGAL 08 JANUARI 2018 AKAN DIBUKA POLI ANAK dr. DESSY SHINTA MURTY Sp.A
E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI
Oleh Aisyah, SKM
Gaya hidup ‘‘menghisap’’ semakin variatif. Nggak cuma rokok, tren menghisap mulai banyak dilakukan dengan shisha dan vape atau vapor atau rokok elektronik. Akhir-akhir ini muncul tren rokok elektrik di Indonesia.
Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e- cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).
Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya.
Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia. Badan kesehatan dunia WHO, merilis bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh perilaku ini membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta dari korban tersebut adalah perokok aktif, mantan perokok dan pengguna “smokeless tobacco” (jenis tembakau hisap tanpa proses pembakaran). Ironisnya, lebih dari 600 ribu korban merupakan perokok pasif atau orang yang berada di sekitar perokok dan turut menghirup asap/uap rokok secara tidak langsung.
Sejarah Rokok Elektronik
Konon, sejak 1963 rokok elektronik sudah ada dan ditemukan pertama kali oleh Herbert A Gilbert. Namun sosok yang pertama kali memproduksinya secara modern adalah Hon Lik, warga berkebangsaan Tiongkok tahun 2003 sehingga ia lebih dikenal sebagai sosok yang mengawali kehadiran rokok elektronik, selanjutnya dipatenkan tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007 dengan berbagai merek. Seperangkat rokok elektronik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru dengan menggunakan tenaga listrik. WHO mengistilahkannya sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap yang kemudian dihirup oleh pengguna.
Struktur dasarnya terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam (atomizer) dan katrid berisi cairan zat kimia. Struktur ini terus mengalami modifikasi dan modernisasi mengikuti perkembangan teknologi, hingga saat ini telah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3 menggunakan sistem tangki dan semakin user friendly , bahkan ada yang modelnya tidak nampak seperti rokok dan terintegrasi dengan perangkat handphone. Di peredaran, rokok elektronik identik dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor, electrosmoke, green cig, smartcigarette , dll. Cairan isi dalam katrid diistilahkan e-juice, e-liquid Sementara aktivitas merokok dengan menggunakan rokok elektronik diistilahkan dengan vaping.
Perkembangan Rokok Elektrik
Rokok electric generasi pertama
Rokok elektrik generasi 2
Rokok electric generasi 3
Apa yang terkandung dalam rokok elektrik (vape)?
Kandungan pada cairan rokok elektronik berbeda-beda, namun pada umumnya berisi larutan terdiri dari 4 jenis campuran yaitu nikotin, propilen glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa).
Beberapa zat berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:
Rokok elektronik pada awalnya memang pernah digunakan sebagai salah satu alat bantu berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok elektronik secara bertahap di bawah supervisi dokter. Namun pada tahun 2010, WHO tidak lagi merekomendasi penggunaannya sebagai NRT karena beberapa studi menemukan kandungan zat yang dapat menjadi racun dan karsinogen sehingga dinyatakan tidak memenuhi unsur keamanan. Selain kandungannya yang tidak aman dan masalah inkonsistensi kadar di atas, beberapa dampak buruk rokok elektronik lain yang ditimbulkan dan disebutkan dalam literatur ilmiah sebagai berikut:
Referensi