Keluarga Keren Cegah Stunting
Oleh : Nur Handayani, S.KM
Hari Keluarga Nasional baru saja kita peringati kemarin tanggal 29 Juni 2022. Tema pada tahun ini adalah “Ayo Cegah Stunting Agar Keluarga Bebas Stunting”. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Di Indonesia angka stunting menurut Hasil Pemantaun Status Gizi (PSG) 2017 sebesar 29,6%. Sedangkan berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, prevelensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Artinya, sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting. Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka stunting turun 3,3% dari tahun 2019. Tahun 2021 angka stunting menjadi 24,4%. Angka ini menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih dianggap tinggi karena lebih dari 20%.
Stunting disebakan karena kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun. Penyebab lainnya antara lain karena salah dalam pola asuh, lingkungan yang buruk seperti rumah yang tidak higienis, sanitasi air kurang baik, minim air bersih, dan jamban yang kurang layak. Hal-hal tersebutlah yang kemudian berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Gejala stunting sendiri antara lain : anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya, dan pertumbuhan tulang tertunda. Masalah stunting tidak dapat kita anggap remeh, karena dampaknya berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas generasi penerus bangsa ini. Dampak jangka pendek stunting meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh stunting, tentu perlu diambil tindakan pencegahan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran penting didalam upaya pencegahan stunting. Berdasarkan penelitian “Hubungan Peran Keluarga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Toddler Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember” mengungkapkan bahwa terrdapat hubungan Peran Keluarga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Toddler. Keluarga berperan penting mencegah stunting pada setiap fase kehidupan. Mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, menikah, hamil, dan seterusnya. Untuk itu penting Langkah awal untuk penguatan keluarga sebagai pilar awal pencegahan stunting. Upaya pencegahan dapat dilakukan dari awal perencanaan keluarga, Upaya pencegahan stunting dapat dimulai dari masa sebelum kehamilan. Rencanakan dengan baik kehamilan yang diinginkan oleh calon orangtua, memastikan gizi ibu hamil tercukupi, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan gizi seimbang serta pemeriksaan selama kehamilan.
Langkah pencegahan stunting lainnya tidak terlepas dari pola makan keluarga. Berdasarkan salah satu studi dari Nutrients Journal telah membuktikan bahwa, kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam keluarga terutama orang tua. Ini dikarenakan anak memiliki kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan orang tuanya. Bahkan, pemilihan makan saat masih anak-anak bisa terus terbawa sampai anak menjadi dewasa. Penelitian lainnya oleh Robson et al. juga melaporkan bahwa, pemilihan makan pada anak seperti frekuensi makan, konsumsi sayur dan buah, serta makanan atau minuman manis sangat berhubungan dengan konsumsi makanan keluarga. Hal ini menunjukkan peran keluarga sangat kuat dalam mempengaruhi pola makan anak dan berdampak pada status gizi anak, termasuk kondisi stunting dan obesitas.
Pola makan di masyarakat Indonesia beberapa masih belum menjalankan pola makan yang sehat. Masih ada kecenderungan rendahnya akses dari segi jumlah maupun kualitas makanan yang sehat. Untuk itu perlu keluarga memahami dan menerapkan “Isi Piringku”, dimana dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Penting memperkenalkan ragam makanan dengan gizi seimbang dan membiasakan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, dapat memperbanyak makanan dengan kandungan protein tinggi selain tetap membiasakan makan sayur dan buah.
Pola asuh yang benar dan diiringi dengan gaya hidup sehat juga digadang-gadang dapat mencegah terjadinya stunting dalam keluarga. Untuk itu, orangtua diharapkan mau memperkaya diri dengan informasi yang benar tentang pola asuh terkait dengan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan aktifitas anak serta tentang kesehatannya. Pola asuh yang baik dapat dengan menerapkan praktik pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan kemudian dilanjutkan ASI kembali hingga 2 tahun dan didampingi oleh makanan pendamping ASI (MP-ASI). Orangtua juga dapat membekali diri anak-anak dengan kesehatan reproduksi dan pemenuhan gizi mereka.
Keluarga juga disarankan untuk menjaga kebersihan tempat tinggal, mencakup sanitasi lingkungan dan air bersih. Pastikan sumber air layak pakai. Mata air juga sebaiknya jauh dari tempat pembuangan kotoran atau limbah dengan minimal jarak 10 meter. Lingkungan dan sumber air yang tidak bersih membuat anak rawan terkena infeksi penyakit. Data WHO menyebutkan bahwa infeksi, seperti diare, pneumonia, dan cacingan, dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. Paparan bakteri menimbulkan dampak inflamasi, kerusakan sistem pencernaan, dan berkurangnya kemampuan tubuh anak menyerap nutrisi. Selain itu orangtua juga perlumemberikan edukasi dan membiasakan tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat, contohnya orangtua dapat mengajarkan anak untuk dapat membiasakan membuang sampah pada tempatnya, rutin gosok gigi dan rutin cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Kebiasaan tersebut tentunya juga sejalan dengan apa yang dilakukan orangtua sehingga kebiasaan yang diajarkan ke anak dapat konsisten.
Setiap keluarga tentunya mengharapkan kelak anak-anak bisa tumbuh sehat dan sukses. Dengan menjadi keluarga keren yang mampu dan berdaya guna dalam memberikan nutrisi terbaik untuk anak, memberikan pola asuh yang benar, mengupayakan terciptanya sanitasi lingkungan yang bersih, pemenuhan air bersih, memperkaya diri dengan informasi pola hidup sehat, serta selalu berupaya memantau dan menjaga kesehatan anggota keluarganya, tentu dapat meminimalisir tejadinya resiko stunting pada anak. Anak akan mendapat kesempatan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sehingga kelak akan muncul generasi penerus yang berkualitas. Yuk, kita mulai ciptakan keluarga keren dari sekarang, dan sebarkan hal positif dilingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa Maulid, dkk. 2019. Hubungan Peran Keluarga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Toddler Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. repository.unmuhjember.ac.id
Harfika, Aviani. 2022. Peran Keluarga dalam Cegah Stunting dan Obesitas. https://linisehat.com tanggal 27 Januari 2022
Humas Litbangkes Kementrian Kesehatan RI. 2021. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021. https://www.litbang.kemkes.go.id tanggal 28 Desember 2021
Humas Litbangkes Kementrian Kesehatan RI. 2021. Angka Stunting Turun di Tahun 2021. https://www.litbang.kemkes.go.id tanggal 28 Desember 2021
Kementrian Sekretariat Negara RI. 2022. Tahun 2022 Angka Prevalensi Stunting Harus Turun Setidaknya 3%. https://stunting.go.id tanggal 11 Mei 2022
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Pencegahan Stunting Pada Anak. https://promkes.kemkes.go.id tanggal 28 Maret 2019
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. http://p2ptm.kemkes.go.id tanggal 10 April 2018
Write a Comment