Berita

TeleRespira

Respiratizen, di masa pandemi dengan kasus memuncak seperti saat ini, yang paling aman adalah periksa via online ( telemedicine) untuk bisa tetap di rumah saja.

Kabar baiknya Rumah Sakit Paru Respira per 5 Juli 2021 membuka layanan periksa online, TeleRespira. Dapat memilih via VideoCall WA atau ZoomMeeting.

Note : Pendaftaran H-1 bisa kontak Whatsapp 083830336210 dengan format DAFTAR TELERESPIRA/NAMA/NO.KTP/UMUR/ALAMAT/TANGGAL KONSULTASI DOKTER.

Dan ingat, jangan lupa berpartisipasi dalam vaksinasi Covid19 sebagai salah satu jalan atasi pandemi ini, serta tetap taat protokol kesehatan setiap saat.

Untuk Respiratizen yang ingin konsultasi Free via chat WhatsApp, bisa akses layanan kami, TANGLET RESPIRA, 08973177779.

Respira, SAHABAT Paru dan Pernapasan Anda

TeleRespira

Respiratizen, di masa pandemi dengan kasus memuncak seperti saat ini, yang paling aman adalah periksa via online ( telemedicine) untuk bisa tetap di rumah saja.
Kabar baiknya Rumah Sakit Paru Respira per 5 Juli 2021 membuka layanan periksa online, TeleRespira. Dapat memilih via VideoCall WA atau ZoomMeeting.
Note : Pendaftaran H-1 bisa kontak Whatsapp 083830336210 dengan format DAFTAR TELERESPIRA/NAMA/NO.KTP/UMUR/ALAMAT/TANGGAL KONSULTASI DOKTER.
Dan ingat, jangan lupa berpartisipasi dalam vaksinasi Covid19 sebagai salah satu jalan atasi pandemi ini, serta tetap taat protokol kesehatan setiap saat.
Untuk Respiratizen yang ingin konsultasi Free via chat WhatsApp, bisa akses layanan kami, TANGLET RESPIRA, 08973177779.
Respira, SAHABAT Paru dan Pernapasan Anda

Berhenti Merokok Sekarang dan Selamanya “Commit to Quit” Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021

Oleh : Nur Handayani, SKM

Hari tanpa tembakau sedunia diperingati setiap tanggal 31 Mei. Peringatan kali ini merupakan tahun kedua diperingati masih kondisi pandemi Covid-19. Hari tanpa tembakau sedunia diperingati dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan tembakau terutama rokok. Dalam sebatang rokok terkandung didalamnya 4000 zat kimia beracun dan 43 diantaranya mengandung zat karsinogenik. Racun utama pada rokok : tar, nikotin, dan karbon monoksida. Bisa dikatakan hampir semua bahan yang terdapat dalam rokok adalah racun yang berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi bila banyak batang rokok yang dihisap selama bertahun-tahun.

  Sudah sering digaungkan gambaran bahaya rokok terhadap kesehatan tubuh seseorang. Dari efek jangka pendek seperti gigi dan jari yang menguning, bau napas dan mulut, mata merah, hingga penyakit berbahaya seperti penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker paru. Walaupun sering digaungkan bahaya rokok, tapi jumlah perokok tiap tahunnya di Indonesia selalu meningkat. Data Riskesdas 2018, prevalensi merokok pada remaja usia 10-19 tahun meningkat dari 7,2% di tahun 2013 menjadi 9,1% pada 2018. Merokok dari usia muda inilah yang dapat memicu menjadi perokok aktif hingga usia lanjut.

  Masalah rokok masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Bayangkan saja  Diperkirakan  sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat rokok. Dan perlu diingat, pandemi Covid-19 belum berakhir, perokok memiliki risiko yang lebih besar terkena kasus yang parah atau bahkan meninggal akibat COVID-19. Ini yang kemudian memicu sebagian perokok untuk berhenti. Saat ini setidaknya, sekitar 60 persen perokok (sekitar 780 juta orang) telah menyatakan keinginannya untuk berhenti. Tapi sayang, hanya ada sekitar 30 persen saja yang memiliki akses alat yang membantu mereka agar penyembuhan bisa berjalan sukses.     Menurut  WHO jumlah  perokok  yang  berhenti  dengan kemauan  sendiri  atau  tanpa  bantuan  pada  tahun  2011  sekitar  70,7%  dan  7% memilih  melalui  konseling (WHO,  2012).

  Banyak  tantangan  yang  harus  dilalui perokok  untuk  berhasil  berhenti  merokok  karena  perokok  akan  merasa  cemas, marah  dan  depresi  ketika  tidak  merokok  untuk  sementara  waktu (Taylor et  al.,2014). Sangat   sedikit   perokok   yang   bisa   berhenti merokok   dalam   waktu   yang spontan.   Hal   tersebut   dikarenakan   pengaruh dari   lingkungan   teman   sebaya, merasa diasingkan jika tidak merokok saat berkumpul bersama teman, munculnya perasaan ketidakmampuan untuk berhenti merokok serta adanya kemampuan daya beli  terhadap  rokok.  Hal  tersebut  yang  menyebabkan  perokok mengklaim  bahwa berhenti  merokok sangat sulit dan  membutuhkan  usaha  yang  lebih  keras  untuk berhasil berhenti merokok(Jannone, &O‘Connell, 2007;Weinstein et al.,2004).

  Menurut Heydari et al., (2014) metode berhenti merokok ada dua yaitu metode  dengan  bantuan  obat  atau  terapi  dan  tanpa pengobatan.  Metode  menggunakan  obat  dan  terapi  tersebut  berupa  terapi pengganti    nikotin    (NRT)    (permen    karet,    tablet    sublingual,    pelega tenggorokan,  inhaler  dan  semprotan  hidung), Champix,  Zybandan  obat-obatan yang diresepkan seperti Bupropion dan Varenicline. Metode lainnya  adalah  metode tanpa  obat  misalnya  akupuntur,  konseling perawat  dan  melalui  telepon  serta  usaha  sendiri. Data  dari Global  Adult  Tobacco  Survei bahwa berhenti  merokok  tanpa  bantuan  merupakan  metode  yang  paling  banyak dilakukan di Indonesia dibandingkan metode-metode lainnya (WHO, 2012).

             Keinginan untuk berhenti merokok senada dengan tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini yaitu “Commit to Quit” atau berkomitmen untuk berhenti merokok. Momentum ini bisa dijadikan momentum dimana perokok dapat berkomitmen untuk berhenti merokok. Karena dengan berhenti merokok, manfaatnya langsung dapat dirasakan langsung. Setidaknya, setelah 20 menit ketika berhenti merokok, detak jantung secara otomatis akan menurun. Dalam 12 jam, tingkat karbon monoksida dalam darah pun turun menjadi normal. Dalam 2-12 minggu sirkulasi pasti akan ikut membaik dan fungsi paru-paru pun ikut meningkat. Kalau dalam waktu 1-9 bulan, batuk dan sesak napas dijamin akan ikut berkurang. Lalu dalam 5-15 tahun, risiko stroke seseorang pun bisa ikut berkurang menjadi bukan perokok. Kalau dalam 10 tahun, tingkat kematian akibat kanker paru-paru hanya sekitar setengah dari perokok.

            Keinginan berhenti merokok bukan perkara yang mudah bagi perokok tapi bukan hal mustahil bila ada kemauan yang kuat. Kebiasaan merokok yang bertahun-tahun membuat perokok sulit melepas kebiasaan buruk tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perokok ketika memutuskan untuk berhenti merokok, antara lain :  Bulatkan Tekad Berhenti Merokok, Membiasakan Berhenti Merokok, Kenali Waktu dan Situasi Kapan Sering Merokok, Mintalah Dukungan dari Keluarga dan Kerabat, Tahan Keinginan dengan Menunda, Berolahraga secara Teratur, Konsultasi dengan Dokter. Yuk, jadikan Hari Tanpa Tembakau Sedunia kali ini menjadi momentum untuk HIDUP SEHAT TANPA ROKOK.

Daftar Pustaka

Jannone, L., & O‘Connell, K. A. (2007). Coping strategies used by adolescents during  smoking  cessation. The Journal  of  School  Nursing :  The  Official Publication of the National Association of School Nurses, 23(3), 177–184.

Kemenkes.  (2018).  Riset  Kesehatan  Dasar  (Riskesdas)  2018.

Taylor, G., McNeill, A., Girling, A., Farley, A., Lindson-Hawley, N., & Aveyard, P.  (2014).  Change  in  mental  health  after  smoking  cessation:  systematic review  and  meta-analysis. BMJ  (Clinical  Research  Ed.), 348(February), g1151.

Taylor, S. E. (2014). Health Psychology [8th Edition]. New York: McGraw-Hill.

Taylor, S. E., &Stanton, A. L. (2007). Coping Resources, Coping Processes, and Mental Health. Annual Review of Clinical Psychology, 3(1), 377–401.

Weinstein,  N.,  Slovic,  P.,  &  Gibson,  G.  (2004).  Accuracy  and  optimism  in smokers‘ beliefs about quitting. Nicotine  &  Tobacco  Research, 6(6),  375–380.

World  Health  Organization.  (2012). Global  Adult  Tobacco Survey:  Indonesia Report 2011.

Heydari, G., Masjedi, M., Ahmady, A. E., Leischow, S., Lando, H., Shadmehr, M. B.,  &  Fadaizadeh,  L.  (2014).  A  comparative  study  on  tobacco  cessation methods:   A   quantitative   systematic   review. International   Journal   of Preventive Medicine, 5(6), 673–678.

Promkes, Kemkes. (2018).7 Tips Ampuh Berhenti Merokok Bagi Anda yang Perokok Berat. https://promkes.kemkes.go.id 29 Mei 2018

Desiree, Anastasia. (2021). WHO Beberkan 4 Fakta Jelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021. https://www.idntimes.com 2 Mei 2021

Reskiaddin, La Ode. (2018). MENGAPA SAYA BERHENTI MEROKOK? Kajian Kualitatif Mengenai Dukungan Sosial dan Mekanisme Coping untuk Berperilaku Sehat. Yogyakarta : Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Peran Perempuan dalam Penanggulangan Covid-19

Oleh : Shukhalita Swasti Astasari, S.KM

Kemajuan jaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan di Indonesia. Pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan hanya berhak mengurus rumah telah berubah dengan adanya emansipasi yang menyebabkan perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki-laki. Perjuangan untuk memiliki pemikiran dan tindakan yang modern bagi perempuan dengan tegas diserukan oleh RA. Kartini.

Perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam berusaha dan bekerja, laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama dalam berbagai bidang kehidupan. Kemampuan perempuan semakin tampak dalam berbagai pekerjaan dan profesi serta kualitas pekerjaannya pun tidak lebih rendah daripada laki-laki. Kemajuan dan karir yang dicapai perempuan jelas melalui perjuangan tanpa perbedaan atau diskriminasi gender.

Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki bukan berarti perempuan harus meninggalkan tugas nya sebagai seorang perempuan, misalnya saja menjadi seorang ibu. Dengan demikian perempuan memiliki peran ganda yaitu menjadi wanita karir dengan tanpa meningggalkan kodrat kewanitaannya.

Dalam masa pandemic Covid-19 saat ini, peran perempuan sangat penting. Terbukti dari banyaknya perempuan yang ikut aktif dalam penanganan Covid-19 di berbagai sector. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan, berdasarkan keterangan dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada April 2020, jumlah dokter laki-laki dan perempuan yang menangani pandemi rasionya seimbang.

“Peran perempuan dalam kehidupan sosial sehari-hari juga tidak dapat dikesampingkan, terutama dalam pencegahan dan penanganan Covid-19,” kata Bintang dalam keterangan rilis di Jakarta. Selama pandemi Covid-19, lanjut dia, perempuan pun ikut maju di garda terdepan sebagai tenaga kesehatan.”

Beliau berpendapat, meski mengemban tugas domestik dan harus meninggalkan keluarga, perempuan rela mengabdi dan berkorban menyelamatkan nyawa. “Tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan, telah menyumbangkan jasa yang luar biasa hingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Perjuangan ini nyatanya tidak terlepas dari peran perempuan,” terang dia. Bintang menuturkan, andil perempuan dalam kehidupan sosial juga sangat besar, seperti memastikan kondisi kesehatan keluarganya, hingga membawa perubahan sosial terkait peningkatan pengetahuan dan kedisiplinan di lingkungan sekitar. Dengan begitu, kata dia, upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 pada klaster keluarga dapat dilakukan dengan lebih efektif melalui pemberdayaan perempuan sebagai agen keluarga.

Begitu banyak peran perempuan dalam berbagai bidang terutama kesehatan, yaitu ikut berperan serta dalam penanggulangan covid-19 baik sebagai tenaga kesehatan, maupun sebagai ibu yang mendukung pencegahan dan penanganan Covid-19 di tingkat keluarga.

Sumber :

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. 2015. Peran Perempuan di Berbagai Bidang.https://up45.ac.id/artikel/peran-perempuan-di-berbagai-bidang/. Diakses pada tanggal 27/04/2021

Prabowo, Dani & Adiyta NR. 2020. Menteri PPPA Peran Perempuan Dalam Penanganan Covid-19 Tak Dapat Dikesampingkan. https://nasional.kompas.com/read/2020/12/18/11212091/menteri-pppa-peran-perempuan-dalam-penanganan-covid-19-tak-dapat. Diakses pada tanggal 27/04/2021.

Anda Perokok? Waspadai PPOK!

Oleh: Arifah Budi Nuryani, S.KM

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. PPOK dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun penyebab PPOK yang paling utama yaitu merokok. Kondisi PPOK  tidak boleh dianggap sepele karena penyakit ini menyerang paru-paru dan dapat berdampak yang sangat berbahaya, bahkan bisa berujung pada kematian. Ironisnya, penyebab utama penyakit ini ternyata adalah kebiasaan merokok. 

PPOK terjadi karena adanya peradangan paru yang kemudian berkembang dalam jangka waktu panjang sehingga menyebabkan aliran udara dari paru-paru terhalang. Pengidap PPOK mengalami kesulitan bernapas karena adanya pembengkakan dan lendir atau dahak. 

Risiko PPOK meningkat pada orang-orang yang sudah lanjut usia dan aktif merokok dalam jangka waktu yang lama. PPOK menyerang orang yang merokok secara aktif maupun pasif sebagai akibat dari paparan asap rokok.

Secara umum proses rokok dapat menyebabkan kerusakan saluran pernafasan adalah bahwa di dalam asap rokok terdapat ribuan zat berbahaya yang sangat merugikan kesehatan. Zat-zat berbahaya tersebut masuk saluran pernafasan selanjutnya menempel pada saluran pernapasan, yang lambat laun dapat bertumpuk di saluran pernapasan sehingga menyebabkan infeksi. Sementara itu produksi mucus makin bertambah banyak dan kondisi ini sangat kondusif untuk tumbuh kuman. Apabila kondisi tersebut berlanjut maka akan terjadi radang dan penyempitan saluran nafas serta berkurangnya elastisitas. Besar kecilnya intensitas dan waktu paparan zat-zat berbahaya dalam asap rokok akan berpengaruh terhadap kondisi saluran pernafasan. Semakin sering terpapar asap rokok maka akan mempercepat terjadinya kerusakan saluran pernapasan. Kondisi inilah yang menyebabkan perokok rentan mengalami PPOK.

PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap awal. Gejala PPOK muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru.

Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK adalah batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak, napas tersengal-sengal (terutama saat melakukan aktivitas fisik), berat badan menurun, nyeri dada, mengi, dan lemas.

Untuk mencegah terjadinya PPOK, salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu dengan berhenti merokok secara total dan juga menghindari paparan asap rokok. Selain itu sebaiknya hindari penyebab-penyebab lain yang dapat menyebabkan PPOK seperti paparan debu serta polusi udara, dan jangan lupa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Referensi:

Adrian, Kevin dr. 2020. Ketahui Penyebab PPOK dan Langkah Pencegahannya. https://www.alodokter.com/ketahui-penyebab-ppok-dan-langkah-pencegahannya

Kemenkes RI. 2008. KMK Nomor 1022/2008 tentang Pendoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis. https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk10222008.pdf

Tamin, Rizki dr. 2020. Penyakit Paru Obstruktif Kronis. https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis#:~:text=Penyakit%20paru%20obstruktif%20kronis%20(PPOK,adalah%20bronkitis%20kronis%20dan%20emfisema.

Tim Halodoc. 2019. Seberapa Buruk Dampak Rokok terhadap PPOK?. https://www.halodoc.com/artikel/seberapa-buruk-dampak-rokok-terhadap-ppok Susanti, Putri Fitriana Eka. 2015. Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/612

Hari Kesehatan Dunia 7 April Dunia yang Lebih Adil dan Sehat

Oleh: Kristi Riyandini, SKM

Hari Kesehatan Dunia atau World Health Day dirayakan setiap tahun pada tanggal 7 April. Perayaan ini juga dilakukan untuk menandai didirikannya organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 1948. Pada tahun 1948, WHO mengadakan Majelis Kesehatan Dunia untuk pertama kalinya. Pada agenda tersebut, majelis memutuskan untuk merayakan 7 April sebagai Hari Kesehatan Dunia yang dirayakan pertama kalinya pada 1950. World Health Day ini setiap tahun memperhatikan topik kesehatan tertentu yang menjadi perhatian orang-orang di seluruh dunia.

Tahun 2021 ini, di tengah pandemi global Covid-19, tema Hari Kesehatan Dunia adalah “Building a fairer, healthier world” (Membangun dunia yang lebih adil dan lebih sehat). Dalam perayaan ini, WHO mengundang masyarakat global untuk turut serta bergabung dalam kampanye membangun dunia yang lebih adil dan lebih sehat.

Menurut WHO, dalam situasi pandemi ini, ada beberapa kelompok masyarakat yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dengan sedikit pendapatan harian, memiliki kondisi perumahan dan pendidikan yang lebih buruk, lebih sedikit peluang kerja, mengalami ketidaksetaraan gender yang lebih besar, serta memiliki sedikit atau tidak ada akses ke lingkungan yang aman, air dan udara bersih, ketahanan pangan dan layanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu serta kematian dini.

WHO juga mengungkapkan bahwa Covid-19 telah menghantam semua negara, tetapi dampaknya paling parah diderita oleh komunitas yang sudah rentan, yang lebih mudah terpapar penyakit, dan cenderung tidak memiliki akses ke layanan perawatan kesehatan yang berkualitas.“WHO berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap orang, di mana pun, dapat mewujudkan hak atas kesehatan yang baik,” tulis WHO di laman resminya.

Hak atas Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 25 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Pada lingkup nasional Hak atas kesehatan juga dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pandemi Covid-19 dan Hak Atas Kesehatan

Pandemi Covid-19 yang telah setahun lebih berlangsung tentunya memberikan dampak yang luar biasa disegala aspek, Pandemi Covid-19 turut  memberikan dampak terhadap hak asasi manusia. Amnesty International Indonesia mencatat setidaknya ada empat hak asasi manusia yang terdampak akibat pandemi global ini salah satunya adalah hak atas kesehatan.

Apa yang saat ini bisa kita lakukan sebagai pribadi untuk bisa mewujudkan hak kesehatan diri dan orang lain?

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, mematuhi dan melaksanakan protokol kesehatan 5 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan, dan Mengurangi Mobilitas) dimanapun kita berada adalah salah satu cara kita memenuhi hak kesehatan atas diri kita dan orang lain. Dengan menerapkan protokol kesehatan 5M, artinya kita telah membantu dalam menekandan memutus kemungkinanan terjadinya penularan Covid-19 dari orang satu ke yang lain. Membantu pemerintah dalam memutus rantai penularan Covid-19 adalah tugas kita semua. Mari lindungi diri, keluarga dan lingkungan untuk membangun dunia yang lebih sehat.  

Sumber :

World Health Organization: World Health Day http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_health_day/en/. Diakses 6 Maret 2021

Perwira, Indra. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. https://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/12/Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi_Manusia.pdf. Diakses 6 Maret 2021

LBH Masyarakat : Buku Saku Hak Atas Kesehatan. https://lbhmasyarakat.org/wp-content/uploads/2020/01/Buku-Saku-Hak-Atas-Kesehataan.pdf. Diakses 6 Maret 2021

Amnesty International: COVID-19 dan Hak Asasi Manusia. https://www.amnesty.id/covid-19-dan-hak-asasi-manusia/.Diakses 6 Maret 2021

https://www.who.int/westernpacific/news/events/world-health-day

Wikipedia : Hari Kesehatan Sedunia. https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Kesehatan_Sedunia diakses 6 Maret 2021

Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis

Oleh : Nur Handayani, SKM

Masa pandemi Covid-19 belum berakhir. Kita masih tetap harus menerapkan protokol kesehatan 5 M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas. Pada saat pandemi kita terfokus hanya dengan pencegahan dan penanganan terkait Covid-19. Tapi kewaspadaan terhadap Covid-19 jangan sampai membuat kita lengah dengan beberapa penyakit, salah satunya penyakit Tuberkulosis atau TBC.

                  TBC adalah penyakit  infeksi  menular  yang  disebabkan  oleh  bakteri Mycobacterium  tuberkulosis,  yang dapat  menyerang  berbagai  organ,  terutama paru-paru. Kuman  ini  berbentuk  batang,  mempunyai  sifat khusus  yaitu  tahan  terhadap  asam  pada  pewarnaan.  Oleh  karena  itu  disebut  pula sebagai  Basil  Tahan  Asam  (BTA). Basil  ini  tidak  berspora sehingga  mudah  dibasmi  dengan  pemanasan,  sinar  matahari  dan  sinar  ultraviolet, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang  gelap  dan  lembab.  Dalam  jaringan  tubuh  kuman  ini  dapat  dormant,  tertidur dalam beberapa tahun.

                  Mengacu pada, WHO Global TB Report tahun 2020, masih terdapat 10 juta orang didunia jatuh sakit  karena TBC dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal karenanya. Ditambah  lagi, 251 ribu orang yang meninggal karena TBC disertai dengan HIV positif. Indonesia termasuk delapan Negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC diseluruh dunia, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Mengingat tingginya kasus dan beban kematian akibat tuberkulosis,dunia telah berkomitmen untuk bebas TBC pada tahun 2050.

                  Mengatasi kasus TBC dan beban kematian akibat TBC, tentu menjadikan penanganan yang tidak main-main. Tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dalam pencegahan dan penanganan penyakit TBC tapi juga seluruh elemen masyarakat. Ada beberapa populasi yang rentan terhadap penyakit TBC, antara lain orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah terutama orang dengan HIV-AIDS (ODHA), orang dengan kekurangan gizi atau malnutrisi, orang yang sedang menjalani terapi antikanker atau sedang menjalani dialisis dan anak-anak. Penularan TBC pada anak biasanya terjadi karena penularan dari orang dewasa yang kemudian infeksi bakteri terbawa oleh seorang anak yang kemungkinan akan kambuh di saat ia dewasa atau bahkan pada saat usia anak yang membuat anak tersebut harus menjalani pengobatan selama 6 bulan dengan dosis orang dewasa. Berdasarkan laporan WHO diperkirakan sebanyak 1,12 juta anak didunia terinfeksi TBC. TBC menular melalui percikan ludah dari seorang penderita kepada orang yang berada didekatnya.  Salah satu populasi yang mempunyai risiko tinggi terjadinya penularan TBC adalah pada anak dan balita. Sistem imunitas anak masih belum optimal sehingga mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk sakit TBC.

                  Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis atau TBC Sedunia. Di tanggal inilah pertama kalinya Robert Koch menemukan bakteri TBC (Mycobacterium tuberculosis). Hari TBC sedunia diperingati untuk menggugah kepedulian semua orang terkait pemahaman tentang penyakit TBC dan upaya pencegahannya. Tema hari TBC sedunia tahun 2021 adalah “The Clock is Ticking..”, yang memiliki makna semakin terbatasnya waktu untuk mencapai target eliminasi TBC 2030. Sedangkan tema nasional adalah Setiap Detik Sangatlah Berharga Untuk Dapat Mengeliminasi Kasus TBC, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis. Posisi kedua dengan peringkat terbanyak kasus penyakit TBC  membuat Indonesia harus segera mempercepat eliminasi TBC. Mengapa eliminasi TBC 2030 penting dilakukan karena ada beberapa alasan, antara lain :

  1. TBC merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular sehingga adanya arus globalisasi, transportasi, dan migrasi penduduk antar negara membuat TBC menjadi ancaman serius bagi dunia
  2. Pengobatan TBC tidak mudah dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi
  3. TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistensi obat
  4. TBC menular dengan mudah, yakni melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah dan tempat umum lainnya
  5. Anak yang terbukti terinfeksi TBC laten, jika tidak diobati dengan benar akan menjadi kasus TBC, dimasa dewasanya dan akan menjadi sumber penularan baru

                  Masa pandemi sekarang ini membuat sebagian besar orang dilanda ketakutan. Kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, kecuali bila ada keperluan mendesak. Begitu juga dengan penderita TBC, tentu mengalami hal yang sama. Ada ketakutan terkena virus Covid-19. Ada ketakutan pula bila harus berobat ke pelayanan kesehatan. Ketakutan tersebut tentunya beralasan karena virus Covid-19 mudah menular ketika terjadi kontak erat. Beberapa gejala TBC seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien Covid-19. Covid-19 menyadarkan kita betapa rentannya jika pasien TBC tidak berobat, karena daya tahan tubuh dan kondisi paru mereka juga lebih rentan terinfeksi, Jadi penderita tetap harus menjalani pengobatan rutin sesuai anjuran dokter. Karena kunci dari kesembuhan salah satunya adalah rutin melakukan pengobatan hingga dinyatakan sembuh. Penderita TBC yang melakukan pengobatan melalui pelayanan kesehatan pada masa pandemik tetap harus menerapkan protokol kesehatan 5 M. Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan TBC dengan tata laksana sedemikian rupa, sehingga diharapkan penderita TBC tetap mendapatkan pelayanan dan tidak terjadi putus obat. Penanganan kasus TBC harus serius mengingat kasus TBC terbanyak 75% terjadi pada usia produktif yaitu sekitar 15-54 tahun dimana Lebih dari 25 persen pasien TBC dan 50 persen pasien TBC resisten obat beresiko kehilangan pekerjaan mereka karena penyakit ini. Kesulitan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh TBC menimbulkan halangan akses terhadap diagnosis dan pengobatan dapat meningkatkan risiko penularan infeksi di masyarakat. Situasi ini tentu menghambat pembangunan nasional.

                  Begitu besarnya dampak dari banyaknya kasus TBC tidak saja menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, tapi juga menjadi tanggungjawab semua sektor pemerintahan serta tanggungjawab semua individu. Setiap individu hendaknya memperbanyak informasi tentang penyakit TBC sehingga mampu mengenali gejala TBC dan dapat mencegah penularan penyakit TBC. Kenali gejala TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, mengalami sesak pada pernafasan, berkeringat pada malam hari tanpa aktifitas dan mengalami penurunan berat badan. Lakukan pula pencegahan terhadap penularan TBC dengan menerapkan etika batuk dan bersin seperti : gunakan masker bila batuk dan bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau dapat menggunakan lengan atas bagian dalam, buang tisu yang telah digunakan ke dalam tempat sampah, dan cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Salah satu pendekatan yang dapat mencegah penularan TBC berupa Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC (TOSS TBC). Dengan TOSS TBC ini diharapkan ada partisipasi dan kepedulian setiap individu untuk sama-sama mencegah penularan TBC. Begitu menemukan ada orang terdekat atau diri sendiri yang dicurigai mengalami gejala TBC bisa langsung mendatangi pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan. Deteksi dini akan lebih memudahkan memutuskan rantai penularan TBC.

                  Penanganan TBC yang dilakukan pemerintah dengan kerjasama semua sektor dan setiap individu diharapkan akan membawa Indonesia bebas TBC. Setiap detik sangat berharga dalam upaya mengeliminasi TBC. Ke depan Indonesia dapat mewujudkan generasi yang sehat dan unggul bebas TBC sejak dini. Ayo bersama kita lawan tidak hanya Covid-19 tapi juga TBC. Indonesia sehat Bebas TBC.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Kementrian Kesehatan RI. 2019. Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC. https://promkes.kemkes.go.id tanggal 18 Juli 2019
  2. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pasien TBC Harus Lebih Waspadai Corona. https://www.kemkes.go.id tanggal 24 Maret 2020
  3. ____. 2020. Bersama Menuju ELiminasi TBC dan Melawan Covid-19. https://htbs.tbindonesia.or.id/ tanggal 24 Maret 2020
  4. Kementrian Kesehatan. 2020. Protokol Tentang Pelayanan TBC selama masa Pandemi Covid-19 tanggal 30 Maret 2020
  5. Kementrian Kesehatan RI. 2020.  Penanggulangan Tbc Di Masa Pandemi Covid-19 tanggal 22 Sepyember 2020
  6. Sapto Adhi, Irawan. 2020. 5 Gejala TBC yang Perlu Diwaspadai. https://health.kompas.com tanggal 26 Oktober 2020
  7. Kementrian Kesehatan. 2021. Panduan Peringatan Hari Tb Sedunia 24 Maret 2021

Terapkan Pola Hidup Sehat Untuk Bersama Cegah Kanker Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2021

Oleh : Nur Handayani, SKM

Kanker…..kata ini mungkin sering terdengar di telinga sebagai hal yang mengerikan. Penyakit kanker memang masih menjadi penyebab ketiga kematian terbanyak di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Selain itu penyakit kanker merupakan salah stu penyakit yang banyak menghabiskan pembiayaan yang mahal. Kanker paru salah satu kanker yang paling mematikan di dunia diantara kanker lainnya. Kasus kanker di Indonesia kini telah mencapai 4,8 juta pada 2018. Kasus terbanyak adalah payudara, serviks, dan paru. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.

            Berkaitan dengan kanker, setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai hari kanker sedunia. Peringatan hari kanker ini dicetuskan untuk meningkatkan kesadaran global akan pentingnya pengetahuan tentang penyakit kanker sehingga dapat berupaya untuk mencegah penyakit tersebut. Diperingatinya hari kanker sedunia diawali dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia Pertama di Paris yang mengusung topik tentang melawan kanker. Pada pertemuan ini, para pemimpin lembaga pemerintah dan organisasi kanker dari seluruh dunia menandatangani Piagam Paris Against Cancer, sebuah dokumen yang berisi 10 artikel yang menguraikan komitmen global koperasi. Artikel tersebut berisi hal terkait untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, untuk investasi berkelanjutan dalam dan kemajuan penelitian, pencegahan, dan pengobatan kanker. Tema untuk tahun 2021 adalah “I am and I Will. Together. All our actions matter.” Tema ini dimaksudkan bahwa ajakan kepada setiap individu untuk berbuat dan menyebarkan hal positif khususnya pencegahan kanker. Dan aksi bersama-sama menciptakan hal positif tentang pencegahan kanker secara berkelanjutan diharapkan akan berdampak luas ke lingkungan sekitar kita.

            Penyakit Kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis) sel kanker dapat melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga membentuk massa tumor.

            Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi, yaitu faktor internal (seperti, keturunan) dan faktor eksternal (misalnya, perubahan hormon, obesitas, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, serta paparan radiasi, virus, dan bahan-bahan kimia). Beberapa gejala kanker antara lain :

  • Munculnya benjolan yang tidak lazim
  • Perubahan kulit
  • Masalah pada kelenjar getah bening
  • Berat badan turun tanpa sebab
  • Batuk atau sesak napas berkepanjangan
  • Munculnya rasa sakit tanpa sebab
  • Perdarahan tidak normal

Penyakit kanker bisa terjadi di segala usia. Penyakit ini sangat ditakuti. Beberapa yang dapat menjadi faktor risiko antara lain :

  • Riwayat keluarga
  • Usia

Usia di atas 65 tahun lebih berisiko untuk mengalami kanker

  • Kebiasaan buruk

Seperti mengonsumsi alkohol berlebihan, merokok, paparan sinar matahari berlebihan, obesitas, dan seks yang tidak aman.

  • Kondisi kesehatan

Beberapa kondisi kesehatan kronis, seperti ulcerative colitis juga meningkatkan risiko munculnya kanker jenis tertentu.

  • Lingkungan hidup

Bahan kimia berbahaya seperti asbes dan benzena di rumah atau tempat kerja bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini

            Jumlah kasus kanker yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi beban dalam pembiayaan kesehatan, tentu perlu untuk kita semua bersama-sama melakukan pencegahan. Menurut WHO, sebanyak 40 persen kematian akibat kanker dapat dicegah. Sebagai hasilnya, meningkatkan kesadaran akan pencegahan kanker telah menjadi tujuan utama banyak organisasi kanker dan kesehatan di seluruh dunia, dan Hari Kanker Dunia telah datang untuk mewakili penegasan kembali tahunan akan pentingnya tujuan ini.

            Ada beberapa yang dapat kita lakukan untuk melakukan pencegahan, antara lain:

  • Stop Merokok
  • Hindari Asap rokok dan residu rokok
  • Hindari mengkonsumsi 4P (Pengawet, Perasa, Perwarna, dan pemanis buatan)
  • Hindari terpapar bahan kimia dan polusi terus-menerus
  • Rajin aktifitas fisik
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Cek kesehatan berkala

Yuk, mulai sekarang terapkan pola hidup sehat dan tebarkan semangat positif untuk pencegahan penyakit kanker.

DAFTAR PUSTAKA

  1. YKI Pusat. Apa itu Kanker? http://yayasankankerindonesia.org
  2. Kemenkes RI. 2020. Jenis Kanker ini Rentan Menyerang Manusia. https://www.kemkes.go.id tanggal 13 Januari 2020
  3. P2PTM Kemenkes RI. 2019. http://www.p2ptm.kemkes.go.id tanggal 5 Februari 2019
  4. Koesno, Dhita. Sejarah & Tema Hari Kanker Sedunia yang Diperingati 4 Februari 2021. https://tirto.id tanggal 27 januari 2021
  5. Fairuzzia, Jihan. 2020. Sejarah 4 Februari Menjadi Hari Kanker Sedunia. https://www.liputan6.com tanggal 4 Februari 2020
  6. Instagram Promkes Kemenkes RI 4 Februari 2021

Remaja Sehat, Bebas Anemia

Oleh : Nur Handayani, SKM

Permasalahan gizi di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Masalah stunting, wasting, obesitas dan masalah kekurangan gizi mikro seperti anemia adalah beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Masalah seperti stunting sebenarnya pemerintah telah mengupayakan penanganan yang optimal , bahkan sudah ada penurunan tingkat prevalensi nya akan tetapi angka tersebut masih dibawah standar WHO. Tentu masalah-masalah gizi ini menjadi keprihatinan bangsa kita. Seperti stunting, anemia ternyata juga tak kalah memprihatinkan. Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Hampir 2,3 miliar orang mengalami anemia. Di Indonesia sendiri, anemia merupakan salah satu penyakit paling umum di Indonesia, dengan perumpamaan 1 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko untuk terkena anemia. Bahkan remaja kita yang menderita anemia cukup banyak. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, arlinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. Meski kondisi kasus anemia seperti tersebut di atas, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya teredukasi akan gejala, dampak, dan penanggulangan anemia.
Sebenarnya apa itu anemia? Lalu kenapa remaja menjadi perhatian untuk masalah anemia? Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari normal.Nilai Hemoglobin untuk anak-anak usia 5-11 adalah 11,5 Hb. Sedangkan untuk anak usia 12-14 tahun adalah nilainya 12 Hb. Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehingga tubuh tidak mendapat cukup oksigen. Biasanya wajah terlihat pucat, mudah lelah, pusing dan sakit kepala. Beberapa gejala anemia muncul, antara lain:

  1. Kekurangan oksigen pada otot menyebabkan mudah letih, lelah, lesu, sehingga seseorang menjadi kurang produktif
  2. Kekurangan oksigen pada otak menyebabkan kurang konsentrasi atau mudah lalai, sehingga prestasi seseorang menurun
  3. Gejala lainnya: mudah sakit kepala, pusing (kliyengan), mata berkunang-kunang, dan mudah mengantuk
  4. Pada anemia yang berat, terlihat pada wajah, mata, bibir, kulit, kuku, dan telapak tangan seseorang tampak pucat
  5. Untuk mudah mengingatnya, ingatlah “5 L”, yaitu letih, lemah, lesu, lelah, lalai
    Remaja seringkali mengalami anemia. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada remaja khususnya remaja putri, antara lain :
    • Remaja putri mengalami menstruasi, sehingga kehilangan banyak darah
    • Remaja , tumbuh sangat cepat sehingga perlu asupan zat gizi lebih banyak
    • Remaja sering mengalami kekurangan zat besi dan protein
    • Remaja, sering melakukan diet tanpa memperhatikan asupan zat besi
    Anemia pada remaja menjadi perhatian karena pada dasarnya dampaknya seringkali tidak terlihat atau tidak dapat dirasakan secara langsung. Tetapi anemia pada remaja tidak dapat diremehkan. Mengapa? Pada masa ini merupakan era demografi dimana usia produktif lebih banyak dibanding usia non produktif. Tentu saja bila remaja sebagai generasi penerus mengalami anemia dampaknya akan luar biasa kelak. Dari remaja putri inilah kelak akan menghasilkan generasi penerus yang diharapkan adalah generasi penerus yang sehat, cerdas dan produktif. Anemia inilah yang akan membawa pengaruh besar saat remaja putri ini nantinya menjadi ibu dan melahirkan anak. Belum lagi adanya fakta bahwa, anemia terbukti menyebabkan menurunnya produktivitas kerja wanita Indonesia sebanyak 20 persen atau sekitar 6,5 jam per minggu. Kondisi ini tentunya dapat menjadi hambatan besar bagi pembangunan sumber daya berkualitas di Indonesia. Itulah mengapa anemia pada remaja menjadi perhatian bagi kita semua.
    Anemia pada remaja perlu ada pemahaman bagi kita semua untuk dapat mencegahnya, apalagi saat ini sedang masa pandemi. Karena dalam masa pandemi seperti sekarang ini kita perlu menjaga imunitas termasuk didalamnya mencegah terjadinya anemia. Ada beberap hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah anemia terutama pada remaja putri, antara lain :
    • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang terutama tinggi protein dan kaya zat besi. Makanan kaya zat besi dari sumber makanan hewani seperti daging, unggas, dan ikan. Jangan lupa konsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C, E dan A.
    • Tidak mengonsumsi teh, kopi, atau susu bersamaan saat makan karena akan menurunkan penyerapan zat besi dari makanan
    • Mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi seperti jeruk dan makanan hewani
    • Melakukan aktifitas fisik secara rutin
    • Sering mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir
    • Minum air putih 8 gelas per hari
    • Cegah cacingan dan malaria melalui pola hidup bersih dan tidur menggunakan kelambu jika Anda tinggal di daerah endemis malaria
    • Mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran
    Pastikan kita mengonsumsi makanan secara bervariasi. Makanan yang beragam dan seimbang gizinya akan mencegah terjadinya anemia, khususnya pada wanita, ibu hamil, dan remaja putri. Wanita lebih rentan terkena anemia karena mereka mengalami haid setiap bulannya. Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mengetahui ada atau tidaknya anemia. Untuk konsumsi tablet tambah darah sebaiknya dilakukan setelah berkonsultasi dengan tenaga medis. Minumlah tablet setelah mengkonsumsi makanan gizi imbang. Gunakan air putih saat minum tabletnya. Makan jeruk atau jus kaya vitamin C, supaya penyerapan tablet tambah darah lebih EFEKTIF. JANGAN minum tablet tambah darah dengan teh, kopi atau susu, karena akan MENGHAMBAT penyerapan zat besi.
    Nah, yuk mulai sekarang kita harus sadar diri untuk menjaga kesehatan kita sendiri. Generasi yang sehat tentu akan menghasilkan generasi yang sehat pula. Generasi yang sehat akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan Negara kita tercinta.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dwinanda, Reiny. 2020. Generasi Milenial Harus Bebas dari Anemia, Mengapa? https://republika.co.id tanggal 21 Januari 2020
  2. Nurulia, Ruri. 2018. Upaya Menuju Generasi Produktif, Generasi Bebas Anemia. https://www.klikdokter.com tanggal 28 April 2018
  3. Kementrian Kesehatan. 2020. KIE Gizi. https://kesmas.kemkes.go.id
  4. Anggarini Paramita, Alviansyah Pasaribu. 2018. Pentingnya zat besi untuk generasi bebas anemia. https://www.antaranews.com tanggal 23 Oktober 2018
  5. Kementrian Kesehatan. 2021. Panduan Kegiatan Hari Gizi Nasional ke-61 tanggal 25 Januari 2021

Stop StuntingSekarang Juga!!

Oleh: Nur Handayani, SKM

Stunting…. Kata ini sering kita dengar di iklan layanan masyarakat. Bahkan sekarang banyak diperbincangkan masyarakat, khususnya para ibu. Sebenarnya apa itu stunting. Stunting  menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Stunting merupakan  kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat  dari  kekurangan  gizi  kronis  sehingga  anak  terlalu  pendek  untuk  usianya.  Kekurangan  gizi  terjadi  sejak  bayi  dalam  kandungan  dan  pada  masa  awal  setelah  bayi  lahir  akan  tetapi,  kondisi  stunting  baru  nampak  setelah  bayi  berusia  2  tahun. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

            Stunting seringkali dikaitkan dengan riwayat gizi anak dari sejak dalam kandungan ibu. Tentu menjadi hal penting bagi ibu untuk mempersiapkan sejak dini sebelum kehamilan. Terkait dengan gizi, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Momentum ini diharapkan dapat memberikan semangat dan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk dapat memperhatikan dan memenuhi gizi keluarga walaupun saat ini sedang pandemi. Di masa pandemi seperti  sekarang ini memberikan pengaruh besar terhadap banyak hal. Imbas terhadap ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan sektor lainnya sangat dirasakan semua kalangan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan makanan yang terganggu, dan hilangnya pendapatan karena COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia. Kondisi semacam ini tentu menjadikan keprihatinan bagi kita semua. Tapi ini bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tapi kita semua harus bergerak bersama demi menekan masalah gizi terutama masalah stunting.

            Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi angka stunting sebesar 30 persen kemudian hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 27,67 persen. Tentu ini menggembirakan, ada penurunan prevalensi angka stunting. Tapi disisi lain, angka ini masih di atas toleransi WHO. Toleransi WHO untuk gizi buruk adalah 10% dan stunting 20%. Pemerintah sendiri telah menyiapkan 5 strategi dalam menurunkan dan mencegah stunting. Targetnya adalah pada 2024 stunting turun menjadi 14%, salah satunya melalui prioritas penanganan stunting yang dilakukan terhadap 260 kab/ kota. Selain itu, kampanye dan edukasi kesehatan dan gizi untuk masyarakat pun perlu untuk dilakukan, sebagaimana edukasi gizi dan bijak konsumsi susu kental manis yang dilakukan oleh PP Aisyiyah. Susu kental manis itu adalah perasa, balita tidak boleh mengkonsumsi sebagai minuman sebelum tidur, jadi bukan untuk kebutuhan pemenuhan gizi.

            Itu adalah contoh upaya pemerintah bersama organisasi kemasyarakatan dalam perannya menekan prevalensi stunting di Indonesia. Upaya ini juga harusnya kita dukung dan kita terapkan melalui pemenuhan gizi keluarga. Dalam masa pandemi seperti sekarang selain penerapan 3 M yaitu Memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak menjauhi kerumunan; kita tetap perlu menjaga imunitas dengan salah satunya melalui pemenuhan gizi keluarga. Pemenuhan gizi keluarga disini tidak saja untuk meningkatkan imunitas tapi diperlukan pula dalam rangka mencegah stunting. Berikut ada beberapa tips

mencegah stunting :

  1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
    Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
  2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
    Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
  3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
    Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
  4. Terus memantau tumbuh kembang anak
    Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
  5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
    Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

      Tips di atas mungkin tidak sepenuhnya mudah, tapi masih bisa kita upayakan sebagai orang tua. Karena pada 1000 hari pertama kehidupan anak menjadi hal yang penting diperhatikan ketika mencegah terjadinya stunting. Yang dimaksud 1000 hari pertama kehdupan anak adalah dimulai dari 9 bulan kehamilan atau 270 hari dalam kandungan hingga 2 tahun atau 730 hari setelah lahir. Pada masa ini ada 3 kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk anak, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih ayang/emosi (asih) dan kebutuhan stimulasi (asuh). Nah, pemenuhan asupan makanan dengan gizi optimal adalah salah satu kebutuhan asuh. Begitu pentingnya 100 hari pertama kehidupan anak, maka perlu diupayakan dari semenjak kehamilan, gizi ibu dan janin perlu dioptimalkan. Dalam hal ini ibu hamil cukup mendapat asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak,  dan asupan mikronutrien seperti vitamin dan mineral supaya janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemudian pada periode menyusui, ibu harus paham betul cara pemberian ASI sehingga anak tidak mengalami kurang gizi. Selanjutnya fase MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) dianjurkan agar makanan dibuat sendiri oleh ibu dirumah. Jangan sampai memberikan MP-ASI yang tidak jelas proses pembuatannya. Pastikan anak mendapat gizi yang baik. Snack yang diberikan kepada anak juga perlu diperhatikan waktunya, yaitu sebaiknya 2 kali sehari diantara waktu makan. Pastikan snack mengandung gizi yang baik seperti buah, pudding atau biskuit yang terjamin keamanan dan nilai gizinya.

             Peran bunda dan ayah sangat diperlukan dalam rangka mencegah stunting. Selalu pantau tumbuh kembang anak. Karena dampak negatif stunting nantinya akan sangat mengganggu tumbuh dan kembang anak. Berikut dampak negatif stunting jangka pendek, antara lain : gangguan tumbuh kembang otak yang biasanya anak menjadi mudah lupa, ada gangguan belajar, berkurangnya kemampuan bersosialisasi serta berkurangnya kemampuan memecahkan masalah. Dampak negatif jangka pendek lainnya yaitu IQ rendah dan gangguan sistem imun. Untuk jangka panjangnya, antara lain : perawakan pendek, risiko penyakit diabetes da kanker meningkat, kematian usia muda dan produktifitas menurun.

            Begitu besarnya dampak negatif stunting dikemudian hari bagi generasi penerus, penting bagi kita semua untuk mengupayakan pemenuhan gizi keluarga. Walaupun masa pandemi berdampak pada banyak sektor, kita semua harus bersama-sama bergandengan untuk saling membantu melawan Covid-19, terutama pemenuhan gizi keluarga dalam mencegah stunting. Peran pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan, sehingga angka stunting di Indonesia bias ditekan jumlahnya.

Daftar Pustaka

  1.  Kemkes. 2019. Pencegahan Stunting Pada Anak. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting tanggal 28 Maret 2019
  2. TNP2K. 2019. Upaya TNP2K Dalam Mendukung Pencegahan Stunting di Indonesia. http://www.tnp2k.go.id    Tanggal 24 Juli 2020
  3. Chusna Farisa, Fitria. 2020. Terawan: Angka Stunting di Indonesia Lebih Tinggi dari Ambang Batas WHO. www.kompas.com tanggal 19 November 2020
  4. Kartinah, Eni. 2020. Angka Stunting di Indonesia Masih Lebih Tinggi dari Toleransi WHO. https://mediaindonesia.com tanggal 27 Februari 2020
  5. Pinta Karana, Kinanti. 2020. Indonesia: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam kecuali jika tindakan cepat diambil. https://www.unicef.org tanggal 30 Juni 2020
  6. Humas Litbangkes. 2019. Menggembirakan, Angka Stunting Turun 3,1% dalam Setahun. https://www.litbang.kemkes.go.id tanggal 18 Oktober 2019
  7. Yasmin, Puti. 20210. Hari Gizi dan Makanan 2021, Pentingnya Nutrisi 1.000 Hari Pertama Anak. https://health.detik.com tanggal 8 Januari 2021
  8. DR. dr. Aryono Hendarto, SpA(K), MPH. 2020. Pentingnya Nutrisi 1000 Hari Pertama Anak Mencegah Stunting. www.bunda.com tanggal 8 September 2020

Kurniawati Rejeki, Feby. 2021. Hari Gizi Nasional 25 Januari 2021. www.phradio.net tanggal 13 Januari 2021