Berita

KONSUMSI MAKANAN VERSUS KONSUMSI ROKOK DI INDONESIA

Oleh : Nur Handayani, S.KM

Manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, perlu pemenuhan kebutuhannya. Berdasarkan intensitasnya ada kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Untuk memenuhi hal tersebut memerlukan alat yang pada masa kini berupa uang yang dihasilkan dari hasil mereka bekerja, Kebutuhan pokok, pemenuhannya menjadi prioritas dibanding kebutuhan sekunder dan tersier.

 Kebutuhan makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang mutlak diperlukan manusia dalam kehidupannya. Di negara Indonesia makanan sangat beragam, dan di setiap daerah kaya akan makanan tradisionalnya. Masyarakat cenderung mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok, disertai dengan berbagai lauk-pauk seperti ikan, ayam, sayuran dan rempah-rempah. Sayuran dan buah-buahan juga merupakan bagian penting dari pola makan tradisional.

  Pola makan dulu berbeda dengan pola makan sekarang. Saat ini telah terjadi  perubahan pola makan akibat pengaruh globalisasi, urbanisasi dan perubahan gaya hidup.  Banyak kita temukan makanan saji dan produk olahan yang mengandung lemak jenuh, gula dan garam yang tinggi. Ini yang kemudian menyebabkan peningkatan konsumsi makanan yang tidak sehat, seperti gorengan, makanan instan dan minuman manis.

   Terkait konsumsi selain makanan, ternyata masyarakat Indonesia juga salah satu negara yang juga mengkonsumsi rokok. Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah perokok aktif terbesar didunia. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka perokok di Indonesia, termasuk budaya merokok, iklan rokok yang agresif, ketersediaan rokok, harga yang terjangkau dan kurangnya kesadaran akan bahaya merokok. Merokok seringkali berhubungan  dengan perubahan pola makan yang tidak sehat. Beberapa perokok dapat mengalami kurang nafsu makan, yang dapat mengakibatkan penurunan asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

                  Pebandingan konsumsi makanan dan konsumsi rokok dapat kita lihat pada beberapa data. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, rata-rata pengeluaran per kapita di Indonesia untuk tembakau dan sirih mencapai Rp76.583 setiap bulan pada 2021. Pengeluaran per kapita untuk rokok berada di posisi kedua tertinggi dalam kelompok bahan makanan. Posisinya hanya berada di bawah makanan jadi yang pengeluaran per kapitanya sebesar Rp197.682 setiap bulan.  Setelah rokok, masyarakat Indonesia juga mengeluarkan uang untuk konsumsi padi-padian sebesar Rp69.786 setiap bulan, rata-rata pengeluaran per kapita untuk konsumsi sayur-sayuran sebesar Rp53.864 setiap bulan.  Untuk ikan, pengeluaran per kapitanya sebesar Rp53.534 setiap bulan. Kemudian, pengeluaran per kapita untuk konsumsi telur dan susu sebesar Rp35.241 setiap bulan. Sedangkan data 2022, Selain menjadi pengeluaran per kapita terbesar kedua, rokok juga menjadi penyumbang kemiskinan nomor dua di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), garis kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 505.469/kapita/bulan. Garis kemiskinan makanan sebesar Rp 374.455 (74,08%) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 131.014 (25,92%). Komoditas makanan yang menjadi penyumbang terbesar kemiskinan adalah beras dengan prosentase 23,04% untuk wilayah perdesaan dan 19,38% untuk perkotaan. Telur ayam ras dan daging ayam ras ada di tempat ketiga dan keempat sebagai komoditas penyumbang kemiskinan.

                  Data yang ada memperlihatkan rokok masih termasuk tertinggi dalam konsumsi rumah tangga. Bahkan di atas konsumsi telur, ayam dan tahu tempe. Berdasarkan The Spectators Index yang diambil dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), tentang laki-laki perokok, menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan pertama di dunia dengan jumlah perokok laki-laki tertinggi (70.5%), diikuti oleh negara Myanmar (70.2%) dan Bangladesh (60.6%). Gambaran ini tentu sangat miris ya. Apalagi bila terjadi pada rumah tangga golongan menengah ke bawah. Kepala rumah tangga pada golongan ekonomi ke bawah yang seorang perokok akan banyak berdampak dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi makanan. Kita akan coba kalkulasi, apabila harga rokok sekarang Rp. 20.000 per bungkus habis dalam sehari, bila satu bulan keuangan keluarga akan habis kurang lebih Rp. 600.000 per bulan untuk membeli rokok. Uang sebesar itu  sangat memungkinkan dapat digunakan untuk memenuhi nutrisi keluarga dengan membeli bahan makanan seperti telur, sayuran, buah-buahan, dan protein hewani seperti daging sapi atau ayam.

                  Keluarga dengan kepala rumah tangga perokok aktif, pemenuhan kebutuhan nutrisi cenderung harus berlomba dengan pemenuhan konsumsi rokok. Seringkali kebutuhan nutrisi menjadi tersingkir apalagi harga rokok saat ini mahal. Kebutuhan beberapa bahan makanan pokok dan lauk pauk juga beberapa bisa naik turun harganya. Secara perhitungan bila harga rokok mahal tentu akan dapat mengurangi pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi makanan sehat. Padahal tubuh kita membutuhkan asupan nutrisi seimbang guna mempertahankan imunitas, kesehatan dan kebugaran. Pada keluarga yang masih memiliki anak, tentu ini juga akan berdampak. Anak masih banyak membutuhkan nutrisi seimbang sebagai bekal masa tumbuh kembang anak. Pengeluaran untuk rokok lebih banyak akan mengurangi pemenuhan konsumsi makanan bergizi. Pada kondisi tertentu, karena pengeluaran rokok lebih banyak, tentu pemenuhan kebutuhan makanan hanya berdasarkan kondisi keuangan yang ada, tanpa memperhatikan kandungan nutrisi didalamnya. Akibatnya kebutuhan nutrisi menjadi berkurang.

  Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berkurang pada anak, dapat menganggu tumbuh kembang si anak. Jika tumbuh kembang anak terganggu, bisa mengakibatkan stunting. Selain itu juga dapat mengganggu kesehatan anggota keluarga yang lain. Dampak lebih lanjut adalah  ketika anak-anak mengalami gangguan tumbuh kembang, tentu akan berdampak pada masa depan mereka. Kualitas generasi penerus salah satunya berasal dari nutrisi seimbang. Bila tumbuh kembang terganggu, kualitas generasi penerus menjadi turun. Kemampuan intelektual, kemampuan kerja dan produktivitas menjadi faktor penting yang perlu dikawatirkan, ketika asupan nutrisi kurang. Hal ini kemudian dapat mendorong munculnya kasus-kasus kemiskinan baik di pedesaan maupun perkotaan. Dampak kurangnya asupan nutrisi juga dapat menyebabkan tingginya resiko kematian pada bayi dan anak.

                  Kepala rumah tangga yang seorang perokok, kesehatannya sedikit demi sedikit akan digerogoti oleh racun rokok. Bila akhirnya sakit, tentu akan menjadi beban keluarganya. Perekonomian menjadi terganggu, pemenuhan asupan makan bernutrisi juga akan terganggu. Pengaruhnya tentu tidak saja pada perekonomian, kesehatan juga. Begitu besar dampak konsumsi rokok yang lebih tinggi dari konsumsi makanan bagi keluarga. Gambaran uraian di atas memperlihatkan bahwa kepala rumah tangga yang perokok aktif akan berdampak ke banyak hal. Tentu ini perlu menyadarkan kita bahwa konsumsi rokok tidak ada manfaatnya. Yang ada hanya dampak negatifnya. Perlu untuk kita memahami tentang bahaya rokok tidak saja dari sisi kesehatan, tapi juga sisi lainnya seperti faktor ekonomi maupun faktor kebutuhan makanan sehat.

                  Bila semua keluarga menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan tidak saja untuk diri sendiri tapi juga anggota keluarga lainnya, tentu akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dan secara tidak langsung, akan berdampak pada keberhasilan suatu negara. Mari mulai sekarang hentikan kebiasaan merokok. Terapkan pola hidup sehat.

Daftar Pustaka

CNN Indonesia. 2022. Banyak Orang Indonesia Lebih Pilih Beli Rokok Dibanding Makan Sehat. https://www.cnnindonesia.com/ tgl 31 Mei 2022

CNBC Indonesia. 2022. Bikin Shock! Warga RI Beli Rokok 2x Lebih Gede Dari Telur. https://www.cnbcindonesia.com/ tgl 16 November 2022

Mahdi, Ivan M. 2021. Pengeluaran Penduduk RI untuk Rokok Terbesar Kedua pada 2021. https://dataindonesia.id/ tgl 31 Desember 2021

Idris, Muhammad. 2020. Catatan BPS: Pengeluaran Rokok Lebih Besar dari Kebutuhan Beras. https://money.kompas.com/ tgl 28 April 2020

Zikri, Muhammad. 2023. Lemahnya Pengendalian Rokok, Rawan Ketahanan Makanan Pokok. https://nasional.kompas.com/ tgl 29 mei 2023

IAKMI. Konsumsi Rokok dan Balita Kurang Gizi. http://tcsc-indonesia.org/

Dian Sari, Agnes Marisca. 2016.  Analisis Pengaruh Konsumsi Rokok Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi : Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang

Sharing is caring!

Write a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Waspada Tren Diabetes pada Anak

Oleh : Nur Handayani, S.KM Penyakit gula atau diabetes sering dikira hanya terjadi pada kalangan orang dewasa, terjadi pada …

Gangguan Tidur dan Lansia: Mengapa Tidur Menjadi Tantangan dan Cara Mengatasinya

Oleh : Arifah Budi N, S,Km Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur …

Perbekalan Farmasi Emergensi

Oleh : Adhika Twas Galih Atyanta, S.Farm

Tepangi Lan Cegah Penyakit Pertusis

Oleh : Nur Handayani, S.KM Pertusis inggih menika penyakit infeksi saluran pernafasan ingkang sanget menular ingkang …

Vape dan Bahayanya: Menelaah Dampak Kesehatan dan Lingkungan

Oleh : Shukhalita Swasti Astasari Dalam beberapa tahun terakhir, vape atau rokok elektronik telah menjadi tren di kalangan …