E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI
E-Cigarette, RACUN YANG BERBALUT TEKNOLOGI
Oleh Aisyah, SKM
Gaya hidup ‘‘menghisap’’ semakin variatif. Nggak cuma rokok, tren menghisap mulai banyak dilakukan dengan shisha dan vape atau vapor atau rokok elektronik. Akhir-akhir ini muncul tren rokok elektrik di Indonesia.
Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e- cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).
Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya.
Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia. Badan kesehatan dunia WHO, merilis bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh perilaku ini membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta dari korban tersebut adalah perokok aktif, mantan perokok dan pengguna “smokeless tobacco” (jenis tembakau hisap tanpa proses pembakaran). Ironisnya, lebih dari 600 ribu korban merupakan perokok pasif atau orang yang berada di sekitar perokok dan turut menghirup asap/uap rokok secara tidak langsung.
Sejarah Rokok Elektronik
Konon, sejak 1963 rokok elektronik sudah ada dan ditemukan pertama kali oleh Herbert A Gilbert. Namun sosok yang pertama kali memproduksinya secara modern adalah Hon Lik, warga berkebangsaan Tiongkok tahun 2003 sehingga ia lebih dikenal sebagai sosok yang mengawali kehadiran rokok elektronik, selanjutnya dipatenkan tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007 dengan berbagai merek. Seperangkat rokok elektronik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru dengan menggunakan tenaga listrik. WHO mengistilahkannya sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap yang kemudian dihirup oleh pengguna.
Struktur dasarnya terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam (atomizer) dan katrid berisi cairan zat kimia. Struktur ini terus mengalami modifikasi dan modernisasi mengikuti perkembangan teknologi, hingga saat ini telah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3 menggunakan sistem tangki dan semakin user friendly , bahkan ada yang modelnya tidak nampak seperti rokok dan terintegrasi dengan perangkat handphone. Di peredaran, rokok elektronik identik dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor, electrosmoke, green cig, smartcigarette , dll. Cairan isi dalam katrid diistilahkan e-juice, e-liquid Sementara aktivitas merokok dengan menggunakan rokok elektronik diistilahkan dengan vaping.
Perkembangan Rokok Elektrik
Rokok electric generasi pertama
- bentuknya seperti rokok konvensional
- Disposable (sekali pakai)
Rokok elektrik generasi 2
- Bentuk seperti pena
- Banyak variasi warna dan model cartridge
- Cartridge dan atomizer terpisah
- Kapasitas battery lebih besar
Rokok electric generasi 3
- Menggunakan system tangki
- Seluruh komponen terpisah
- Modifikasi mudah
- USB stick, bluetooth
Apa yang terkandung dalam rokok elektrik (vape)?
Kandungan pada cairan rokok elektronik berbeda-beda, namun pada umumnya berisi larutan terdiri dari 4 jenis campuran yaitu nikotin, propilen glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa).
- Nikotin ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik. Nikotin adalah zat yang sangat adiktif yang dapat merangsangsistem saraf, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.Selain itu, nikotin terbukti memiliki efek buruk pada prosesreproduksi, berat badan janin dan perkembangan otak anak.
Efek kronis yang berhubungan dengan paparan nikotin antara lain gangguan pada pembuluh darah, seperti penyempitan atau pengentalan darah. Kandungan kadar nikotin dalam likuid rokok elektronik bervariasi dari kadar rendah hingga kadar tinggi.
Namun seringkali kadar nikotin yang tertera di label tidak sesuai dan berbeda signifkan dari kadar yang diukur sebenarnya. Beberapa studi di dunia telah membuktikan inkonsistensi kadar nikotin tersebut. - Propilen glikol adalah zat dalam kepulan asap buatan yangbiasanya dibuat dengan “fog machine” di acara-acara panggungteatrikal, atau juga digunakan sebagai antifrezee, pelarut obatdan pengawet makanan. Zat ini jika dihirup menyebabkaniritasi pernapasan, dan secara kronis menyebabkan asma,mengi (wheezing), sesak dada, penurunan fungsi paru-paru, danobstruksi jalan pernapasan.
Beberapa zat berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:
- Tobacco-specific nitrosamines (TSNAs).
- Diethylene glycol (DEG).
- Logam: partikel timah, perak, nikel, aluminium dan kromiumdi dalam uap rokok elektronik dengan ukuran sangat kecil(nano-partikel) sehingga dapat masuk jauh ke dalam salurannapas di paru.
- Karbonil: karsinogen potensial antara lain formaldehida,asetaldehida dan akrolein. Juga senyawa organik volatile(VOCs) seperti toluena dan p,m-xylene.
- Zat lainnya: kumarin, tadalafl, rimonabant, serat silika.
Rokok elektronik pada awalnya memang pernah digunakan sebagai salah satu alat bantu berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok elektronik secara bertahap di bawah supervisi dokter. Namun pada tahun 2010, WHO tidak lagi merekomendasi penggunaannya sebagai NRT karena beberapa studi menemukan kandungan zat yang dapat menjadi racun dan karsinogen sehingga dinyatakan tidak memenuhi unsur keamanan. Selain kandungannya yang tidak aman dan masalah inkonsistensi kadar di atas, beberapa dampak buruk rokok elektronik lain yang ditimbulkan dan disebutkan dalam literatur ilmiah sebagai berikut:
- Menimbulkan masalah adiksi. Hal ini karena kandungannikotin pada bahan likuid dapat menimbulkan rasa ketagihan,selanjutnya peningkatan kadar plasma nikotin pada penggunarokok elektronik akan menyebabkan peningkatan adrenalindan tekanan darah, serta juga meningkatkan kadar plasmakarbon monoksida dan frekuensi nadi yang dapat mengganggu Efek akut lain berupa penurunan kadar nitritoksida udara ekshalasi dan peningkatan tahanan jalan napas,yang semua berakibat buruk bagi kesehatan. Di AmerikaSerikat, The American Association of Poison Control Centers(AAPCC) melaporkan terjadinya peningkatan keracunanakut akibat nikotin rokok elektronik hingga mencapai jumlah3784 laporan di tahun 2014, meningkat lebih dari 14 kali lipatdari tahun 2011.
- Dapat disalahgunakan dengan memasukkan bahan berbahayailegal seperti mariyuana, heroin dan lain-lain. Hal ini karenapengguna dapat melakukan modifkasi alat sehingga adapeluang dimasukkannya bahan berbahaya tersebut.
- Bahan perisa yang digunakan dapat membahayakan Studi menunjukkan bahwa bahan perisa mungkinsaja aman kalau dimakan, tapi tidak aman kalau dihisap keparu. Ada dua hal sehubungan bahan perisa ini. Pertama,bahan perisa sangat kid friendly sehingga menarik buat anakanak dan remaja.Saat ini lebih dari 8000 variasi
jenis rasa bahan perisa. Kedua, untuk rokok elektronik nonnikotin, bahan perisa digunakan sebagai unsur yang dominan sebagai pengganti nikotin, perilaku sengaja memasukkan bahan perisa ke dalam paru tentu bukan hal yang baik bagi kesehatan karena paru kita seharusnya menghisap oksigen dari udara segar. - Risiko bertambahnya perokok pemula. Studi menunjukkanbahwa seorang yang belum pernah merokok akan mulaimencoba rokok konvensional jika sebelumnya pernahmenghisap rokok elektronik dengan atau tanpa nikotin. Halini karena produk tanpa nikotin juga dapat dianggap sebagailangkah awal bagi pemula,lalu kemudian dapat saja dimasukkannikotin dan lama-lama kadar nikotinnya dinaikkan.Jadi,sepertisengaja “dilatih” untuk jadi perokok. Data penggunaan rokokelektronik di beberapa negara terus mengalami peningkatanbeberapa tahun terakhir,terutama pada usia remajadan pelajar/mahasiswa. Contohnya di Amerika Serikat,penggunanya bertambah tiga kali lipat hanya dalam rentangsetahun yaitu antara tahun 2013 dan 2014, dari 4,5 persen
menjadi 13,4 persen, atau diperkirakan mencapai dua juta siswa SMA dan 450.000 siswa SMP telah menjadi pengguna. - Risiko bertambahnya perokok ganda (dual user) yaitupengguna yang menggunakan rokok konvensional dan rokokelektronik secara bersamaan.
- Mantan perokok kembali merokok karena adanya klaimaman produk rokok elektronik.
- Me-renormalisasi perilaku merokok, maksudnya bahwarokok elektronik dapat meningkatkan daya tarik terhadapmerokok konvesional, karena berdasarkan format dan desaindapat dianggap produk rokok elektronik adalah produkimitasi dari rokok konvensional, sehingga pada akhirnyaperilaku merokok konvensional dianggap perilaku yang tidaknegatif dan biasa-biasa saja. Dengan demikian penggunaan rokok elektronik dapat meningkatkan penerimaan sosial dariperilaku merokok.
- Rokok Elektronik dapat mengganggu kebijakan KTR(Kawasan Tanpa Rokok), yang di tingkat global diistilahkandengan Smoke-Free Areas.
Referensi
- https://jurnalpriangan.com/2016/10/29/inilah-fakta-terbaru-bahaya-rokok-elektrik-vape/
- http://www.fctcuntukindonesia.org/content/berita/dinkes_samarinda_himbau_bahaya_rokok_elektrik_secara_medis
- http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/01/jri-2012-32-1-531.pdf
Write a Comment