Stop StuntingSekarang Juga!!
Oleh: Nur Handayani, SKM
Stunting…. Kata ini sering kita dengar di iklan layanan masyarakat. Bahkan sekarang banyak diperbincangkan masyarakat, khususnya para ibu. Sebenarnya apa itu stunting. Stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Stunting seringkali dikaitkan dengan riwayat gizi anak dari sejak dalam kandungan ibu. Tentu menjadi hal penting bagi ibu untuk mempersiapkan sejak dini sebelum kehamilan. Terkait dengan gizi, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Momentum ini diharapkan dapat memberikan semangat dan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk dapat memperhatikan dan memenuhi gizi keluarga walaupun saat ini sedang pandemi. Di masa pandemi seperti sekarang ini memberikan pengaruh besar terhadap banyak hal. Imbas terhadap ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan sektor lainnya sangat dirasakan semua kalangan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan makanan yang terganggu, dan hilangnya pendapatan karena COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia. Kondisi semacam ini tentu menjadikan keprihatinan bagi kita semua. Tapi ini bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tapi kita semua harus bergerak bersama demi menekan masalah gizi terutama masalah stunting.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi angka stunting sebesar 30 persen kemudian hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 27,67 persen. Tentu ini menggembirakan, ada penurunan prevalensi angka stunting. Tapi disisi lain, angka ini masih di atas toleransi WHO. Toleransi WHO untuk gizi buruk adalah 10% dan stunting 20%. Pemerintah sendiri telah menyiapkan 5 strategi dalam menurunkan dan mencegah stunting. Targetnya adalah pada 2024 stunting turun menjadi 14%, salah satunya melalui prioritas penanganan stunting yang dilakukan terhadap 260 kab/ kota. Selain itu, kampanye dan edukasi kesehatan dan gizi untuk masyarakat pun perlu untuk dilakukan, sebagaimana edukasi gizi dan bijak konsumsi susu kental manis yang dilakukan oleh PP Aisyiyah. Susu kental manis itu adalah perasa, balita tidak boleh mengkonsumsi sebagai minuman sebelum tidur, jadi bukan untuk kebutuhan pemenuhan gizi.
Itu adalah contoh upaya pemerintah bersama organisasi kemasyarakatan dalam perannya menekan prevalensi stunting di Indonesia. Upaya ini juga harusnya kita dukung dan kita terapkan melalui pemenuhan gizi keluarga. Dalam masa pandemi seperti sekarang selain penerapan 3 M yaitu Memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak menjauhi kerumunan; kita tetap perlu menjaga imunitas dengan salah satunya melalui pemenuhan gizi keluarga. Pemenuhan gizi keluarga disini tidak saja untuk meningkatkan imunitas tapi diperlukan pula dalam rangka mencegah stunting. Berikut ada beberapa tips
mencegah stunting :
- Memenuhi
kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. - Beri
ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan. - Dampingi
ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter. - Terus
memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya. - Selalu
jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Tips di atas mungkin tidak sepenuhnya mudah, tapi masih bisa kita upayakan sebagai orang tua. Karena pada 1000 hari pertama kehidupan anak menjadi hal yang penting diperhatikan ketika mencegah terjadinya stunting. Yang dimaksud 1000 hari pertama kehdupan anak adalah dimulai dari 9 bulan kehamilan atau 270 hari dalam kandungan hingga 2 tahun atau 730 hari setelah lahir. Pada masa ini ada 3 kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk anak, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih ayang/emosi (asih) dan kebutuhan stimulasi (asuh). Nah, pemenuhan asupan makanan dengan gizi optimal adalah salah satu kebutuhan asuh. Begitu pentingnya 100 hari pertama kehidupan anak, maka perlu diupayakan dari semenjak kehamilan, gizi ibu dan janin perlu dioptimalkan. Dalam hal ini ibu hamil cukup mendapat asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, dan asupan mikronutrien seperti vitamin dan mineral supaya janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemudian pada periode menyusui, ibu harus paham betul cara pemberian ASI sehingga anak tidak mengalami kurang gizi. Selanjutnya fase MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) dianjurkan agar makanan dibuat sendiri oleh ibu dirumah. Jangan sampai memberikan MP-ASI yang tidak jelas proses pembuatannya. Pastikan anak mendapat gizi yang baik. Snack yang diberikan kepada anak juga perlu diperhatikan waktunya, yaitu sebaiknya 2 kali sehari diantara waktu makan. Pastikan snack mengandung gizi yang baik seperti buah, pudding atau biskuit yang terjamin keamanan dan nilai gizinya.
Peran bunda dan ayah sangat diperlukan dalam rangka mencegah stunting. Selalu pantau tumbuh kembang anak. Karena dampak negatif stunting nantinya akan sangat mengganggu tumbuh dan kembang anak. Berikut dampak negatif stunting jangka pendek, antara lain : gangguan tumbuh kembang otak yang biasanya anak menjadi mudah lupa, ada gangguan belajar, berkurangnya kemampuan bersosialisasi serta berkurangnya kemampuan memecahkan masalah. Dampak negatif jangka pendek lainnya yaitu IQ rendah dan gangguan sistem imun. Untuk jangka panjangnya, antara lain : perawakan pendek, risiko penyakit diabetes da kanker meningkat, kematian usia muda dan produktifitas menurun.
Begitu besarnya dampak negatif stunting dikemudian hari bagi generasi penerus, penting bagi kita semua untuk mengupayakan pemenuhan gizi keluarga. Walaupun masa pandemi berdampak pada banyak sektor, kita semua harus bersama-sama bergandengan untuk saling membantu melawan Covid-19, terutama pemenuhan gizi keluarga dalam mencegah stunting. Peran pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan, sehingga angka stunting di Indonesia bias ditekan jumlahnya.
Daftar Pustaka
- Kemkes. 2019. Pencegahan Stunting Pada Anak. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting tanggal 28 Maret 2019
- TNP2K. 2019. Upaya TNP2K Dalam Mendukung Pencegahan Stunting di Indonesia. http://www.tnp2k.go.id Tanggal 24 Juli 2020
- Chusna Farisa, Fitria. 2020. Terawan: Angka Stunting di Indonesia Lebih Tinggi dari Ambang Batas WHO. www.kompas.com tanggal 19 November 2020
- Kartinah, Eni. 2020. Angka Stunting di Indonesia Masih Lebih Tinggi dari Toleransi WHO. https://mediaindonesia.com tanggal 27 Februari 2020
- Pinta Karana, Kinanti. 2020. Indonesia: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam kecuali jika tindakan cepat diambil. https://www.unicef.org tanggal 30 Juni 2020
- Humas Litbangkes. 2019. Menggembirakan, Angka Stunting Turun 3,1% dalam Setahun. https://www.litbang.kemkes.go.id tanggal 18 Oktober 2019
- Yasmin, Puti. 20210. Hari Gizi dan Makanan 2021, Pentingnya Nutrisi 1.000 Hari Pertama Anak. https://health.detik.com tanggal 8 Januari 2021
- DR. dr. Aryono Hendarto, SpA(K), MPH. 2020. Pentingnya Nutrisi 1000 Hari Pertama Anak Mencegah Stunting. www.bunda.com tanggal 8 September 2020
Kurniawati Rejeki, Feby. 2021. Hari Gizi Nasional 25 Januari 2021. www.phradio.net tanggal 13 Januari 2021
Write a Comment