Tak terasa hiruk pikuk peringatan 83
tahun pengabdian RS Paru Respira telah berlalu. Civitas hospitalia dan penduduk
sekitar Rumah Sakit Paru Respira telah kembali pada kegiatan masing-masing.
Sedikit bernostalgia, kegiatan 83 tahun pengabdian yang bertajuk “Sehat Bersama
Respira” kemarin bertujuan untuk menyampaikan rasa terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah mendukung RS Paru Respira; kampanye
GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
dengan menyelenggarakan kegiatan jalan sehat dan senam aerobik; pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan gratis sebagai bentuk kegiatan bakti sosial rumah
sakit; panggung
hiburan masyarakat dengan
diselenggarakannya pentas seni musik karawitan, campur sari dan drama tari persembahan dari
karyawan karyawati RS Paru Respira dengan lakon “Agonia Cinta” yang menceritakan
tentang legenda Rara Jonggrang dengan sedikit modifikasi cerita untuk
kepentingan promosi kesehatan.
Rangkaian kegiatan yang dimulai dari
jalan sehat diikuti oleh 300 peserta dari masyarakat dan karyawan, untuk
pemeriksaan gratis dan cek laboratorium terbatas diikuti oleh 200 peserta dengan
pemberi layanan yang melibatkan komite medik, keperawatan dan farmasi. Tak mau
kalah dari booth pemeriksaan fisioterapi dengan layanan pemeriksaan
kadar oksigen Co Analyzer juga memberikan pelayanan gratis terbatas.
Setelah mengolahragakan masyarakat dan
civitas hospitalia RS Paru Respira, MC yang kompak mengajak masyarakat
menyanyikan beberapa lagu diiringi organ tunggal dari Akbar Production dan
membagikan beberapa doorprize menarik diantaranya: sepeda MTB, lemari es, mesin
cuci, dispenser, coffee maker, kipas angin, magic com dan masih
banyak lagi. Rangkaian acara pagi ditutup dengan pembagian doorprize disertai wajah
sumringah dari masyarakat yang beruntung mendapatkannya.
Suasana sore di lapangan Guyengan
telah diramaikan oleh beberapa pedagang yang menjajakan makanan, minuman dan
mainan. Panitia masih sibuk mengecek ulang persiapan pentas seni. Acara dibuka
oleh sambutan selamat datang dan ucapan terima kasih dari Kepala Desa Palbapang
atas terselenggaranya acara ini. Kemudian berikutnya diisi dengan acara drama
tari Agonia Cinta yang juga merupakan rangkaian dari sambutan Direktur RS Paru
Respira. Selesai sambutan direktur, dilanjutkan pemotongan tumpeng dan
diserahkan kepada Sekda DIY Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji sekaligus untuk
memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Sekda DIY mengapresiasi pertunjukan drama tari Agonia Cinta dengan
harapan RS Paru Respira mampu mengembangkan pariwisata dan seni di sektor
kesehatan.
Harapannya acara 83 pengabdian RS Paru Respira ini bisa menjadi semangat untuk civitas hospitalia untuk memberikan energi positif demi terselenggaranya RS Paru Respira yang menjadi pusat pelayanan kesehatan paru dan pernapasan secara komprehensif untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Rokok elektrik atau vape
adalah suatu alat dengan baterai sebagai daya untuk memanaskan suatu cairan dan
menghantarkan suatu produk aerosol kepada penggunanya. Herbert A Gilbert adalah
orang yang pertama kali mendaftarkan paten atas rokok elektrik pada tahun 1965
dan akhirnya diproduksi secara massal pada tahun 2003 berdasarkan hak paten
atas nama Hon Lik dari Cina. Selang 1 tahun, rokok elektrik mulai beredar di
dunia.
Pernyataan yang dikeluarkan
oleh Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2019 bahwa peredaran vape di
seluruh dunia mengalami peningkatan, dan sebagaimana provinsi lain di
Indonesia, Yogyakarta juga mengalami fenomena baru menjamurnya penggunaan vape.
Global Youth Survey tahun 2011
menyatakan 0.3% remaja di Indonesia adalah pengguna rokok elektrik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2018 juga mengadakan survei dengan
hasil yang menunjukkan anak usia sekolah dasar juga merupakan kelompok yang
menggunakan vape secara aktif. Hal ini sejalan dengan mudahnya mendapatkan toko
yang menyediakan kebutuhan vape di sekitar kita. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan no 146 tahun 2017, peredaran rokok elektrik di Indonesia bersifat
legal dengan diberlakukan cukai sebesar 57%. Hal ini yang menjadi payung
peredaran rokok elektrik ke semua kalangan termasuk anak dan remaja. Anak dan
remaja merupakan target penyebaran penggunaan vape karena iming-iming berbagai wangi buah dan permen pada saat menggunakan vape,
sehingga mereka tidak menyadari bahaya dan efek kecanduan menghirup vape.
Informasi bahwa rokok
elektrik itu aman karena tidak mengeluarkan asap dan tidak beracun masih bisa
ditemui di masyarakat awam, bahkan sebagian orang menganggap rokok elektrik
merupakan alternatif pengganti rokok atau merupakan media jembatan bagi perokok
yang ingin berhenti merokok. Informasi dan penelitian yang dapat dijadikan sumber
referensi bahaya atau tidaknya rokok elektrik sudah semakin banyak seiring
dengan berjalannya waktu. Pemilihan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, sehingga
diharapkan masyarakat lebih bijak dalam menerima informasi mengenai rokok
elektrik.
Berdasarkan berbagai
penelitian yang ada saat ini, rokok elektrik mengandung berbagai zat sama
bahayanya dengan rokok konvensional. Beberapa zat berbahaya tersebut antara
lain:
Bahan
karsinogenik.
Bahan karsinogenik adalah zat
tersebut dapat memicu munculnya kanker. Zat karsinogenik memiliki kemampuan
merangsang sel tubuh normal untuk berubah sifatnya menjadi sulit dikendalikan.
Bahan karsinogen yang terdapat di vape antara lain propylene glycol, gliserol, formaldehid,
nitrosamine. Zat tersebut tidak hanya
menyebabkan kanker paru, namun juga kanker tenggorok dan rongga mulut.
Nikotin
Nikotin adalah
zat yang bertanggung jawab terhadap sifat addiksi atau ketagihan terhadap rokok
konvensional mau pun vape. Nikotin yang masuk ketubuh kemudian beredar ke otak
dan menempati reseptor yang ada di otak. Dengan bertemunya reseptor tersebut
dnegan nikotin, maka diproduksi suatu zat yang disebut dopamine. Dopamine
memiliki efek menenangkan dan membuat nyaman sehingga apabila orang tersebut
mendapat asupan nikotin akan menjadi gelisah dan tidak nyaman. Sifat nagih ini yang membuat seseorang sulit
lepas dari vape dan menimbulkan gejala penolakan apabila dihentikan mendadak.
Nikotin juga bertanggung
jawab terhadap tingginya kejadian infeksi Tuberkulosis (TBC) di kalangan
perokok baik konvensional maupun vape. Nikotin dapat menginduksi terjadinya perubahan
gen yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri penyebab TBC (M. tb) di
paru sehingga resiko sakit TBC juga meningkat 2 kali lipat pada pengguna vape
dibandingkan bukan perokok.
Radikal bebas
Efek buruk vape
terkait infeksi di paru diakibatkan terdapatnya 7×1011 zat radikal
bebas pada setiap hirupan vape yang dapat mengakibatkan peningkatan sifat
oksidatif dan mengubah sistem kekebalan sel. Hal ini sama halnya kerusakan
akibat rokok konvensional. Beberapa zat toksik lain seperti logam berat,
silikat, berbagai nanopartikel dan particulate
matter dengan ukuran yang sangat kecil dan dapat berpeluang menimbulkan
iritasi, peradangan, menurunkan sistem kekebalan lokal pernapasan, peningkatan
sensitivitas saluran napas, asma, gejala pernapasan dan bronkitis. Gangguan
pencernaan, sistem kekebalan dan gangguan pembekuan darah merupakan efek lain
yang bisa ditimbulkan akibat penggunaan vape.
Beberapa
pengguna vape menjadikan alasan vape sebagai jembatan untuk usaha berhenti
merokok. Apakah hal itu benar? Sayangnya hal tersebut adalah tidak benar. Badan
Kesehatan Dunia dalam konferensi WHO Framework
Convention On Tobacco Control tahun 2014 menyatakan dengan tegas bahwa
tidak terdapat cukup bukti bahwa penggunaan vape dapat membantu seseorang
berhenti merokok. Sebuah penelitian di Polandia menunjukkan bahwa 30% remaja
berusia 15-19 tahun yang menggunakan vape pada tahun 2013-2014 sebanyak 72.4%
diantaranya adalah pengguna rokok dan vape secara bersamaan. Penelitian oleh
Uhamka tahun 2018 di Jakarta menunjukkan bahwa diantara 11.8% siswa SMA
pengguna vape, sebanyak 51% diantaranya adalah dual users.
Isu penting
lain terkait penggunaan vape adalah vape dapat menjadi pintu masuk baru beragam
jenis narkoba. Penelitian yang dilakukan oleh Blundell tahun 2018 menyatakan
39.5% dari 861 responden menggunakan vape sebagai media menghisap narkoba, baik
narkoba konvensional (ganja, kokain dan heroin) atau pun narkoba jenis baru
(ganja sintetis atau katinona sintetis).
Kejadian sakit
paru karena penggunaan vape sudah dilaporkan sebelumnya walaupun julahnya tidak
banyak, namun cukup angka kematiannya cukup tinggi. Pada bulan Juli 2019,
Departemen Pelayanan Kesehatan Wisconsin dan Departemen Kesehatan Masyarakat
Illinois, Amerika Serikat menerima laporan penyakit paru terkait vape dan
mengadakan investigasi kesehatan terhadap semua kasusnya. Terdapat 53 kasus
dengan riwayat penggunaan vape 90 hari sebelum muncul gejala dan didapatkan
kerusakan paru yang luas. Kerusakan tersebut tidak terkait dengan penyebab lain
setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan. Rerata usia pada kasus tersebut
adalah 19 tahun dan 94% diantaranya harus dirawat inap, 32% diantaraya harus
menjalani intubasi dan menggunakan ventilator, 1 kasus dilaporkan meninggal.
Semua kasus memiliki gambaran kerusakan paru yang sama yaitu kerusakan luas di
kedua paru. Saat ini para klinisi dan ilmuwan di seluruh dunia mengumpulkan
berbagai kasus dan data mengenai vape sehingga diharapkan masyarakat dapat
menerima informasi yang valid dan dapat dipercaya.
Vape, Apakah
lebih aman dari rokok
Dikalangan
masyarakat banyak didapati Informasi
bahwa rokok elektrik itu aman karena tidak mengeluarkan asap dan tidak beracun ,
bahkan sebagian orang menganggap rokok elektrik sebagai jembatan bagi perokok
yang ingin berhenti merokok. Benarkah demikian?
Generasi millenial yang berdaya saing diharapkan mampu berkontribusi dalam program eliminasi TBC di era industri 4.0. Pada era ini generasi millenial sangat terbuka kesempatannya untuk belajar, berlatih, berinovasi, berimajinasi, berkarya serta berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan. Generasi millenial yang sangat akrab dengan teknologi dan dunia automasi diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam pembangunan di bidang kesehatan melalui upaya promotif dan preventif P2 TBC (Pencegahan dan Pengendalian TBC). Generasi millenial ini harus dibekali dengan pendidikan kesehatan dalam hal ini yang berkaitan dengan bahaya TBC agar mampu mendukung keberhasilan program eliminasi TBC.
Sejak era Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran serta potensi besar generasi muda telah diakui oleh Presiden Ir. Soekarno. “Beri Aku Sepuluh Pemuda, Niscaya Akan Kuguncangkan Dunia”. Kutipan pidato tersebut menyiratkan pesan yang sangat kuat bahwa pemuda bisa menciptakan perubahan yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia. Generasi muda saat ini lebih sering kita kenal dengan istilah generasi millenial. Millenial generation atau generasi millenial, memang tidak memiliki demografi khusus, namun para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun lahir. Penggolongan ke dalam generasi millenial mencakup mereka yang lahir pada tahun 1980 hingga awal tahun 2000-an.
William Strauss dan Neil Howe percaya bahwa setiap generasi mempunyai karakteristik umum yang akan menjadi karakter generasi itu sendiri dengan 4 pola yang berulang. Mereka berhipotesis bahwa generasi millenial akan mirip dengan generasi yang lebih berwawasan sipil dengan empati yang kuat terhadap komunitas lokal dan global. Bangsa Indonesia sangatlah mengharapkan peran generasi millenial untuk menjadi agen perubahan (Agent of Change). Harapan tersebut tercipta mengingat generasi millenial memiliki ide-ide yang selalu segar, pemikiran yang kreatif dan inovatif yang diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui berbagai upaya hingga tercipta perubahan dan perkembangan.
Berbicara mengenai generasi millenial mengingatkan pada fakta bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Bonus demografi merupakan suatu kondisi struktur penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi penduduk yang tidak produktif semakin kecil dan belum banyak. Penduduk tidak produktif merupakan penduduk yang berusia kurang dari 14 tahun dan di atas 64 tahun. Dilihat dari struktur demografinya, pada tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang untuk mengalami bonus demografi. Negara ini akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif. Penduduk dengan usia tidak produktif berkurang menjadi 60 juta jiwa. Hal ini berarti bahwa 10 orang usia produktif hanya akan menanggung 3 – 4 orang usia tidak produktif. Namun, ibarat pedang bermata dua, di samping bonus demografi di Indonesia bisa memberikan dampak positif bagi tujuan pembangunan nasional, dapat juga memberikan dampak negatif pada upaya pembangunan bangsa. Tanpa diiringi sumber daya manusia yang baik, bonus demografi tersebut akan menjadi beban bangsa.
Beban bangsa yang dimaksud satunya ialah beban dalam pencegahan dan pengendalian penyakit. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia menargetkan eliminasi TBC di tahun 2030. Jika negara tidak mempersiapkan diri untuk mengahdapi tantangan besarnya angka kejadian TBC di Indonesia, maka bonus demografi menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat di Indonesia, demikian seperti dikutip dari pernyataan Menteri Kesehatan dr. Nila F. Moeloek bahwa bonus demografi yang diprediksi menjadi generasi emas Indonesia akan berbalik menjadi bencana jika kita tidak bermitra untuk mengakhiri TBC.
Perlu kita ketahui bersama bahwa tuberkulosis atau yang sering kita dengar dengan istilah TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri penyebab TBC cenderung menyerang paru-paru, namun bakteri ini juga mampu menyerang organ lain di tubuh, seperti laring, tulang, selaput otak, ginjal, kelenjar getah bening, serta saluran pencernaan.
Pada tahun 2017 terdapat 1,3 juta kasus kematian akibat TBC dengan HIV negatif, dan sekitar 300.000 kasus kematian akibat TBC dengan HIV posistif. Berdasarkan laporan WHO Global Report pada tahun 2018, insidensi kasus TBC di Indonesia mencapai 842.000 kasus dengan angka kematian mencapai 107.000 kasus. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan tertinggi ketiga di dunia untuk beban kasus TBC setelah India dan Cina. Risiko penularan TBC dapat dikurangi jika semua pasien TBC dapat ditemukan dan diobati sampai sembuh. Akan tetapi, dewasa ini, Balitbang Kemenkes menemukan bahwa dari 842.000 kasus, baru 53% yang ternotifikasi dan diobati, sisanya belum diobati atau sudah diobati namun belum dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan. Selain itu, TBC kebal obat atau dalam dunia kesehatan dikenal dengan multi drugs resistant TB (MDR TB) serta TBC yang menyerang orang HIV posistif atau TB HIV juga merupakan masalah terkait tuberkulosis yang perlu mendapat perhatian. Estimasi insiden TB HIV sebesar 36.000 kasus, dengan mortalitas 9.400 kasus, sedangkan TB MDR diperkirakan sebanyak 23.000 kasus.
Berikut ini adalah data penyakit TBC dari WHO. Dari ketiga negara dengan angka kejadian TBC terbesar di dunia, yaitu India, China, dan Indonesia. Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa angka kecakupan pengobatan TBC dan angka keberhasilan pengobatan TBC di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Cina bahkan India. Namun begitulah fakta yang terjadi di Indenesia.
Gb 3. Data Penyakit TBC Di IndonesiaGb 1. Data Penyakit TBC Di China Gb 2. Data Penyakit TBC Di India
TBC memberikan dampak yang sangat besar terhadap kondisi sosial dan keuangan pasien, keluarga dan masyarakat, yang tentu saja hal ini akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat dalam skala nasional maupun global. Sebagian besar infeksi TBC terjadi pada usia produktif antara 15 dan 54 tahun, yang secara langsung akan berpengaruh pada produktivitas penderitanya. Meskipun diagnosis dan pengobatan tuberkulosis gratis, pasien TBC harus menanggung biaya transportasi, akomodasi, gizi dan kerugian akibat ketidakmampuan untuk bekerja yang mengakibatkan kehilangan penghasilan. Beban keuangan yang tinggi dapat menyebabkan pasien tidak mendapatkan diagnosis, tidak memulai pengobatan, bahkan dapat berhenti pengobatan. Kondisi tersebut akan berisiko tinggi menularkan penyakit TBC ke orang lain dan yang lebih fatal lagi dapat berkembang menjadi TBC kebal obat atau Multidrug Resistant TB (MDR-TB).
Beban terbesar dari kerugian yang dialami oleh pasien TBC merupakan dampak dari kehilangan waktu produktif karena kecacatan dan kematian dini. Beban TBC di Indonesia per tahun sebesar Rp. 24,7 Milyar, sedangkan TBC MDR yaitu 5,5 milyar. Dampak kerugian ekonomis akibat penyakit TBC sekitar 130,5 milyar, TB-MDR sebesar 6,2 milyar. Selain itu, TBC juga berdampak pada sektor swasta, seperti pada skala makro dimana suatu korporasi dapat mengalami penurunan produktivitas akibat kematian prematur dan kesakitan yang dialami oleh pekerja karena TBC.
Pemerintah telah mengeluarkan program TOSS TB (Temukan dan Obati Sampai Sembuh) sebagai upaya untuk eliminasi TBC. Namun, upaya promotif dan preventif untuk mengakhiri TBC tetap harus digalakkan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program pendidikan kesehatan. Prinsip promosi kesehatan yaitu melakukan tindakan promotif dan preventif atau pencegahan sedini mungkin. Tindakan pencegahan TBC yang dilakukan melalui upaya pendidikan kesehatan akan melibatkan kerjasama dari berbagai sektor, termasuk diantaranya yaitu sektor pendidikan.
Peran generasi milenial yang sudah sangat akrab dengan teknologi dapat disalurkan dengan turut serta aktif dalam pencegahan penularan TBC dimulai dari pendidikan kesehatan mengenai TBC sehingga para pemuda millenial menyadari bahwa TBC sangat berbahaya. Pendidikan kesehatan dapat berdampak pada perubahan perilaku sehingga pemuda milenial dapat turut serta dalam eliminasi TBC 2030.
Dengan dibekali pendidikan kesehatan mengenai TBC, para generasi millenial akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika mengetahui jika diri atau keluarga, kerabat, maupun teman mengalami tanda dan gejala penyakit TBC. Jika hal buruk (seperti tertular TBC) terjadi, maka dapat segera memeriksakan diri di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Begitu pula motivasi untuk sembuh lebih mungkin untuk meningkat jika para millenial sudah memiliki pengetauan tentang TBC, sebab artinya mereka dapat menjadi penyemangat agar penderita TBC tidak mengalami putus obat, yang berakibat pada berkembangnya kasus TBC menjadi TBC kebal obat. Dan yang lebih berbahaya lagi, bahwa penderita TBC yang tidak terobati secara tuntas akan tetap memungkinkan untuk menular pada orang lain.
Pendidikan kesehatan tantang TBC juga dapat dilakukan melalui berbagai aplikasi berbasis android, seperti misalnya TBpedia, sembuh TB, bye TB, yang tidak hanya memuat informasi mengenai penyakit TBC namun juga dilengkapi dengan fitur pengingat untuk minum obat TBC. Tidak menutup kemungkinan, jika para generasi millenial juga dapat menunjukkan karya dan inovasi seperti menciptakan berbagai aplikasi yang lebih baik daripada beberapa aplikasi tersebut untuk mendukung eliminasi TBC.
Sudah saatnya kita para pemuda, generasi millenial menyadari bahaya TBC. Kita harus menyadari bahwa siapapun berisiko untuk tertular TBC karena TBC tidak mengenal gender, usia, jabatan maupun pekerjaan kita. Buka mata dan bangun dari mimpi panjang bahwa stigma TBC hanya menyerang orang kalangan menengah ke bawah. Bukan waktunya lagi untuk bersantai-santai dalam menghadapi bahaya TBC. Mari kita ubah mindset kita menjadi paradigma sehat. Memang tidak mudah untuk mengatasi masalah pengobatan TBC di Indonesia, tetapi kita bisa bersama-sama mengambil langkah promotif dan preventif untuk mencegah penularan TBC. Mulailah dari sekarang untuk kita berperan aktif menyadarkan orang-orang di sekitar kita tentang bahaya TBC. Bersama-sama kita bisa mencegah penularan TBC. Kita harus membuktikan bahwa generasi millenial mampu mengguncangkan Indonesia dengan mewujudkan Indonesia bebas TBC dan program eliminasi TBC 2030 bukan hanya sekadar impian. Dimulai dari diri kita sendiri, karena kita semua berisiko. Menjadi pahlawan tak hanya harus menenteng senjata di medan perang, tetapi menyukseskan program eliminasi TBC juga dapat menjadi pahlawan bagi banyak orang. Bersama generasi millenial 4.0, Indonesia bebas TBC.
Pada
tulisan sebelumnya telah kami sampaikan mengenai tehnik – tehnik terapi untuk
mengeluarkan dahak yang dapat diterapkan pada orang dewasa. Bagaimana dengan
penanganan fisioterapi dada pada anak anak?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka pada pembahasan kali ini akan kami fokuskan
kepada bagaimanakah teknik fisioterapi dada untuk anak anak terutama usia
dibawah tiga tahun yang belum dapat mengeluarkan dahak sendiri.
Banyaknya
anak dibawah lima tahun yang mengalami / terkena penyakit paru yang dapat kami
lihat dari kunjungan Poli Anak RSP Respira yang semakin hari semakin banyak
yang berkunjung dan priksa bahkan sampai dirawat, bisa dijadikan sebuah
gambaran betapa semakin bertambahnya anak anak yang mengalami penyakit paru.
Mengapa demikian? Umumnya penyakit paru menghampiri mereka yang memiliki daya
imunitas yang rendah atau sering terpapar oleh polusi yang dapat memudahkan
terserang penyakit paru.
Usia
anak dibawah lima tahun memiliki kecenderungn daya imunitas yang belum kuat sehingga
mudah sekali terserang batuk, flu, demam dll, dampak dari kondisi tersebut
menjadikan nafsu makan juga menurun, anak menjadi sulit makan bahkan kadang
sampai harus dipaksa untuk makan, yang kemudian diikuti dengan penurunan berat
badan, sehingga anak yang terkena penyakit paru biasanya sulit untuk menaikkan
berat badannya sebelum kondisi parunya membaik.
Masalah
paru pada anak yang sering ditemukan adalah napasnya grok-grok yang menandakan
adanya dahak di saluran pernapasan. Dahak tersebut harus dikeluarkan agar tidak
menjadikan masalah dikemudian hari. Dahak yang tidak keluar tentunya dapat
mengakibatkan pemburukan kondisi keluhan batuk akan mnejadi lebih sering,
bahkan kadang disertai sesak napas dampaknya anak menjadi lemah dan tidak ada
nafsu makan, yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan bahkan bila
terjadi dalam jangka panjang dapat menjadikan adanya gangguan pada tumbuh
kembangnya.
Fisioterapi
dada pada anak ditujukan untuk meningkatkan pengeluaran mukus diantaranya
menggunakan teknik postural drainage, perkusi / vibrasi / tapotemen. Pemberian
tindakan fisioterapi dada pada anak sangat sederhana dan mudah dilakukan namun
diperlukan keberanian dan memahami pemeriksaan auskultasi paru pada pada anak
untuk menentukan area paru sisi makan yang banyak dahaknya.
Berikut ini akan kami jelaskan
mengenai teknik postural drainage dan tapotemen yang dilakukan untuk membantu
mengeluarkan dahak pada anak anak.
Posisioning
( Postural Drainage)
Merupakan
teknik yang digunakan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, dengan cara paru
diposisikan sedemikain rupa untuk mengalirkan dahak dari saluran yang lebih
kecil ke saluran yang lebih besar sehingga dahak lebih mudah saat dikeluarkan.
Waktu yang digunakan untuk melakukan teknik postural drainge ini adalah 20 – 30
menit/bagian paru. Paru-paru memiliki
banyak cabang perjalanan saluran udara sehingga memiliki banyak posisi dalam
melakukan postural drainage. Peralatan yang digunakan pada teknik ini bisa
menggunakan bantal dan atau guling.
Berikut
posisi postural draiange pada anak anak.
Untuk
paru kanan dan kiri bagian atas sisi depan.
anak diposisikan tidur terlentang dan
bersandar (45 derajat) pada bantal/ dengan posisi seperti pada gambar
Untuk
paru paru kanan dan kiri bagian atas sisi belakang
anak diposisikan
duduk dengan memeluk guling/ bantal membentuk sudut 45 derajat seperti pada
contoh gambar
Paru kana dan kiri bagian
tengah sisi depan
Pada posisi ini anak cukup
dengan tidur terlentang
Paru
bagian tengah sisi belakang
anak diposisikan
tidur tengkurap beralaskan bantal atau guling seperti gambar disamping
Paru bagian atas sisi
kanan belakang
Anak
diposisikan tidur tengkura dengan sedikit dimiringkan kerah kanan atau kiri
dimana paru yang ada dahaknya diposisikan diatas
Sedangkan untuk melakukan postural
drainage untuk paru bagian bawah anak diposisikan kepala berada di bawah dan
dilakukan secara hati hati agar tidak ada keluhan yang menyertai.
Percusion/Vibrasi/Tapotemen
Merupakan
tepukan yang ritmis dan cepat pada area dada yang ditujukan untuk menggetarkan
dahak yang ada didalam paru agar dahak lebih cepat mengalir ke saluran paru
yang lebih besar. Berikut bentuk telapak tangan saat melakukan tapotemen
Dalam
memberikan teknik ini tidak boleh terlalu keras, ritmik, lembut dan tidak
menyakitkan bahkan anak bisa tertidur saat di lakukan tepukan ini, telapak tangan diposisikan seperti mangkuk
agar tidak sakit/panas dikulit( seperti tampak pada gamabar),jumlah tepukan
yang disarankan adalah 25 kali tiap 10 detik. Dilakukan selama 3 sampai 5 menit
perbagian paru yang akan dikeluarkan dahaknya.
Tepukan diberikan pada punggung anak atau dada depan bersamaan dengan
posisi postural drainage.
Setelah diberikan tepukan ditambahkan
vibrasi/getaran pada rongga dada dengan, dimanan vibrasi diberikan saaat
ekspirasi
Membantu mengeluarkan dahak
pada anak bisa dilakukan sendiri oleh orang tua sehingga dapat dilakukan sehari
dua kali pagi setelah bangun tidur dan sore hari menjelang tidur bahkan bisa
dilakukan sewaktu waktu bila mana perlu ( banyak dahak di paru paru).
Silahkan mencoba tips
diatas, bila kurang jelas silahkan berkujung ke fisioterapi di RSP Respira.
Sumber :
Jeane A.D and Carole
A.Graybill. : Cardiopulmonary physical therapy “ Physical therapy for the child
with respiratory dysfunction., second edition, st louis, 1990,Philadelphia.
Kejadian
henti napas dan henti jantung dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, serta
dapat menimpa siapa saja. Bila seseorang yang mengalami henti napas dan henti
jantung tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka otak dan jantung akan
mengalami kematian dalm waktu 4-10 menit. Sehingga sangat penting kita memahami
cara melakukan Bantuan Hidup Dasar yang tepat.
Bantuan
Hidup Dasar adalah serangkaian usaha
awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang
yang mengalami henti nafas dan atau henti jantung (cardiac arrest).
Bantuan hidup
dasar harus bisa dilakukan oleh seluruh civitas hospitalia.
Tujuan dari melakukan Bantuan Hidup dasar adalah:
Mencegah berhentinya pernafasan
Mencegah berhentinya sirkulasi atau
Memberikan bantuan external terhadap
sirkulasi
dan ventilasi dari pasien yang
mengalami
henti jantung atau henti nafas
melalui
resusitasi jantung paru ( RJP)
Bantuan Hidup Dasar
diusahakan dilakukan secepat mungkin karena jika
terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%. Dan jika terlambat sampai
10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat menyelamatkan korban henti jantung dan
henti napas.
Selain harus cepat memulai resusitasi jantung paru (RJP), sangat
penting juga bagi kita untuk memahami cara
melakukan resusitasi jantung paru yang berkualitas.
Syarat RJP dikatakan berkualitas adalah :
Kompresi di titik tengah dada
dengan siklus 30:2 (30x kompresi, 2x napas buatan)
Kedalaman kompresi sekitar 5-6
cm
Kecepatan kompresi
100-120x/menit
Beri kesempatan dada untuk
mengembang sempurna stelah kompresi
Interupsi minimal Bebaskan
jalan napas dengan posisi head tilt, chin lift (dahi didongakkan, dagu
ditahan), atau posisi jaw thrust(menahan tulang rahang) apabila curiga ada
trauma leher.
Berikan ventilasi secara
adekuat.
Jika alat defibrillator sudah
datang, segera lakukan cek irama dan kejut jantung jika memungkinkan.
RSP Respira secara rutin melaksanakan pelatihan BHD untuk seluruh
karyawan dan pekerja di lingkungan rumah sakit. Dengan tujuan agar seluruh
jajaran karyawan dan pekerja mampu melakukan pertolongan segera apabila
menemukan kejadian henti jantung dan atau henti napas di lingkungan rumah sakit
maupun di luar rumah sakit.
Oleh sebab itu peserta tidak hanya terbatas pada petugas medis, akan
tetapi melibatkan seluruh karyawan baik medis dan non medis, serta pekerja di
lingkungan rumah sakit (juru parkir, satpam, petugas kebersihan, bagian
laundry, bagian dapur) Pada acara ini
seluruh peserta diajarkan cara melakukan resusitasi jantung paru yang
berkualitas.
Langkah-langkah
RJP
D Danger yaitu pastikan
keamanan penolong, pasien, lingkungan
R Respon,cek
kesadaran/respon korban, kemudian .
S Shout,
yaitu minta tolong,
C Circulation
lakukan kompresi segera
A Airway
adalah membebaskan jalan napas
B Breathing.
Yaitu memberikan pernapasan buatan
dr. Tri Setiana Kusumadewi, Sp.PD.,Subsp.PMK(K)
Selamat datang di website kami dengan konsep minimalis namun interaktif.Semoga website RS Paru Respira Yogyakarta dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pelayanan & memberikan informasi secara cepat dan akurat pada masyarakat.