Berita

Anak Batuk Enggak Sembuh-Sembuh?Waspadai Penyebab Tersembunyi di Baliknya!

Oleh : Sukhalita. S.K.M

Semua manusia memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri dari bahaya benda asing, termasuk kuman penyebab penyakit. Beberapa respon tersebut antara lain berkedip, bersin, dan batuk. Masing-masing respon tersebut memiliki tujuan masing-masing, tak terkecuali batuk.
Batuk merupakan kondisi yang umum terjadi. Semua kelompok usia bisa saja mengalami kondisi ini, tergantung faktor risiko yang dimiliki masing-masing orang. Batuk umumnya tidak berbahaya, tetapi bisa saja merupakan gejala dari kondisi yang memerlukan pertolongan medis. Jadi, kupas tuntas tentang batuk dalam artikel ini, supaya tidak salah langkah!
Apa itu Batuk?
Batuk adalah bentuk respon alami tubuh untuk melindungi saluran pernapasan, khususnya paru-paru, dari kuman maupun benda asing serta membersihkan jalan napas. Beberapa kondisi bisa memicu terjadinya batuk, baik karena kuman penyebab penyakit, peningkatan produksi dahak, adanya benda asing, bahkan kanker.
Umumnya, batuk bukan merupakan masalah serius karena biasanya dapat sembuh sendiri dalam waktu sekitar dua minggu. Namun, ada juga batuk yang berlangsung selama berbulan-bulan dan dapat menjadi tanda adanya penyakit yang lebih serius.
Untuk mencegah kesalahan dalam penanganan dan mendapatkan perawatan yang tepat, penting untuk mengenali penyebab batuk.

  1. ISPA
    Penyebab paling umum dari batuk kronis pada anak-anak adalah infeksi saluran pernapasan atas. Ini dapat disebabkan oleh salah satu dari lebih dari 100 virus flu.
    “Anak-anak biasanya mengalami sekitar 8-10 kali pilek dalam setahun selama 5-7 hari,” kata William Berger, MD, profesor klinis di departemen pediatri University of California kepada Parents.
    Beberapa gejala batuk kronis akibat flu yang perlu diketahui para orangtua, antara lain:
     demam ringan hingga berat
     ada lendir yang memicu refleks muntah
     batuk parah dengan frekuensi yang lebih lama daripada flu biasa.
  2. ASMA
    Asma dapat menjadi penyebab batuk kronis pada anak karena peradangan dan penyempitan saluran napas yang membuatnya lebih sensitif terhadap pemicu seperti debu, asap, udara dingin, atau aktivitas fisik. Kondisi ini memicu batuk kering berulang, terutama pada malam hari atau saat anak beraktivitas, dan sering disertai sesak napas, napas berbunyi (mengi), serta rasa berat di dada. Karena gejalanya dapat datang dan pergi, asma sering tidak langsung dikenali, sehingga penting bagi orang tua untuk mewaspadai batuk yang sering kambuh dan memeriksakan anak ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat.
  3. POLUSI UDARA DAN ASAP ROKOK
    Paparan asap rokok dan polusi udara dapat membuat anak mudah batuk karena keduanya mengiritasi saluran pernapasan, memicu peradangan, dan meningkatkan produksi lendir. Zat berbahaya dalam asap rokok serta partikel polutan merusak silia (rambut halus pelindung paru) sehingga kotoran dan kuman lebih mudah menumpuk. Akibatnya, saluran napas anak menjadi lebih sensitif dan rentan infeksi, sehingga tubuh merespons dengan batuk untuk membersihkannya.
    Sumber :
    Fadli, dr. Rizal. 2024. Batuk. Halodoc.
    Fensynthia, dr. Gracia. 2025. Menyikapi Batuk pada Anak. Alodokter.
    Puskesmas Kuta Selatan. 2022. 4 Penyebab Batuk Kronis pada Anak-anak

PENYAKIT YANG SERING MUNCUL DI MUSIM PANCAROBA

Oleh : Susilawati, S.K.M

Apa sih Penyakit yang Sering Muncul di Musim Pancaroba

Musim pancaroba adalah periode transisi antara satu musim ke musim berikutnya, misalnya dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Pada masa ini, suhu, kelembapan, angin, dan kondisi lingkungan berubah secara cepat, sehingga tubuh kita menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran  pernapasan.

Penyakit seperti flu, batuk, dan nyeri badan yang muncul bersama demam sering kali disebabkan oleh virus atau kuman yang menyerang sistem pernapasan dan sistem imun tubuh kita yang melemah karena adaptasi terhadap perubahan cuaca.

Contohnya, Influenza (flu) adalah salah satu infeksi virus yang menular dan bisa menyerang ketika kondisi tubuh dan lingkungan kurang optimal.  Sedangkan Common Cold (pilek biasa) adalah infeksi saluran pernapasan atas yang juga sering muncul.

Karena perubahan cuaca:

  • Suhu turun mendadak menyebabkan tubuh “terkejut”, sistem imun melemah.
  • Kelembapan tinggi atau angin dingin menyebabkan virus lebih mudah menyebar.
  • Perpindahan antara ruangan dingin/AC dan luar panas dapat menyebabkan stres pada tubuh.
  • Aktivitas di dalam ruangan lebih sering dapat menjadikan risiko penularan lebih besar.

Dengan demikian, munculnya demam + flu + batuk + badan ngilu‐ngilu di musim pancaroba merupakan pola yang cukup umum.

Gejala Umum

Gejala yang sering muncul pada kondisi seperti ini antara lain adalah:

  • Demam (naik suhu tubuh) atau terasa menggigil.
  • Batuk, bisa batuk kering atau berdahak.
  • Pilek atau hidung tersumbat / meler.
  • Sakit tenggorokan.
  • Nyeri otot dan sendi (badan ngilu‐ngilu, pegal‐pegal) ,sering muncul pada flu.
  • Kelelahan, rasa lemas.
  • Kepala pusing atau sakit kepala.
  • Kadang mual atau muntah pada anak‐anak (jika infeksinya agak berat).

Catatan penting: Gejala‐gejala ini juga bisa muncul pada berbagai penyakit lain (misalnya infeksi bakteri, pneumonia, COVID‐19), sehingga jika gejala berat atau berlangsung lama, sebaiknya konsultasi ke tenaga medis.


 Pengobatan

Pengobatan ringan (di rumah)

Untuk kondisi ringan, beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Istirahat cukup, jangan dipaksakan aktivitas berat.
  • Minum banyak air putih agar tubuh tetap terhidrasi.
  • Konsumsi makanan bergizi, hangat (sup, air hangat) untuk membantu pemulihan.
  • Atur udara di ruangan: jangan terlalu dingin/dingin berlebih, jaga kelembapan.
  • Jika ada hidung tersumbat, berkumur dengan air hangat atau gunakan larutan saline (nasal drop) jika perlu.
  • Untuk nyeri badan/otot bisa menggunakan obat pereda nyeri/pegal ringan setelah konsultasi ke dokter atau apotek.

Perawatan medis

  • Jika infeksi virus (seperti flu), biasanya pengobatan adalah simptomatik (mengurangi gejala) karena banyak virus tidak punya obat khusus yang tersedia untuk semua orang.
  • Jika muncul komplikasi atau gejala berat (sesak napas, demam tinggi >3 hari, batuk berdarah, dsb)  segera ke dokter.
  • Penting: Antibiotik tidak selalu diperlukan karena mayoritas kasus batuk/pilek/flu disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat menyebabkan resistensi bakteri.

Pencegahan

Karena kondisi mudah menular dan mudah muncul di musim pancaroba, langkah pencegahan sangat penting. Berikut beberapa tips:

  • Cuci tangan secara rutin dengan sabun & air mengalir, terutama sebelum makan, setelah dari tempat umum, atau setelah memegang benda‐bersama.
  • Hindari menyentuh wajah (mata, hidung, mulut) dengan tangan yang belum dicuci.
  • Tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin, idealnya dengan tisu atau bagian dalam lengan atas, bukan dengan tangan langsung.
  • Gunakan masker ketika berada di tempat ramai atau saat ada banyak orang batuk‐pilek di sekitar.
  • Jaga kondisi tubuh: istirahat cukup, makan bergizi, hindari stres berlebih agar sistem imun tetap baik.
  • Hindari asap rokok dan lingkungan berasap karena dapat menurunkan daya tahan saluran pernapasan.
  • Jika tersedia dan direkomendasikan, lakukan vaksinasi influenza (terutama bagi kelompok rentan: lansia, anak kecil, ibu hamil, orang dengan penyakit kronis).
  • Jaga kebersihan lingkungan rumah: ventilasi baik, hindari lembap, saat pancaroba perhatikan agar ruangan nggak terlalu dingin atau berangin terus‐menerus.

Sumber :

Kunjungan Kerja Dalam Daerah Komisi D DPRD DIY

Bantul-Rabu (22/10) telah dilaksanakan Kunjungan Kerja Dalam Daerah Komisi D DPRD DIY dalam rangka monitoring terkait Rencana Pembangunan sebagai Upaya Peningkatan Layanan Kesehatan di RS Paru Respira DIY. Dalam sesion ini dilakukan pemaparan mengenai Sejauh mana perkembangan terkait rencana pembangunan Infrastruktur RS Paru Respira oleh dr Tri Setiana Kusumadewi, Sp.PD selaku Direktur Respira di depan Anggota komisi D DPRD DIY. Terkait hal tersebut diharapkan adanya kesamaan persepsi sehingga permasalahan menyangkut proses pembangunan bisa diselesaikan secara bersama dan RS Paru Respira nantinya mampu berperan dan bersaing dalam meningkatkan derajad kesehatan Masyarakat di wilayah DIY dan Jateng.

Sosialisasi Program dan Kebijakan Peningkatan Mutu (PMKP), Keselamatan Pasien (SKP) dan Manajemen Resiko Bagi Pimpinan, PIC Data Mutu dan Seluruh Karyawan RS Paru Respira

Bantul- Kamis (16/10) RS Paru Respira mengadakan sosialisasi Program dan Kebijakan Peningkatan Mutu PMKP,Keselamatan Pasien SKP dan Manajemen Resiko Bagi Pimpinan, PIC Data Mutu dan Seluruh Karyawan RS Paru Respira. Kegiatan ini dilakukan secara Luring maupun Daring di . Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan seluruh staf memahami, menerapkan, dan menjalankan program tersebut secara berkelanjutan sehingga mutu Pelayanan dan Keselamatan pasien akan meingkat secara berkelanjutan, mencakup peningkatan kualitas pelayanan klinis, penurunan risiko kesalahan medis, peningkatan kepuasan pasien, dan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit, secara spesifik, sosialisasi ini bertujuan untuk menciptakan budaya keselamatan pasien dan lingkungan kerja yang aman serta nyaman bagi seluruh staf atau karyawan. Sosialisasi ini juga disampaikan oleh Narasumber yang berkopeten dibidangnya.

Musim Pancaroba Datang, Waspadai Gangguan Pernapasan Ini!

Oleh : Nur Handayani, S.KM

Cuaca Tidak Menentu, Kok Jadi Gampang Sesak dan Batuk?

Belakangan ini, cuaca di berbagai daerah terasa sulit ditebak. Pagi bisa panas terik, siang tiba-tiba hujan deras, lalu malamnya udara menjadi lembap dan dingin. Kondisi cuaca yang berubah-ubah seperti ini sering disebut sebagai musim pancaroba. Tak sedikit orang mengeluhkan lebih mudah terkena batuk, pilek, atau bahkan sesak napas di masa seperti ini. Tapi, apa sebenarnya hubungan antara cuaca tidak menentu dan kesehatan paru-paru kita?

Mengapa Cuaca Bisa Mempengaruhi Pernapasan?

Perubahan suhu dan kelembapan udara dapat memengaruhi cara kerja sistem pernapasan. Udara dingin dan lembap, misalnya, bisa memicu penyempitan saluran napas pada beberapa orang, terutama penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, cuaca ekstrem juga berdampak pada kualitas udara. Ketika hujan turun setelah periode panas panjang, debu dan polutan di udara bisa naik dan terhirup oleh manusia, memicu iritasi di saluran napas.

Tidak hanya itu, perubahan cuaca seringkali diiringi dengan penurunan daya tahan tubuh. Virus penyebab infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), seperti influenza dan rhinovirus, lebih mudah menular di lingkungan yang lembap dan padat. Akibatnya, jumlah penderita batuk, pilek, dan sesak napas meningkat saat musim pancaroba tiba.

Penyakit yang Sering Muncul Saat Cuaca Tidak Menentu

Beberapa penyakit yang sering muncul atau kambuh saat cuaca tidak stabil antara lain:

• Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) – Ditandai dengan batuk, pilek, demam, dan tenggorokan kering.

• Asma – Cuaca dingin, debu, dan polusi dapat memicu kambuhnya gejala asma.

• Bronkitis – Radang saluran napas akibat infeksi atau paparan polusi udara.

• Alergi saluran napas – Debu, serbuk, dan jamur mudah berkembang di cuaca lembap.

• Pneumonia – Infeksi paru yang menyebabkan sesak napas dan demam tinggi.

Langkah Pencegahan dan Tips Menjaga Paru Tetap Sehat

Meski cuaca tidak bisa kita kendalikan, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan paru-paru agar tetap optimal. Berikut beberapa langkah mudah yang bisa diterapkan:

1. Gunakan masker saat berada di luar ruangan, terutama ketika kualitas udara sedang buruk.

2. Perbanyak minum air putih untuk menjaga kelembapan saluran napas.

3. Jaga kebersihan rumah, terutama sirkulasi udara dan ventilasi.

4. Hindari rokok dan paparan asap, termasuk asap kendaraan dan pembakaran sampah.

5. Konsumsi makanan bergizi seimbang, terutama yang mengandung vitamin C dan antioksidan.

6. Istirahat cukup dan olahraga ringan secara rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

7. Pertimbangkan vaksinasi influenza atau pneumonia untuk perlindungan tambahan.

Kapan Harus ke Dokter Paru?

Segera periksakan diri ke dokter bila kamu mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu, sesak napas yang makin berat, nyeri dada, atau dahak bercampur darah. Pemeriksaan fungsi paru, rontgen dada, atau konsultasi dengan dokter spesialis paru dapat membantu menemukan penyebab dan penanganan yang tepat.

Cuaca yang tidak menentu memang bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap gangguan pernapasan. Namun, dengan gaya hidup sehat dan kewaspadaan sejak dini, paru-paru kita tetap bisa terlindungi. Jangan ragu untuk memeriksakan kondisi pernapasan ke fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Paru agar mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat waktu. Menjaga paru berarti menjaga napas kehidupan.

Referensi

1. World Health Organization (WHO). (2023). Air Pollution and Health.
2. Kementerian Kesehatan RI. (2024). Situasi ISPA di Indonesia.
3. Ikatan Dokter Indonesia (IDI). (2024). Panduan Penanganan ISPA dan Asma.
4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). How Weather Affects Respiratory Health.
5. Journal of Pulmonary Medicine (2023). Seasonal Impacts on Respiratory Diseases.

Sosialisasi Tata Naskah dan Pemaparan Hasil Survei Standar Kepuasan Masyarakat 2025

Dalam rangka memperkuat transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, pada hari Selasa (15/9/2025), Rumah Sakit Paru Respira menyelenggarakan sosialisasi tentang Tata Naskah sekaligus pemaparan hasil Survei Standar Kepuasan Masyarakat 2025 di Ruang Amarta. Acara ini dihadiri oleh pejabat struktural, fungsional dan staf layanan publik. Acara dibuka dengan paparan mengenai teknik pengelolaan surat-menyurat dan dokumentasi resmi yang sesuai standar. Selanjutnya, hasil survei menunjukkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) berada di angka 84,60 , Capaian ini mengalami peningkatan dimana capaian sebelumnya sebesar 84,02 dengan aspek keterampilan petugas dan prosedur layanan sebagai keunggulan, sementara efisiensi alur layanan dan fasilitas publik menjadi fokus perbaikan ke depan. Diskusi interaktif kemudian digelar untuk menggali masukan dari peserta dan merumuskan langkah tindak lanjut guna meningkatkan kualitas pelayanan di masa depan.

Kegiatan Orientasi Mahasiswa di RS Paru Respira

Rumah Sakit Paru Respira kembali menerima kedatangan mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan dalam kegiatan Orientasi Mahasiswa yang dilaksanakan di ruang Amarta lantai 3. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan visi, misi, nilai, serta tata tertib yang berlaku di lingkungan RS Paru Respira. Melalui orientasi ini, para mahasiswa diharapkan dapat memahami budaya kerja rumah sakit, sistem pelayanan, serta peran dan tanggung jawab mereka selama menjalani praktik atau magang. Dengan pembekalan yang diberikan, mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan baik dan berkontribusi dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di RS Paru Respira.

BERNAPAS UNTUK MASA DEPAN, JAGA KESEHATAN PARU-PARU KITA

Oleh : Susilawati, S.K.M

       Setiap hari, rata-rata orang dewasa bernapas sekitar 20.000 kali. Sebagian besar dari kita melakukannya tanpa berpikir. Namun, di balik setiap tarikan dan hembusan napas, ada organ luar biasa yang bekerja tanpa henti yaitu paru-paru.

Paru-paru berfungsi sebagai sistem penyaringan dan pertukaran gas vital bagi tubuh. Mereka mengambil oksigen dari udara yang kita hirup dan mengalirkannya ke seluruh tubuh melalui darah. Oksigen ini menjadi bahan bakar bagi setiap sel, organ, dan jaringan. Pada saat yang sama, paru-paru membuang produk limbah berupa karbon dioksida.

Mengingat perannya yang sangat krusial, menjaga kesehatan paru-paru adalah salah satu investasi terbaik untuk kualitas hidup dan umur panjang.

Kesehatan paru-paru kita terus-menerus ditantang oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :

  • Asap Rokok : Merokok adalah penyebab utama penyakit paru-paru yang dapat dicegah, termasuk kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Asap rokok mengandung ribuan zat kimia beracun yang merusak struktur paru-paru, melumpuhkan sistem pembersihan alaminya, dan menyebabkan peradangan kronis. Perokok pasif juga berisiko tinggi.
  • Polusi Udara (Ancaman Tak Terlihat): Partikel halus dari asap kendaraan, emisi industri, pembakaran sampah, dan debu jalanan dapat terhirup dalam-dalam ke paru-paru. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan asma, PPOK, dan bahkan kanker paru. Polusi di dalam ruangan (dari asap dapur, jamur, bahan kimia pembersih) juga sama berbahayanya.
  • Infeksi Pernapasan: Virus seperti influenza dan SARS-CoV-2, serta bakteri penyebab pneumonia dan tuberkulosis (TBC), dapat menyebabkan kerusakan serius pada jaringan paru-paru. Infeksi yang berulang atau parah dapat meninggalkan bekas luka permanen.
  • Paparan di Tempat Kerja (Risiko Tersembunyi): Pekerja di sektor konstruksi, pertambangan, pertanian, dan manufaktur sering terpapar debu silika, asbes, asap kimia, dan zat berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan penyakit paru akibat kerja.

Waspadai beberapa gejala yang sering muncul jika terjadi sesuatu yang salah pada paru-paru anda :

  • Batuk Kronis: Batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu.
  • Sesak Napas: Kesulitan bernapas atau merasa tidak cukup mendapatkan udara, terutama saat beraktivitas.
  • Produksi Dahak Berlebih: Menghasilkan banyak lendir atau dahak selama lebih dari sebulan.
  • Mengi (Wheezing): Suara siulan bernada tinggi saat Anda bernapas.
  • Batuk Darah: Mengeluarkan darah atau lendir bercampur darah saat batuk.
  • Nyeri Dada Kronis: Rasa sakit atau tidak nyaman di area dada yang berlangsung lebih dari sebulan, terutama yang memburuk saat bernapas atau batuk.

Sebagian besar penyakit paru-paru dapat dicegah. Beberapa kebiasaan sehat ini dapat membantu anda  menjaga paru-paru tetap kuat.

  1. Katakan TIDAK pada Rokok: Jika Anda merokok, berhenti adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan. Jika tidak, jangan pernah memulainya. Hindari juga lingkungan yang penuh asap rokok.
  2. Jadikan Udara Bersih Prioritas:
    • Periksa  kualitas udara di area Anda dan kurangi aktivitas berat di luar ruangan saat polusi tinggi.
    • Gunakan masker jika kualitas udara buruk.
    • Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik. Buka jendela secara teratur dan pertimbangkan untuk menggunakan pembersih udara (air purifier).
  3. Berolahraga Secara Teratur: Aktivitas aerobik seperti jalan cepat, berlari, berenang, atau bersepeda melatih paru-paru Anda untuk menjadi lebih efisien dalam menggunakan oksigen. Olahraga memperkuat otot-otot pernapasan Anda.
  4. Makan Makanan Bergizi: Diet kaya antioksidan (ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran berwarna cerah) dapat membantu melindungi paru-paru dari kerusakan. Minum air putih yang cukup juga penting untuk menjaga lapisan lendir di saluran napas tetap tipis.
  5. Lakukan Vaksinasi dan Jaga Kebersihan:
    • Vaksinasi flu, pneumonia, dan COVID-19 dapat mencegah infeksi parah yang merusak paru-paru.
    • Sering mencuci tangan dengan sabun adalah cara efektif untuk mencegah penyebaran kuman penyebab infeksi pernapasan.
  6. Latih Pernapasan Anda: Latihan pernapasan dalam (seperti pernapasan diafragma) dapat membantu meningkatkan kapasitas paru-paru dan membersihkan lendir yang terperangkap.

Kesehatan paru-paru adalah fondasi dari kehidupan yang aktif dan energik. Dengan membuat pilihan gaya hidup yang cerdas dan waspada terhadap ancaman di sekitar kita, kita dapat melindungi organ vital ini sepanjang hidup.

Jangan menunggu sampai Anda merasa sesak untuk peduli. Mulailah menjaga setiap napas Anda, mulai hari ini.

Sumber :

https://www.halodoc.com/artikel/6-tips-yang-wajib-dicoba-untuk-menjaga-kesehatan-paru?srsltid=AfmBOopCRA7tppp6gnG9rA1bqCAxKkfwcqA-yKLaChNpeOISQ-k1P8Me

https://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paru

Generasi Rebahan: Ancaman Nyata Bagi Kebugaran Anak Indonesia

Oleh: Nur Handayani, S.KM

Pernah mendengar istilah “Generasi Rebahan”? Istilah ini muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Masa sekarang ini, semua hal berbau digital. istilah “generasi rebahan” untuk menggambarkan anak muda yang lebih senang duduk manis atau berbaring dengan gadget ketimbang bergerak aktif. Fenomena ini bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan ancaman nyata bagi kebugaran anak Indonesia. Dengan derasnya arus konten media sosial, hiburan tanpa batas, hingga layanan serba instan, tubuh anak-anak kita semakin jarang digerakkan sebagaimana mestinya.

Potret Kebugaran Anak Indonesia

Sejumlah survei menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan:

  • Berdasarkan Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) 2023, dari 1.578 anak usia 10–15 tahun di 34 provinsi, kebugaran jasmani anak Indonesia masih tergolong kurang bugar.
  • Survei SKI 2023 menemukan bahwa 7–8 dari 10 peserta didik usia 13–17 tahun tidak aktif secara fisik minimal 60 menit per hari (76,2%).
  • Bahkan, 62% anak usia sekolah tidur kurang dari 8 jam per hari.

Fenomena ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar dibandingkan bergerak. Jika dibiarkan, generasi muda akan menghadapi risiko kesehatan yang serius.

Dampak Kurang Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik tidak hanya menurunkan kebugaran, tetapi juga membawa konsekuensi jangka panjang :

  • Kurangnya aktivitas fisik pada anak menimbulkan berbagai risiko kesehatan:
  • Obesitas

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada anak usia 5–12 tahun di Indonesia mencapai 18,8% dan angka ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

  • Menurunnya Kebugaran Jasmani

Anak yang jarang bergerak mengalami penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, dan daya tahan tubuh. Mereka juga lebih cepat lelah saat melakukan aktivitas sederhana.

  • Penyakit Tidak Menular (PTM)

Kebiasaan rebahan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, hingga penyakit jantung di usia muda.

  • Gangguan Mental dan Sosial

WHO (2020) melaporkan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan meningkatnya risiko kecemasan, depresi, serta berkurangnya interaksi sosial pada anak dan remaja.

Rekomendasi WHO untuk Anak dan Remaja

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020) memberikan panduan penting :

  • Anak dan remaja (5–17 tahun) melakukan aktivitas fisik intensitas sedang–berat minimal 60 menit per hari.
  • Membatasi waktu duduk berlebihan dan screen time rekreasional tidak lebih dari 2 jam per hari.

Artinya, aktivitas fisik bukan hanya kebutuhan, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang harus dibiasakan sejak dini.

Cara Mencegah “Generasi Rebahan”

Beberapa langkah pencegahan yang dapat kita lakukan :

  • Jadwalkan Olahraga Teratur:

Luangkan waktu setiap minggu untuk aktivitas fisik seperti berjalan, bersepeda, atau berenang minimal 150 menit per minggu atau 30 menit per hari.

  • Orang tua: membatasi penggunaan gawai, membiasakan olahraga bersama, serta memberi contoh gaya hidup aktif kepada anak-anaknya
  • Tingkatkan Aktivitas Sehari-hari, misalnya
  • Gunakan tangga daripada lift.
  • Lakukan pekerjaan rumah tangga, seperti berkebun.
  • Berdiri atau berjalan-jalan sebentar saat menonton televisi atau berbicara di telepon.
  • Perhatikan Waktu Duduk yang Panjang:
  • Sisihkan waktu setiap jam untuk melakukan peregangan ringan atau berjalan-jalan sebentar untuk melancarkan peredaran darah.
  • Jika pekerjaan membutuhkan duduk lama, cari cara untuk bergerak lebih sering saat istirahat, misalnya ke toilet atau mengambil air.
  • Manfaatkan Teknologi :

Gunakan perangkat pelacak aktivitas atau aplikasi kebugaran di ponsel untuk memantau langkah Anda dan memotivasi diri untuk tetap aktif.

  • Cari Kegiatan yang Menyenangkan :

Temukan hobi yang melibatkan aktivitas fisik, seperti menari, memasak, atau bersepeda, agar aktivitas lebih menyenangkan.

“Generasi rebahan” bukan sekadar istilah populer, melainkan ancaman nyata bagi kesehatan anak Indonesia. Jika tidak segera diatasi, generasi muda akan rentan terhadap masalah kesehatan fisik dan mental yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Membiasakan gaya hidup aktif sejak dini adalah investasi besar untuk Indonesia yang lebih sehat dan produktif.

Referensi

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

World Health Organization. (2020). Guidelines on Physical Activity and Sedentary Behaviour. Geneva: WHO.

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta: Kemenkes RI.

Tremblay, M. S., et al. (2016). Sedentary Behaviour Research Network (SBRN) Terminology Consensus Project. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 13(1), 75.

Warsito, O., et al. (2021). “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Jasmani pada Anak Sekolah Dasar di Indonesia.” Jurnal Gizi dan Kesehatan, 13(2), 45–52.