Kembali Mengenal TBC
Oleh : Kristi Riyandini, SKM
Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TBC Sedunia/ HTBS, tema nasiona HTBS tahun ini adalah ‘Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa’. Pengambilan tema ini mengandung harapan agar hati setiap orang tergerak untuk menyadari pentingnya investasi upaya sekecil apapun yang bahkan seorang individu lakukan untuk menanggulangi TBC akan sangat bermakna demi pencapaian eliminasi TBC karena upaya eliminasi TBC bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi tanggung jawab semua sektor dan setiap individu yang ada. Untuk bisa menjadi bagian dari tugas mulia eliminasi TBC untuk selamatkan bangsa, tentunya kita harus lebih mengenal tentang TBC.
TB atau kalau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan TBC, tentunya nama penyakit ini sudah tidak asing ditelinga kita. Indonesia adalah negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi nomer tiga di dunia setelah Cina dengan estimasi 824.000 jumlah kasus dengan kematian sebanyak 13.110 dan hanya 47% kasus yang terlaporkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Global TB Report 2021, WHO). TBC juga menjadi penyebab komplikasi terbesar pada orang dengan HIV dengan jumlah 18.000 kasus orang menderita TBC-HIV sementara kematian akibat TBC pada Orang dengan HIV adalah 4.800 jiwa.
Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan pengobatan TBC secara nasional mengalami penurunan dari 67% di tahun 2019 menjadi 42% di tahun 2020. Ditambah pandemi COVID-19 yang melanda 2 tahun terakhir, menyebabkan upaya penanggulangan TBC berbasis masyarakat mengalami hambatan yang signifikan. Semenjak Pandemi Covid-19 agaknya keberhasilan penanganan TBC mengalami beberapa kendala. Seperti yang terlaporkan dalam Global TB Report 2021, penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia menurun tajam akibat pandemi COVID-19. Adanya wabah virus corona baru ini menyebabkan sebagian besar sumber daya yang ada di masyarakat ditujukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Akibatnya, penanggulangan penyakit lainnya menjadi terabaikan, termasuk TBC. Penurunan penemuan kasus TBC ini dikhawatirkan akan menjadi sumber penularan baru karena mereka yang belum ditemukan adalah sumber penularan TBC di masyarakat. Situasi pandemi memberikan tantangan baru bagi pemangku kepentingan program TBC untuk memulihkan upaya-upaya mengejar Eliminasi TBC secara lebih efektif.
Tuberkulosisatau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dikenal orang dengan sebutan TBC, penyakit 3 huruf, paru-paru basah, flek paru dll. Kuman TBC paling sering menyerang paru-paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, kulit dll. TBC ini bukan penyakit keturunan atau guna-guna .
GEJALA TBC
Gejala Utamanya yaitu batuk terus – menerus (berdahak maupun tidak berdahak) Gejala lainnya :
- Demam meriang berkepanjangan
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Berat badan menurun
- Kadang dahak bercampur darah
- Nafsu Makan Menurun
PENULARAN TBC
Penularan TBC terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TBC yang batuk tanpa menutup mulut. Jika udara yang mengandung kuman TBC tadi terhirup, maka terdapat kemungkinan kita terkena infeksi TBC namun tidak selalu berarti kita akan sakit TBC, bisa jadi kuman TBC tersebut ‘tidur ’(dormant) dalam badan kita.
Kuman ‘tidur’ tidak membuat kita sakit TBC dan kita juga tidak dapat menularkan ke orang lain. Jika daya tubuh menurun kuman TBC yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan memperbanyak diri, maka kita menjadi sakit TBC. TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi si pasien yang sudah dibersihkan seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan oleh pasien TBC.
PEMERIKSAAN TBC
- TB dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak
- Kuman TB dilihat dengan mikroskopis atau dengan menggunakan mesin Tes Cepat Molekuler (TCM)
- Dibutuhkan 2 kali pengambilan dahak pasien yaitu saat datang kelayanan (Sewaktu) dan dahak pagi sesaat setelah bangun tidur (Pagi) atau sebaliknya Pagi dan sewaktu (saat pasien mengantar dahak pagi ke layanan)
- Petugas bisa menambahkan informasi fasilitas pemeriksaan yang ada di layanannya, mikroskop atau TCM
MENCEGAH PENULARAN TBC
- Minumlah obat teratur. Setelah 2 minggu minum obat, maka jumlah kuman akan berkurang dan tidak akan menular ke orang lain.
- Pasien TBC harus menutup mulutnya pada waktu batuk atau bersin.
- Tidak membuang dahak sembarangan. Membuang dahak di tempat khusus dan tertutup seperti ke lubang wc atau wastafel dengan mengalirkan atau menyiram air pada dahak yang telah dibuang.
- Rumah tinggal harus mempunyai ventilasi udara yang baik agar sirkulasi udara berjalan lancar dan ruang/kamar mendapatkan cahaya matahari
PENGOBATAN TBC
Pasien diberikan obat selama 6 bulan atau lebih, diminum secara teratur, lengkap, sesuai dengan dosis yang diberikan sesuai jadwal berobat sampai sembuh. Sebaiknya obat diminum dalam keadaan perut kosong di pagi hari.
Tahap pemberian obat:
- Tahap awal: 2 bulan atau 3 bulan diminum setiap hari (tergantung hasil konversi dahak)
- Tahap lanjutan: 4 bulan atau 5 bulan diminum 3x/minggu
Bila tidak patuh dapat menyebabkan pasien menjadi resistan terhadap Obat Anti TBC (OAT) atau yang paling parah menyebabkan kematian. Obat TBC gratis disediakan oleh pemerintah, dapat diperoleh di Puskesmas, Fasyankes lainnya (petugas dapat memberikan informasi Fasyankes yang menyediakan obat TB gratis dan berkualitas).
APA AKIBATNYA BILA PASIEN TBC TIDAK MINUM OBAT TERATUR?
- Penyakit tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih berat.
- Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain.
- Penyakit menjadi makin sukar diobati karena ada kemungkinan bakteri TBC menjadi kebal, sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal (regimen pengobatan TBC kebal obat). Obat untuk bakteri yang kebal belum tersedia di semua fasilitas kesehatan.
- Perlu waktu lebih lama untuk sembuh.
- Penderita dapat juga menularkan bakteri yang sudah kebal obat pada orang lain.
Sumber:
Global TB Report 2021, WHO
Write a Comment